PART 32. BANTU DIA, HENRY! -LOGAN

1K 72 0
                                    

Perbincangan mereka terasa semakin menegangkan. Chloe pun mulai tidak kuat menahan kesal dalam dirinya terhadap Henry. "Lalu, apa yang sebenarnya kamu pikirkan saat menghapus memoriku, Henry?" tanya Chloe yang mulai kesal.

"Chloe..." Elyn mencoba menghentikan Chloe.

"Apakah menurutmu, dengan membuatku hilang ingat seperti ini hidupku akan lebih baik?" Chloe semakin emosi dengan seribu pertanyaan-pertanyaan lain yang sedang mengantri dibenaknya. "Apakah kamu sadar kamu telah membuat keluargaku hancur sejak perjalanan ke Morque itu?"

"CHLOE, STOP!" Elyn pun berteriak hingga membuat semuanya berhenti dan terdiam dalam ketegangan. "Charlie yang mengajak kita ke Morque, oke? Charlie yang mengajak kita pergi ke Morque. Karena ada keluarga Bibi Mary di sana, Henry dan aku menyetujuinya. Kami tidak tahu kalau Troy punya rencana menyeramkan itu terhadap para bulan biru."

"Jadi berhentilah menyalahkan Henry seperti itu. Ini kejadian yang sangat buruk untuk kita semua. Bukan hanya untukmu, Charlie dan ibumu tapi juga untuk mereka yang kehilangan anak mereka saat bulan membiru!"

Mereka masih berdiri dalam ketenggangan dan kecanggungan. Mereka bahkan tidak menyadari bahwa hari mulai gelap. Chloe menatap Henry seakan mata mereka terkunci rapat, tidak berkedip dan tidak juga berusaha mengalihkan pandangan mereka ke mana pun.

"Henry, kamu membohongiku lagi," ucap Chloe lirih seraya air mata mulai jatuh dari matanya yang masih menatap Henry tajam. "Kenapa kamu terus berbohong padaku?"

"Chloe, stop," kali ini Elyn memperingatinya dengan halus. "Bisakah kita melanjutkan ini nanti? Kita harus mulai berjalan lagi sekarang."

"Terlalu banyak tahu tentang kebenaran akan menyakitimu, Chloe," sahut Logan dengan halusnya sehingga membuat Chloe termenung sendiri.

Chloe pun memalingkan wajahnya dari Henry. Chloe menghapus air matanya dan perlahan jalan melewati Elyn lalu mendekati Logan yang berada di depan. Logan pun mulai terbang dan memimpin jalan lagi di keheningan malam yang dingin. Logan dan Henry mulai membuat cahaya untuk menerangi perjalanan mereka.

Setelah beberapa kali berbelok, mereka pun bertemu dengan kelompok lain. Elyn mengenal mereka –si peri bersayap hijau Alvin Mozart dan Myriil Eric Lee. Mereka tidak menyerang sama sekali, mereka saat itu terlihat sangat lelah dan kebingungan. Tanpa meminta persetujuan Chloe, Elyn dan Henry, Logan pun mengajak mereka untuk berjalan bersama.

"Jangan tiba-tiba mengkhianati kami ya!" seru Elyn memperingatkan mereka dengan tegas.

"Tidak akan, Elyn," jawab Alvin disela-sela kesibukannya meminum air dari botol yang diberikan Chloe.

"Sejak di level 3 kami terus mencari sekutu, tapi pada akhirnya kami yang dikhianati. Kami kehilangan 2 anggota karena hal tersebut," ujar Eric mengembalikan botol minum Logan yang telah dinikmatinya.

"Kamu kenal Billy Newton kan, Henry?" tanya Alvin.

"Ya. Tentu saja. Ayahnya adalah ajudan kerajaan."

"Dia bersekutu dengan 4 kelompok sekaligus sejak di level 2. Dia mengajak kami ikut kelompoknya saat di Amros tapi saat sampai di labirin tadi pagi, mereka malah merampas peta kami dan menyakiti Roxane –si Elves teman kami."

"Oh..." keluh Eric. "Mantranya sangat mengerikan. Semoga Roxane baik-baik saja."

"Mantra?" tanya Chloe penasaran.

"Ya, mantra. Ada keturunan Waelvor dan Wyrran di sana. Mereka kejam sekali," jawab Eric yang terlihat ketakutan saat menceritakannya.

"Kenapa kita tidak kepikiran untuk membuat sekutu seperti itu ya, Hen?" gumam Elyn. "Ah... Vinca. Anak itu mimpi buruk untuk kelompok lain," jawabnya sendiri.

Mereka pun meneruskan perjalanan. Kali ini Chloe, Elyn, Henry dan teman baru mereka Eric mulai berlari mengikuti Logan yang masih terbang di depan, diikuti oleh Alvin yang terbang di belakang mereka semua.

Bulan mulai terlihat, udara juga semakin dingin dan lembab. Oksigen terasa begitu tipis di sana. Mereka yang berlari pun mulai sangat terengah-engah lagi, namun tidak ada satu pun yang mengeluh untuk berhenti. Mereka semua sadar bahwa waktu mereka semakin sedikit untuk menyelesaikan labirin.

"Seberapa jauh lagi, Logan?" tanya Elyn.

"Masih cukup jauh," jawab Logan lirih. "Apakah ingin istirahat dulu?"

"Ya, sepertinya istirahat adalah ide yang bagus," sahut Eric yang sudah sangat terengah-engah.

"Jangan," seru Henry. "Jangan beristirahat. Kita harus terus berlari seperti ini."

"Iya, benar," tambah Elyn. "Udara mulai lembab dan tidak ada angin. Sepertinya di sini akan ada badai."

"Badai di tengah labirin?" tanya Alvin. "Apakah itu mungkin terjadi?"

"Tentu saja. Jadi, lebih baik kita teruskan saja," jawab Elyn sambil terengah-engah.

Walaupun agak lambat mereka pun terus berlari. Belokan demi belokan telah mereka lewati. Suasana di labirin semakin sunyi dan mencekam. Apa yang diprediksi Elyn pun mulai terjadi. Hujan lebat mulai turun menemani mereka berlari.

Eric yang semakin hilang keseimbangannya pun terpeleset karena licinnya jalan labirin. Logan dan Alvin membantu menopang Eric di pundak mereka. Kini Henry yang menggantikan Logan untuk memimpin jalan keluar dari labirin.

Hujan mulai disertai dengan angin yang sangat kuat. Chloe pun sesekali hampir tergoyahkan oleh kuatnya angin. Namun tekadnya untuk menyelesaikan Labyrinth Cubs secepatnya membuat dia menahan rasa sakit akan kibasan angin diwajahnya.

Angin kini perlahan membawa petir bersamanya. Beberapa kali petir menyambar dinding labirin, hingga yang terparah saat petir menyambar dinding terdekat tim ini. Mereka pun tersungkur ke tanah karena besarnya sambaran petir itu. Bunyi dengingan terasa menyakitkan di teliga. Logan menjadi korban yang terparah. Telinganya hingga mengeluarkan darah.

Chloe berlari ke arah Logan untuk membantunya bangun. Henry pun dengan cepat menggantikan Chloe dan melingkarkan tangan Logan ke pundaknya. Alvin kini harus sendirian membawa temannya. Henry membiarkan Elyn yang mengambil alih peta. Tanpa berbicara dan mengeluh satu sama lain, mereka mulai berlari lagi.

"Sedikit lagi," teriak Elyn dari depan.

Petir-petir semakin sering menyambar di dekat mereka. Chloe semakin khawatir akan ada korban selanjutnya. Dia mulai memikirkan sesuatu untuk membuat apa saja yang mungkin bisa mempercepat atau melindungi mereka selama perjalanan dari petir.

Chloe teringat bahwa dia bisa mengendalikan air saat di level satu. Dia mulai berkonsentrasi membuat serbuk peri keluar dari tangannya untuk mengendalikan air hujan ini.

Perlahan dalam imajinasinya, Chloe membayangkan air-air hujan ini bersatu dan membentuk sebuah balon besar yang bisa melindungi mereka dari petir dan juga terbang dengan cepat menuju jalan keluar.

Chloe pun melepaskan serbuk perinya ke udara dan perlahan air hujan berhenti di sekitar mereka, menyatukan tetes demi tetes air dan membentuk lingkaran dengan sempurna.

Sekarang mereka seakan seperti hamster yang berada di dalam bola kacanya. Chloe mulai fokus lagi, menarik dan mengeluarkan napasnya dengan lembut dan perlahan mereka pun terangkat lalu terbang dengan bola air itu.

"Elyn, bantu aku dengan jalannya, cepat!" pinta Chloe saat dia melihat ada persimpangan.

Elyn langsung memberikan arahan-arahan kepada Chloe dengan jelas dan tepat. Henry yang mulai gusar bertanya-tanya seberapa jauh jarak yang mereka harus tempuh lagi. Elyn pun memperlihatkan petanya pada Henry.

"Ini terlalu jauh," gumam Henry. "Chloe akan kehabisan auranya sebelum sampai di jalan keluar."

"Diam, Henry!" Chloe berusaha sekuat mungkin untuk tidak terpengaruh dengan kekhawatiran Henry.

"Kalau begitu bantu dia, Henry!" pinta Loganyang sedang menahan sakit ditelinganya."

BLUE MOON - Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang