PART 14. GARASI KUMUH

1.1K 92 1
                                    


Chloe terbangun di padang rumput hijau yang sangat luas. Matahari bersinar terang dan hangat sekali di wajahnya. Chloe berusaha untuk bangkit dan melihat-lihat di sekitar padang rumput itu. Punggungnya masih terasa sakit sekali sehingga dia harus jalan perlahan. Chloe menikmati pemandangan hijau yang menyejukan itu. Angin bertiup sangat tenang membuat dia ingin berbaring lagi dan tidur sejenak untuk menikmati nyamannya padang rumput itu.

Chloe menjatuhkan dirinya untuk berbaring sejenak tapi saat tubuhnya hampir menyentuh rerumputan, tiba-tiba permukaannya berubah menjadi air dan Chloe pun jatuh ke dalamnya. Tubuh Chloe mendadak mati rasa. Dia tidak bisa menggerakan hampir seluruh anggota tubuhnya sehingga dia jatuh semakin dalam ke dasar. Cahaya yang menerangi ke dalam air pun semakin redup. Chloe semakin kehabisan napas dan mulai panik. Dia berusaha untuk teriak walaupun dia tahu tidak akan ada seorang pun yang mendengar teriakannya di bawah air seperti ini.

Penglihatan Chloe kini mulai samar, badannya semakin lemas karena kekurangan oksigen. Namun, tiba-tiba tangan yang cukup besar menariknya ke atas. Chloe tidak bisa melihat dengan jelas siapa peri yang menolongnya itu karena wajah si peri tersebut terhalang oleh sayap. Saat berhasil keluar dari air, Chloe melihat Logan berada tepat di hadapannya.

"Apa kamu sudah gila?!" bentak Logan kepada Chloe.

Chloe yang sangat basah kuyup dan mengigil hanya bisa diam mendengar bentakan Logan. Jaket Peter yang sedang Chloe gunakan menjadi sangat berat karena basah. Satu per satu teman kelompoknya pun berdatangan. Emma, Peter dan Dylan, mereka melihat Chloe seperti orang ketakutan.

"Chloe, kamu baik-baik saja?" tanya Emma yang tiba-tiba memeluknya.

"Apa yang terjadi padaku?" tanya Chloe sambil mengigil.

"Aku akan menceritakannya saat kita kembali ke garasi," jawab Logan.

Logan dan Peter membantu Chloe untuk berjalan.

"Tempat apa ini?" tanya Chloe saat mereka memasuki ruangan kumuh seperti sebuah garasi tua dan duduk mengelilingi api unggun yang sedang membakar beberapa ikan.

"Tidak tahu. Para unicorn itu membawa kita ke sini, lalu mereka pergi begitu saja," jawab Emma.

"Oh ya, unicorn. Aku pasti melewatkan suasana terbang bersama unicorn menuju level 3," gumam Chloe.

"Minum ini," suruh Dylan sambil memberikan tempat minum bulat yang terbuat dari kulit hewan dan bertali panjang.

Chloe ragu apakah ini jebakan atau semacamnya karena kalau Dylan bermaksud menolong atau menyembuhkannya, mungkin dia akan langsung di-teleport keluar dari Labyrinth Cubs dan dinyatakan gagal.

"Tidak apa-apa. Tempat minum ini hasil curian Logan dari kelompok lain," ucap Emma.

Chloe pun mengambil botol minum itu dan meminum air di dalamnya tanpa henti seakan ingin langsung menghabiskannya.

"Aku tidak mencurinya. Mereka yang meninggalkan itu di pondok mereka," ujar Logan membela dirinya.

"Apa yang kalian lakukan di pondok kelompok lain?" tanya Chloe.

"Saat aku dan Logan mulai memasuki hutan, banyak kelompok yang sedang bertarung. Kita sepakat untuk tidak ikut melakukan penyerangan kepada kelompok lain, jadi kita berusaha terus menghindarinya. Saat sudah benar-benar terpojok, kita lari berpencar menuju pondok. Sampai di pondok, suasana sepi sekali, tidak ada orang di sana, hanya ada aku dan Logan. Lalu Logan mulai memasuki satu per satu pondok kelompok lain dan menemukan 4 botol minum yang sangat ajaib ini," jawab Emma.

"Ajaib?" tanya Chloe heran.

"Iya, ajaib. Lihat, air yang ada di dalamnya tidak pernah habis. Selalu terisi dengan sendirinya," jawab Peter.

Chloe pun melihat isi botol tersebut dan benar airnya sudah penuh lagi padahal Chloe yakin tadi dia meminumnya hingga habis.

"Syukurlah, sepertinya aku tidak perlu membuat pancuran air lagi," ucap Chloe.

Chloe mulai mengigil lagi karena seluruh pakaiannya basah. Dia memperhatikan satu per satu anggota kelompoknya dan berharap ada yang bersedia meminjamkannya baju. Logan sejak awal tidak memakai jaket. Dia hanya memakai baju perinya yang pas sekali di tubuh kekarnya dan kini dia juga basah kuyup karena tadi menolong Chloe keluar dari air sedangkan Emma yang kurus itu tidak mungkin meminjamkan jaketnya kepada Chloe karena Emma pasti akan kedinginan.

"Kenapa aku memakai jaket Peter?" tanya Chloe.

"Oh itu..." Emma mencoba menjawab tapi Logan menyela.

"Aku merobek bajumu untuk mengeluarkan racun di punggungmu itu dan sebagai gantinya, Peter memakaikan jaketnya kepadamu."

Saat ini Peter hanya memakai kaus lusunya yang tipis di badannya yang kurus. Chloe yang merasa tidak enak dengan Peter yang tadi siang juga mengalami kecelakaan mulai khawatir terhadap kondisi Peter saat ini.

"Apa kamu baik-baik saja, Peter?" tanya Chloe spontan.

"Aku akan baik-baik saja, Chlo. Bagaimana denganmu?"

"Sepertinya aku juga akan baik-baik saja."

"Kita semua akan baik-baik saja sampai level terakhir," sambar Logan. "Kita hanya perlu terus bekerja sama dan saling percaya satu sama lain."

Mereka pun mengangguk kepada Logan. Chloe merasa cukup beruntung karena mendapat teman-teman yang sangat optimis. Untuk pertama kalinya setelah beberapa tahun berteman dengan anak-anak pem-bully, Chloe pun merasa lega memiliki teman yang sangat positif seperti Logan, Peter, dan Emma.

"Ini," seru Dylan sambil memberikan jubah Foxes panjangnya kepada Chloe, "Sebaiknya kamu pakai ini dulu sampai jaket itu kering."

Lagi, Chloe sempat ragu untuk menerima tawaran baik Dylan tapi Dylan terlalu memaksa dan Chloe pun sedikit agak terpaksa menerimanya. Saat Chloe hampir membuka jaket Peter, Chloe berhenti saat melihat dirinya sudah tidak menggunakan apapun di bawah jaket itu.

"Biar aku bantu Chloe," seru Emma memegangi jubah Foxes Dylan dan membentangkannya dengan lebar sehingga menutupi bagian atas tubuh Chloe dan dia pun bisa dengan aman melepas jaket Peter.

"Jubah itu cukup panjang, jadi kamu juga bisa membuka celana panjangmu yang basah itu," seru Dylan yang tidak terduga sehingga membuat semuanya menatap Dylan sinis. "Apa? Aku hanya menyarankannya,"

Chloe pun membuka jaket dan celananya yang basah dibantu oleh Emma.

"Sepertinya biru dipunggungmu sudah lumayan memudar," seru Emma.

"Tentu saja. Itu hanya racun biasa, jadi proses pemulihannya cepat," sahut Logan.

"Thanks, Logan."

"Sepertinya Logan akan masuk kelompok Dinexter nanti," sahut Peter. "Lihat! Dia menyembuhkan kakiku yang keseleo juga, walaupun rasanya sakit sekali tadi."

"Atau mungkin dia akan masuk kelompok Fendous seperti ayahnya," sambar Dylan. "Logan, kamu lumayan bagus dalam memberi komando."

"Bagaimana kamu menjadi Foxes, Dylan?" tanya Emma.

"Hemm... Miss Turner bilang aku cukup handal dalam penggunaan bakat, jadi dia menempatkanku di Foxes."

"Aku dengar kamu seorang Wyrran ya?" tanya Peter kepada Dylan.

"Ya, bisa dibilang begitu."

"Kamu penyihir?" tanya Chloe ikut penasaran.

"Sepertinya."

"Apa kamu bisa melakukan... telekenesis?" tanya Chloe lagi sambil menggerak-gerakan tangannya seakan-akan dia bisa melakukan telekenesis.

"Ah... aku rasa tanya jawab tentang diriku sampai di sini saja," jawab Dylan dengan canggungnya mengakhiri pertanyaan yangmungkin bisa mengungkapkan jati dirinya.

BLUE MOON - Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang