PART 17. SAHABATKU! -ELYN

1.1K 84 0
                                    


Sepanjang perjalanan mereka terus bercerita tentang pengalaman mereka di Labyrinth Cubs. Kelompok Elyn telah kehilangan Henry yang katanya sudah tidak terlihat sejak mereka terbang dari level 2. Kini yang tersisa tinggal Elyn, Vinca, dan Ethan Hawk –si peri bersayap cokelat. Elyn yakin sekali kalau Vinca akan segera gugur di level ini.

"Aku hanya perlu menemukan Ethan untuk pergi ke level selanjutnya," ucap Elyn.

"Bagaimana dengan Vinca? Kamu ingin meninggalkannya?"

"Anak manja seperti dia hanya menyusahkan. Aku lelah mendengar ocehannya. Dan dia lebih kejam daripada temanmu –Ruth."

"Benarkah? Menarik juga."

Tiba-tiba dari jauh, Chloe dan Elyn mendengar ada beberapa orang yang sedang berbicara. Mereka seperti sedang berjalan tergesah-gesah mencari sesuatu. Chloe dan Elyn berpencar untuk bersembunyi di balik pohon dan semak.

"Aku yakin jebakan di pohon tadi buatan Elyn," seru Ethan.

"Tapi tidak ada dia di sekitar sini. Ayo, kita cari Henry saja. Aku yakin sekali dia telah melewati level 2 kemarin," ucap Vinca.

"Tapi unicorn Henry tidak mendarat ke pondok kita," keluh Ethan.

"Mungkin dia mendarat di suatu tempat di level 3 ini," Vinca masih berusaha menyakinkan Ethan.

"Ethan, Vinca, dari mana saja kalian?" tanya Elyn yang tiba-tiba keluar dari tempat persembunyiannya.

"Seharusnya kita yang bertanya seperti itu. Sekarang kita tinggal mencari jumpball untuk pergi ke level 4," jawan Ethan seperti sedang terburu-buru.

Elyn menatap Chloe yang sedang bersembunyi di belakang pohon. Elyn memberi aba-aba kepada Chloe agar dia pergi. Elyn, Ethan dan Vinca mulai berjalan bersama untuk mencari jumpball. Chloe pun dengan perlahan meninggalkan tempat persembunyiannya.

Baru jalan beberapa langkah, kaki Chloe terjerat tali jebakan dan membuatnya tertarik ke atas dengan posisi terbalik. Elyn, Ethan dan Vinca menghampiri Chloe yang sedang tergantung di tali itu.

"Ah... teman NON-bangsawan Henry dan Elyn. Apa kamu yang membuat jebakan ini, Elyn? Bagus sekali," ucap Vinca dengan sombong. "Sepertinya dia sedang sendirian. Hemm... aku berhasil menembakmu di level 2 dan tidak aku sangka, kamu terlihat baik-baik saja," tambah Vinca yang telihat sudah jengkel. "Padahal aku yakin sekali kalau kamu akan pingsan dalam waktu yang sangat lama saat turun dari unicorn dengan racun itu."

Vinca dengan gesit mengayunkan tangannya kepada Chloe yang tidak berdaya. Sebuah bola serbuk peri dilemparkan oleh Vinca. Chloe sudah pasrah kalau memang akan tersiksa lagi dengan serbuk peri Vinca. Dor... suara ledakan terdengar di sana. Bola serbuk peri milik Vinca dihalau oleh bola serbuk peri Elyn.

"Elyn, apa yang kamu lakukan?" tanya Vinca kesal.

"Aku tidak peduli kamu ingin menyakiti siapapun di Labyrinth Cubs. Tapi tidak pada sahabatku!" ancam Elyn.

Elyn terus waspada terhadap Ethan dan Vinca yang kebingungan. Elyn pun dengan cepat membantu Chloe turun dari tali yang menggantungnya.

"Iya, aku yang membuat jebakan ini," bisik Elyn kepada Chloe. "Tapi, sasaranku bukan kamu, Chlo. Pergilah, selagi mereka kebingungan seperti itu."

Chloe pun langsung berlari di antara pepohonan yang besar. Dia tahu sekali pasti Elyn akan berada dalam masalah karena telah menolongnya di depan kelompoknya.

Chloe berlari secepat yang dia bisa. Dengan gesit menghindari pepohonan, batang kayu yang tumbang dari pohon, dan semak-semak. Dia berharap bisa benar-benar menjauhi kelompok Elyn yang sangat berbahaya itu. Chloe pun sadar bahwa Vinca benar-benar lebih kejam daripada Ruth. Chloe bahkan sempat berpikir bahwa jika Vinca tinggal di Kota Springfield, mungkin dia akan menjadi ketua dari Voocord, bukan Ruth.

"Aku benar-benar harus menceritakan tentang Vinca kepada anak-anak Voocord," gumamnya sambil berlari. "Voocord pasti akan tahu sekali bagaimana menyelesaikan tuan putri itu dalam sekejab."

Karena terlalu bersemangat memikirkan apa yang ingin dia lakukan terhadap Vinca, Chloe pun kehilangan konsentrasi terhadap hal-hal yang ada di depannya. Dia yang masih berlari kencang tidak bisa berhenti saat dia tiba-tiba melihat ada seseorang yang sedang berdiri tegak beberapa meter di depannya.

"Hei, minggir!" teriak Chloe memperingatkan orang yang ada di depannya.

Orang itu menengok ke arah Chloe yang sedang menghampirinya dengan cepat.

"Henry?"

"Berhenti!" seru Henry memberi aba-aba sambil menyilang tangannya kepada Chloe. "Jurang!"

Chloe pun menabrak Henry dan mereka terguling tak terkendali ke jurang itu. Tubuh mereka terbentur bebatuan dan pepohonan beberapa kali. Chloe yang belum hilang keseimbangannya beberapa kali mencoba untuk mengenggam akar pohon namun tidak berhasil karena akarnya licin.

Chloe terus terguling ke bawah hingga dia sempat berpikir bahwa hidupnya pasti akan berakhir di dasar jurang nanti. Tiba-tiba tanah tempat Chloe terguling ke bawah menemui ujungnya, kini Chloe seperti terlempar ke udara dan siap mendarat di tempat antah berantah di dalam jurang. Byur... dia tercebur ke dalam air yang sangat dalam dan dingin.

Saat semakin tenggelam di dalam air, Chloe seperti mengalami dejavu akan kejadian di Kota Springfield. Terlintas dalam ingatannya, dia melihat ada seseorang yang berenang menghampirinya malam itu. Dia tidak bisa melihat wajahnya karena keadaan dalam laut yang sangat gelap. Tapi, sebelum Chloe menutup matanya malam itu, dia melihat garis rahang yang kuat di depannya. Dia sangat mengenali rahang dan leher yang indah itu.

Henry.

Henry menarik Chloe keluar dari air dengan adegan yang sama persis dengan kejadian malam itu tapi kali ini semuanya terlihat dengan jelas dan terang. Mereka pun sampai di daratan berbatu di tepi sungai tempat mereka mendarat. Chloe berusaha merangkak menjauhi Henry dan memaksakan air keluar dari tenggorokannya hingga terbatuk-batuk. Perlahan Chloe pun mengatur napasnya dengan normal dan sejenak membaringkan tubuhnya. Chloe melihat betapa jauhnya langit biru dari tempatnya terbaring saat ini namun dia bersyukur bahwa sinar matahari pagi masih sampai di dasar jurang itu.

"Kamu tidak apa-apa?" Henry tiba-tiba muncul tepat di depan wajah Chloe.

Chloe menatap kosong Henry sambil terus berusaha mengatur napasnya. Saat Chloe merasa sudah cukup kuat, dia langsung meremas kerah baju Henry, membantingnya ke tanah dan menindihnya.

"Senang bertemu denganmu, Henry!" ucap Chloe dengan nada mengancam. "Aku punya seribu pertanyaan untukmu, Pangeran!"

"Aku akan sangat heran jika kamu tidak bertanya," balas Henry sambil menatap mata Chloe. "Rasanya sudah lama sekali kita tidak sedekat ini."

Chloe menatap tajam mata Henry hingga seakan Chloe siap membunuh Henry dengan tatapan itu.

"Kamu ingin melakukan tanya-jawab dalam posisi seperti ini?" ledek Henry memecah segala emosi yang ada di mata Chloe.

Chloe pun perlahan melepaskan genggamannya dari kerah Henry. Dia bangkit dan mundur beberapa langkah dari Henry.

"Oke," sambil berdiri, Henry mulai berbicara lagi. "Kali ini aku akan menjawabnya dengan sangat jujur kalau kamu bisa mengajukan pertanyaan dengan benar."

"Hah! Kamu benar-benar menjengkelkan, Henry," keluh Chloe.

"Aku belajar dari yang terbaik," ucapnya sambil menunjuk Chloe.

BLUE MOON - Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang