PART 27. HUTAN GAEL, AMROS

1K 69 2
                                    

Chloe mulai berjalan menelusuri hutan dengan bantuan bola cahaya. Dia berusaha tetap tenang dan tidak berteriak-teriak memanggil Logan. Perlahan namun pasti setiap pohon dan semak Chloe periksa untuk memastikan kalau dia tidak melewatkan Logan yang mungkin saja sedang berdiri menunggu dia di sana.

Hutan sangat sepi dan sunyi, tidak ada tanda-tanda monster yang mungkin akan memakannya hidup-hidup. Perjalanan ini seakan seperti berada di film horor yang tidak tahu kapan si hantu akan muncul dihadapannya. Chloe pun mulai bernapas dengan berisiknya. Dia menghirup udara dan mengeluarkannya melalui mulut secara bergantian seperti sedang terengah-engah sehabis lari marathon.

Jantungnya mulai berdegup sangat kencang hingga dia bisa mendengarnya sendiri. Chloe mengelus-elus dadanya yang mulai terasa sakit itu. Tangannya pun mulai berkeringat dan perlahan udara di sana menjadi sangat dingin dan mencekam namun tiba-tiba Chloe berhenti saat dia merasa ada yang aneh dengan suasana di sana.

Chloe pun perlahan meniup bola cahaya dari tangannya dan kegelapan pun mulai menyelemutinya. Dari kejauhan muncul satu per satu sinar berwarna merah seperti mata yang sedang mengintainya. Hembusan angin mulai terasa berbeda di sana, berbau apek, dan dingin perlahan berganti panas.

Chloe melirik ke kanan, ke kiri dan ke belakang. Kini sinar merah itu ada di sekelilingnya. Chloe berdiri mematung dan berusaha untuk tidak bergerak tiba-tiba. Perlahan bola cahaya pun dibuatnya lagi. Kali ini dengan cepat bola cahaya itu dia lempar dari tangan Chloe ke atas. Di saat itulah, terlihat dengan jelas sekumpulan serigala yang berdiri dengan kedua kaki mereka mengelilingi Chloe yang berdiri mematung dan tidak berdaya di sana.

Bola cahaya itu perlahan hilang di udara. Keadaan di sana menjadi gelap lagi. Derapan langkah kini terdengar jelas di sekitarnya. Chloe pun tahu bahwa dia tidak mungkin berlari menjauhi serigala-serigala ini karena dia benar-benar sudah terkepung. Memohon untuk diampuni juga terdengar mustahil karena Chloe tidak tahu pasti apakah mereka mengerti bahasa manusia atau tidak.

Chloe sudah seperti menghadapi jalan buntu, terpojok, dan hanya menunggu mati. Sekilas dalam helaan napasnya, Chloe pun teringat bahwa ini adalah misi adaptasi. Chloe mulai berpikir keras apa yang harus dilakukannya untuk beradaptasi di saat seperti ini?

"Membungkuklah sedikit," bisik seorang pria dengan pakaian compang-camping yang berdiri di belakang semak. "Mereka menunggumu untuk membungkuk."

Chloe pun mendengarkan pria itu dan membungkukan tubuhnya perlahan-lahan. Chloe terus membungkuk dan menunduk hingga tidak tahu kapan harus berdiri tegak lagi. Dia semakin gemetaran dan detak jantungnya juga berdegup semakin kencang. Kepanikan mulai menyelumbungin Chloe namun, pria itu sekali lagi memberikan sarannya kepada Chloe. "Tetap tenang. Mereka sedang memutuskan apakah kamu berbahaya atau tidak."

"Aku mohon jangan makan aku," ucapnya lirih sambil mulai menangis.

"Kalau begitu tetap tenang."

"Awuu... awuu... awuuuuuuuu!" salah satu manusia serigala itu mulai melolong dan diikuti oleh serigala yang lainnya.

Satu per satu serigala itu pun mulai pergi meninggalkan Chloe. Hembusan angin terasa begitu kencang selaras dengan kepergian mereka. Chloe yang tidak kuat menopang tubuhnya gemetar dan ketakutan itu pun berlutut ke tanah.

"Hah! Ini benar-benar mimpi buruk," gumamnya sambil mengelus dadanya yang nyeri kesakitan.

"Kamu akan baik-baik saja," pria itu menjulurkan tangannya untuk membantu Chloe bangkit.

"Terima kasih," Chloe bangkit dan menatap pria itu dalam kegelapan. Wajah putih pucat, bibir merah, rambut coklat dan matanya yang sebiru langit benar-benar mengalihkan pandangan Chloe namun saat pria itu tersenyum, gigi taringnya yang kecil terlihat dengan jelas. Chloe reflek langsung melepaskan tangannya dari si pria dan mundur beberapa langkah.

"Va... vampir!" teriak Chloe dengan paniknya.

"Bukan... bukan..." pria itu berusaha menenangkan Chloe yang ketakutan. "Aku warewolf. Namaku Griffin Aston."

"Griffin... warewolf..." ucap Chloe terbata-bata dengan napas yang mulai tidak beraturan. "Apa kamu juga...?" Chloe menunjuk-nunjuk lehernya seakan bertanya apakah dia akan mengisap darahnya seperti yang biasa vampir lakukan?

Griffin pun tertawa dan berkata, "Ya, tapi hanya saat bulan purnama."

Chloe langsung menghadap ke atas, mencari celah di antara pepohonan besar untuk melihat sedang bulan apa ini? Bulan terlihat besar namun tidak penuh seperti bulan purnama. Chloe pun melepaskan ketakutannya dengan menghela napas dan beberapa kali mengelus-elus dadanya.

"Siapa namamu?" tanya Griffin.

"Chloe Zayn Ginadio. Panggil aku Chloe."

"Detak jantungmu terdengar seperti manusia dan derap langkahmu seringan peri. Aku rasa kamu adalah seorang Myriil."

"Ya, sepertinya begitu."

"Lalu, apa yang kamu lakukan di hutan Gael sendirian, Chloe?"

"Oh... aku tidak sendirian. Aku terpisah dari temanku –Logan. Aku sedang mencarinya."

"Kamu mencarinya sendirian, di hutan yang sangat gelap ini?"

Chloe pun langsung membuat bola cahaya dari tangannya. "Aku bisa membuat cahaya."

Griffin mengunakan tangannya untuk menghalangi cahaya yang menusuk mata itu.

"Uh... sebaiknya kamu tidak membuat cahaya seperti itu karena akan menggangu para monster yang mungkin akan beristirahat, seperti kami tadi."

"Oh..." Chloe pun mematikan cahayanya dengan gusar. "Sepertinya jalan di kegelapan adalah ide yang bagus."

"Ayo," ajak Griffin. "Aku akan menemanimu."

Walaupun sedikit ragu, Chloe pun perlahan mendekati Griffin dan mulai berjalan bersamanya untuk mencari Logan. Sambil melakukan perjalanan menakutkan di tengah hutan Gael yang gelap, Chloe mulai mengajak Griffin untuk mengobrol.

"Aku sepertinya pernah melihat simbol yang ada dibajumu," seru Chloe memecah keheningan di antara mereka.

"Benarkah? Apakah kamu datang dari Allwynds?"

"Ya. Aku dari Allwynds, tepatnya dari Kota Springfield."

"Kota Springfield? Ibuku lahir di sana," ujar Griffin. "Simbol ini dari kampusku –Institut Jacquline Junior di Kota Northam. Apakah kamu pernah ke sana?"

"Kota Northam? Ya, aku pernah mengunjunginya sekali untuk bertemu dengan bibiku. Aku tidak suka berada di sana. Polusi."

"Ya. Pabrik-pabrik di sana menyebarkan polusi udara."

"Jadi..." Chloe meneruskan pembicaraan namun kali ini dia ragu untuk bertanya, "kamu seorang manusia?"

"Ya. Tiga bulan yang lalu aku masih seorang manusia."

"Tiga bulan? Lalu, kamu apa sekarang? Bayi warewolf?"

"Bisa dibilang begitu."

"Apakah kamu akan berubah menjadi seperti warewolf-warewolf tadi?"

"Tentu saja. Tapi, karena aku masih belajar mengendalikannya, aku hanya akan berubah saat bulan purnama."

"Aku harap kamu tidak berubah seperti mereka karena kamu terlalu tam..."

Griffin tiba-tiba menghentikan Chloe yang masih berjalan dan mengoceh, "suuuttt... sebelah kanan," bisik Griffin.

Chloe menengok dengan perlahan ke sebelahkanannya dan hanya melihat kegelapan yang terasa sangat mencengkam.

BLUE MOON - Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang