PART 3. ALERGI?

2K 100 3
                                    

Keesokan harinya, Moonfly memberikan sebuah pertunjukan untuk menyambut murid baru. Semua murid Moonfly akan berada di stadium belakang gedung Moonfly yang memang disediakan untuk seluruh kegiatan praktek dan olahraga di Moonfly. Elyn mengatakan bahwa stadium ini sangat ajaib.

Setiap benih yang tertanam di tanah stadium akan langsung tumbuh subur. Jika menanam bunga di sana, maka bunganya akan langsung mekar. Jika menanam pohon, maka pohonnya akan langsung mengeluarkan buah segar. Saat si penanam pergi dari stadium, semua yang ditanam akan lenyap masuk ke dalam tanah.

Chloe dan Elyn pun tiba di stadium Moonfly. Stadium ini luasnya sama dengan stadiun sepak bola tapi tidak hijau. Stadiumnya hanya beralaskan tanah basah seperti habis di siram. Chloe mengatakan pada Elyn bahwa dia ingin duduk di bagian atas agar dapat melihat seluruh stadium. Sampailah mereka di barisan atas, tapi beberapa tempat duduk di sana sudah terisi penuh. Akhirnya mereka pasrah hanya bisa duduk di barisan ketiga dari tempat duduk paling atas.

Pertunjukan pun dimulai, di bawah cuaca yang cerah datang beberapa peri wanita yang berpenampilan serba merah muda dan peri laki-laki yang berpenampilan serba hijau mulai menari-nari sambil menebarkan benih ke tanah. Perlahan dari tanah keluar banyak sekali macam-macam bunga yang berwarna-warni.

Mereka terbang di atas bunga-bunga yang indah itu bersama beberapa pixies -peri yang sama besarnya dengan burung yang keluar di antara bunga-bunga. Mereka terbang ke sana ke mari sehingga serbuk pixies mereka tersebar tidak beraturan di atas bunga-bunga.

Tidak hanya sampai disitu, bunga-bunga pun ikut bergerak-gerak seperti tertiup angin. Bunga-bunga yang terkena serbuk pixies, satu per satu tercabut dari tanah dan terbang ke arah semua penonton. Stadium menjadi sangat ramai dengan sorak-sorai mereka.

Chloe tampaknya tidak terlalu tertarik dengan pertunjukan ini karena sebenarnya Chloe tidak terlalu suka dengan bunga. Chloe teringat saat melihat ayahnya sedang mengurus bunga mawar di halaman belakang rumah. Saat itu Chloe hanya menonton dari kursi teras dan tidak membantu sama sekali.

Mantan kekasihnya -Henry juga pernah memberikannya seikat bung. Namun saat Chloe menerimanya, dia langsung memberikan bunga tersebut kepada juru masak sekolah karena bunga-bunga itu mengeluarkan bau tidak sedap sehingga membuatnya sesak napas.

Setangkai bunga mawar terbang mendekati Chloe. Chloe berusaha untuk menghiraukannya dan pura-pura tidak melihat tapi bunga itu semakin mendekatinya. Elyn mulai mengoceh dan menyuruh Chloe untuk mengambilnya. Dengan ragu, Chloe pun menjulurkan tangannya untuk menggapai bunga itu.

Chloe takjub saat melihat tangkai bunga mawarnya tidak berduri. Chloe penasaran, kapan peri-peri itu membersihkan duri bunga mawarnya? Saking penasarannya apakah itu asli atau tidak, Chloe pun menghirup wangi bunga mawar itu dan tiba-tiba Chloe langsung terbatuk-batuk hingga sesak napas.

"Chloe, kamu kenapa?" tanya Elyn yang terkejut mendengar Chloe yang terbatuk.

Chloe yang masih terbatuk tidak bisa berkata apa-apa dan penglihatannya pun mulai samar, badannya juga tiba-tiba menjadi lemas dan karena sudah tidak tahan lagi, Chloe pun jatuh dan tidak sadarkan diri.

"Sepertinya mulai hari ini aku akan mendapat pasien tetap," kata seorang perawat peri kepada Chloe. "Halo Chloe, senang bisa merawatmu sejak kamu datang ke Moonfly," lanjut peri itu sambil tersenyum.

"Bella? Oh astaga! Kamu... kamu..." seru Chloe terbata-bata karena sangat terkejut melihat Bella yang terlihat sangat sehat dan bersayap cokelat.

"Aku baik-baik saja, Chloe. Thanks to you."

"Mia, Alice?"

Bella menghela napas dan mendekati Chloe. "Lebih baik kita tidak membicarakan itu dulu ya. Ada ujian yang musti kamu lewati bulan depan. Ingat kan?"

"Apa itu buruk?"

"Ujiannya tidak buruk kok. Aku yakin kamu bisa melewatinya dengan mudah."

"Maksudku Mia dan Alice. Apakah mereka berakhir..." belum selesai menyelaskan kalimatnya, Bella menyela Chloe.

"Kamu alergi pada bunga," ucap Bella lantang sambil memberikan sebotol ramuan kepada Chloe.

"Bella, please. Aku harus tahu apa yang terjadi pada mereka dan teman-temanku. Kamu orang terakhir yang aku lihat hari itu. Hari sebelum aku dibawa ke dunia dongeng ini!"

Sambil menghela napas lagi, Bella mendekati Chloe yang sedang terduduk di kasurnya itu dan dia mencoba mengatakan sesuatu, "sebenarnya..."

"Alergi bunga?" mantan kekasih Chloe -Henry datang mengejutkan dengan suaranya yang menggema di ruangan perawatan itu. "Pantas saja kamu tidak suka dengan bunga-bunga yang aku berikan. Ternyata alergi."

"Haah... You gotta be kidding me! Jadi, dunia dongeng ini membuatku bertemu dengan orang-orang yang sebenarnya sudah aku anggap mati," seru Chloe dengan jengkelnya. "Biar aku tebak, umm... Mia dan Alice, mereka di sini juga kan?"

"Chloe..." lagi-lagi Bella ingin mengatakan sesuatu tapi ucapannya disela oleh Elyn yang tiba-tiba datang memanggil nama Bella sangat lantang.

"BELLAAAA... Sepertinya Chloe sudah terlihat membaik. Boleh aku membawa dia pergi dari tempat ini?" ajak Elyn. "Oh, Henry. Kangen sama mantan?" sindir Elyn melihat Henry di sana.

"Hai Elyn, senang bertemu denganmu," sapa Henry dengan ramahnya.

"Ya ya..." balas Elyn dengan angkuh. "Ayo Chloe, aku sudah muak dengan ruang perawatan ini."

"Bella, urusan kita belum selesai," ucap Chloe dengan sangat tegas kepada Bella.

Chloe bergegas keluar dari ruangan itu tanpa menghiraukan Elyn, Bella dan Henry yang saat itu terkejut dengan sikap angkuh Chloe. Walaupun Elyn sudah sering melihat Chloe seperti itu, tapi yang tadi itu terlihat jelas bahwa Chloe sedang marah. Elyn pun hanya mengikuti Chloe dari belakang dan tidak mencoba untuk berbicara sama sekali.

=====

Malam pertama di asramah Moonfly, dalam lelapnya, Chloe mendengar bisikan seorang pria tepat di telinga kanannya. Chloe pun tiba-tiba terbangun dan mendapati dirinya sedang berbaring di tanah yang lembab. Dia perlahan berdiri dan mengedarkan pandangannya pada besarnya danau di depannya. Saat sedang nyaman memandangi danau, tiba-tiba dari kejauhan ada pria yang berjalan di atas danau.

Pria itu berjalan semakin dekat ke arah Chloe sehingga perlahan wajahnya terlihat jelas. Dia sangat tampan dengan rambut pirang lurus seleher dan berponi hingga keningnya tertutup. Chloe mendadak diam mematung saat pria itu telah sampai tempat satu langkah di depan Chloe. Pria itu berusaha membisikan sesuatu pada Chloe tapi suaranya tidak terdengar sama sekali.

Charlie. Satu nama terlintas dalam benak Chloe tapi dia tidak tahu dari mana asal nama tersebut. Chloe memejamkan matanya dan berusaha keras untuk mengingat nama tersebut tapi semakin berusaha mengingat sesuatu, kepala Chloe menjadi sakit. Chloe pun hampir menangis karena rasa sakit yang begitu menyiksanya.

"Chloe. Chloe. Chloe!" panggil seseorang dari kejauhan.

Chloe menarik napas yang sangat dalam seakan-akan napas tersebut adalah napas terakhirnya. Sambil menghembuskan udara dari mulutnya, dengan perlahan Chloe pun mulai membuka matanya.

"Bangun Chloe, sudah pagi. Jadwal hari ini adalah latihan fisik. Kita akan berlari mengelilingi Moonfly hingga makan siang nanti," seru Elyn kepada Chloe yang masih setengah sadar itu.

Chloe merasa tubuhnya menjadi sangat lemas bahkan ingin bicara pun sulit. Chloe hanya bisa menatap kosong pada Elyn yang saat itu masih menunggu respon dari Chloe.

"Well, sepertinya kamu tidak akan sanggup untuk latihan fisik pagi ini. Istirahatlah," Elyn pun bergegas meninggalkan Chloe yang terlihat bingung itu.

Chloe pun perlahan mencoba mengembalikankesadaranya. Dia turun dari kasur dan meminum segalas air putih yang ada dimeja belajar. Merasa badannya sangat lemah, Chloe memutuskan untuk kembalitidur dan berharap bisa bangun sebelum kelas berikutnya.


BLUE MOON - Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang