PART 39. PERJALANAN PULANG

917 62 1
                                    


Persiapan pun telah selesai dikerjakan oleh Griffin, Chloe mengucapkan perpisahannya pada Elsa dan Layli yang baru dia kenal selama beberapa jam itu. Griffin membantu Chloe menaiki Tom –si hippogriff dan mereka pun siap terbang menuju Kota Springfield.

Sepanjang perjalanan, Griffin membiarkan Chloe bersandar di punggungnya. Griffin juga tidak sama sekali bertanya-tanya karena dia tahu Chloe masih dalam keadaan tidak stabil atas trauma-trauma dan kejadian buruk yang dialaminya. Griffin dengan lembut mengelus-elus telapak tangan Chloe yang melingkar di perutnya.

Chloe pun merasa sangat nyaman terbang seperti ini bersama Griffin –teman barunya. Dia menikmati hembusan angin yang menyejukan sambil bersandar di tubuh Griffin yang terasa sangat hangat.

Tangan Griffin yang mengelus lembut tangannya membuat Chloe semakin merasa aman dan nyaman dalam perjalanan pulangnya ini hingga akhirnya dia tertidur lagi dengan tenangnya.

Griffin membangunkan Chloe saat Tom mulai terbang menukik ke bawah. Mereka akan berhenti di Hanzels tepatnya Sungai Muuse dekat Kota Glindwood. Chloe sempat ragu saat dirinya hendak turun dari Tom karena dia benar-benar trauma berada di tanah peri itu.

Dengan kata-katanya yang lembut, Griffin pun berhasil membujuk Chloe untuk sebentar saja turun dari Tom dan membiarkan tunggangan mereka itu beristirahat.

Hari yang kini sudah malam, membuat Tom beristirahat hingga tertidur. Griffin dan Chloe pun tidak ada pilihan untuk beristirahat juga. Griffin mulai berjalan menuju pohon di dekat sungai dengan membawa serta perbekalan mereka. Griffin membentangkan sebuah tikar untuk mereka duduk di sana.

Chloe dan Griffin duduk dengan canggung dan heningnya memandangi sungai yang perlahan-lahan mulai terang karena adanya kunang-kunang.

"Mereka terlihat sangat indah," seru Griffin.

"Ya, mereka sangat indah," sahut Chloe yang sangat murung. "Kenapa kamu tidak bertanya-tanya Griffin? Kamu, Layli dan Elsa, kenapa kalian tidak bertanya bagaimana aku bisa sampai di Hutan Gael?"

Griffin melirik Chloe dan memperhatikan ekspresinya untuk beberapa saat sebelum menjawab, "portal teleport, bukan? Sepertinya kamu hanya mendarat di tempat yang salah."

"Kamu tahu aku tidak sendirian kan di danau itu?"

Griffin pun mengangguk dengan beratnya.

Chloe dan Griffin terdiam lagi dalam keheningan malam. Udara dingin di sekitar meraka mulai sangat terasa. Griffin pun mengeluarkan selimut berwarna putih dan memakaikannya kepada Chloe.

"Para warewolf tahu apa yang Troy lakukan para makhluk supranatural kelahiran bulan biru selama 6 tahun belakangan ini," seru Griffin memulai percakapan lagi. "Awalnya kami pikir Troy hanya ingin membalas dendam atas kematian istrinya yang terbunuh saat malam bulan biru tapi akhir-akhir ini ada berita mengatakan bahwa dia sedang merencanakan sesuatu yang sangat kejam."

"Aku pernah mendengar cerita legenda dari Vonny –anak Master Siff bahwa kelahiran bulan biru yang selamat saat bulan sedang membiru akan terpilih secara khusus untuk bergabung dalam perkumpulan yang dipimpin oleh Dewi Bulan Biru. Katanya, Dewi Bulan Biru adalah orang yang paling tidak terkalahkan di antara semua makhluk supranatural di dunia ini," lanjut Griffin.

"Karena itu hanya sebuah cerita legenda, jadi aku, Layli dan Elsa tidak begitu mempercayainya, hingga akhirnya aku membawamu ke rumah tadi pagi. Kami bisa merasakan aura bulan biru ada pada dirimu, Chloe."

"Sebenarnya para warewolf memiliki bakat untuk mengangkat berbagai penyakit dari tubuh seseorang yang dikehendakinya. Tapi karena saat itu tubuhmu diselubungi oleh aura bulan biru yang tidak stabil, Elsa tidak berani melakukan penyembuhannya padamu, begitu juga aku dan Layli."

"Aura bulan birumu bisa saja merusak aura warewolf kami. Itu sebabnya Elsa menyuruhku memanggil Master Siff –alfa para warewolf untuk menyembuhkanmu."

Chloe pun mengeleng-geleng membayangkan bahwa hidupnya akan semakin berat mengingat beberapa makhluk supranatural memuji-muji dirinya yang terlahir 'istimewa'.

"Aku hidup sebagai pem-bully selama berada di Kota Springfield bersama ayahku," Chloe mulai bercerita. "Aku pikir berada di Hanzels akan membawaku kepada kebaikan dan kedamaian."

"Aku bahkan pernah membayangkan bagaimana hidupku setelah menjadi peri seutuhnya. Aku ingin menebus dosaku dengan menebarkan kebaikan seperti peri-peri yang ada di dunia dongeng."

"Namun, pikiran-pikiran itu perlahan hilang dari benakku saat satu per satu kenangan buruk di masa lalu mulai terungkap dari orang-orang yang sangat aku percayai. Aku tidak ingat dengan teman baikku, aku tidak tahu kalau ternyata aku punya saudara kembar, aku bahkan tidak ingat bagaimana wajah ibuku."

"Selama di Kota Springfield, hal-hal seperti itu rasanya tidak apa-apa hilang begitu saja dari ingatanku tapi saat berada di Hanzels hal-hal itu terdengar seperti mimpi yang sangat buruk, hingga akhirnya aku melihat mimpi buruk itu benar-benar terjadi di depan mataku. Di saat itu aku yakin sekali kalau tempatku bukan di sini."

"Ya. Saat di danau itu aku meniup peluit darimu karena aku masih ingin hidup, Griffin. Aku ingin kamu menemukanku dan menolongku. Aku ingin hidup lagi menjadi manusia normal, tanpa bakat supranatural seperti ayahku. Aku ingin segera melupakan ini semua seakan terbangun dari mimpi buruk."

"Apakah kamu akan melupakanku juga?" tanya Griffin spontan.

Chloe tidak menjawab pertanyaan Griffin. Dia hanya menggeleng dan menghela napasnya panjang. Mereka pun terdiam lagi dalam kecanggungan dan ditemani oleh dinginnya udara malam. Chloe perlahan menyandarkan tubuhnya ke pohon dan mulai mengistirahkan pikirannya sekali lagi.

===

Chloe terbangun saat dia mulai merasakan hembusan angin di sekujur tubuhnya. Dia kini sudah berada di atas awan lagi –terbang bersama Griffin yang berada di depannya. Griffin nampak begitu dingin terhadap Chloe pagi ini. Dia tidak membangunkan Chloe dan langsung berangkat tanpa peringatan. Griffin bahkan tidak berkata apapun kepada Chloe selama perjalanan.

Udara pagi yang begitu sejuk perlahan berganti dengan hangatnya matahari. Sudah berjam-jam mereka terbang tapi tidak ada satu pun yang memulai berbicara. Chloe pun heran dengan sikap dingin Griffin itu. Dia merasa mulai tidak nyaman dengan kecanggungan di antara mereka.

"Griffin, bisakah kita mendarat sebentar di dekat sungai? Aku haus sekali," pinta Chloe.

Griffin tidak menjawabnya. Tanpa melirik sedikit pun ke Chloe, Griffin memberikan Chloe sebotol air. Chloe pun perlahan membuka botol itu dan meminumnya dengan cepat. Saat Chloe hendak memberikan botol itu lagi, Chloe terpikir untuk mencairkan suasana dinginnya dengan Griffin.

Chloe mengumpati botol minum itu ke belakang tubuhnya dan berseru dengan paniknya, "Griffin, botol minumnya jatuh!"

Griffin pun reflek menghadap ke bawah untuk memastikannya. Chloe memanfaatkan kesempatan itu untuk mengalihkan pandangan Griffin dan mulai tersenyum padanya sambil menunjukan botol minum yang masih dipegangnya.

Griffin yang merasa tertipu dengan lelucon itu akhirnya tersenyum dan tersipu malu dihadapan Chloe. Merasa sudah tidak canggung, Chloe pun melingkarkan tangannya ke perut Griffin dan menikmati hangatnya punggung Griffin.

Hari mulai berganti sore. Pemandangan di atas sana perlahan menjadi jingga. Tom terbang dengan cepat dan kuatnya tanpa berhenti lagi. Kini mereka pun mulai memasuki daerah Allwynds –negeri para manusia yang terlihat sangat modern dengan gedung-gedung yang menjulang tinggi ke langit.

Dari atas, Chloe dan Griffin dengan sangat antusias menyebutkan nama gedung-gedung dan restoran yang mereka suka. Merekapun kini berada di atas Kota Northam yang terdapat banyak pabrik-pabrik bercerobong asap besar. Griffin menunjukan rumahnya yang terlihat begitu besar seperti lapangan di tengah pepohonan rindang di Kota Northam itu.


BLUE MOON - Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang