PART 25. PANTAI SPRINGFIELD

1K 75 0
                                    

Sampai di stasiun, Chloe sadar bahwa dia dan Logan tidak punya kartu transportasi untuk naik kereta. Chloe mulai berpikir cepat dan menemukan targetnya. Seorang tukang bersih-bersih tua yang sedang menganti plastik sampah dari tempat-tempat sampah yang ada di stasiun adalah target Chloe.

"Jalan ke pintu masuk itu duluan," suruh Chloe kepada Logan. "Aku akan menyusulmu."

Logan pun mengangguk dan mulai berjalan ke pintu masuk. Chloe berjalan cepat ke arah kakek tua itu dan menabraknya. Dengan gesit tangan Chloe mengambil kartu tanda pengenal si kakek tukang bersih-bersih yang tergantung di ikat pinggang, berpura-pura jatuh lalu menyembunyikan kartunya ke dalam lengan jubah Dylan.

Kakek itu terkejut dan membantu Chloe untuk berdiri. "Hati-hati, nak."

"Terima kasih," ucap Chloe sambil tersenyum dan menerima pertolongan si kakek.

Tiba di pintu masuk, Chloe pun menempelkan kartu pengenal si kakek ke mesin sensor pada pintu masuk. Saat dia sudah di dalam, Chloe melepar kartu itu ke Logan yang masih menunggunya di sana. Chloe memberi sinyal pada Logan untuk menggunakan kartu itu untuk masuk ke dalam dan dengan lancar Logan pun berhasil masuk menggunakannya.

Dalam genggaman tangan Logan, kartu yang dibawanya itu tiba-tiba berubah menjadi 4 potongan puzzel unik yang bentuknya melengkung.

"Sepertinya ini petunjuk kita selanjutnya," seru Logan menunjukan potongan puzzel itu pada Chloe. "Tapi, puzzel macam apa ini? Aku tidak pernah melihat potongan puzzel yang seperti ini."

"Kita akan mengetahuinya saat kamu memegang petunjuk lain dengan tangan ajaibmu itu, Logan," ledek Chloe.

Kereta mereka pun tiba. Butuh waktu sekitar 4 jam perjalanan menuju stasiun dekat Pantai Springfield. Chloe dan Logan memanfaatkan waktu ini untuk bersitirahat sejenak. Mereka tertidur di kereta seperti orang-orang lelah lainnya.

===

Chloe terbangun di sebuah gua stalagtit yang dingin dan lembab. Dia mencoba berdiri dan menyeimbangkan tubuhnya yang terasa sangat lemas. Namun, tiba-tiba tubuh Chloe ditarik dari belakang oleh sebuah tali gaib yang sangat kuat hingga dia menempel pada dinding gua. Dari kegelapan, muncul tiga orang pria sambil memegang tongkat bengkok yang ujungnya bercahaya.

"Selamat datang di Morque," kata seorang pria dewasa yang tiba-tiba datang dihadapan Chloe. "Perkenalkan, aku anak pertama dari Penyihir Agung seantero Morque, Troy Killian. Aku sangat membutuhkanmu, Bulan Biru."

Chloe yang terjerat sempurna tidak bisa berkutik dan mulai ketakutan. Troy melepaskan Chloe dari jeratan di dinding namun tubuhnya masih tidak bisa bergerak karena terikat oleh tali gaib buatan Troy. Pelayan Troy langsung menutupi kepala Chloe dengan kantung hitam dan menariknya dengan kasar.

Selama perjalanan yang menyakitkan itu, Chloe bisa merasakan hembusan angin dan mendengar gesekan daun yang tertiup angin serta suara ranting yang terinjak. Setelah cukup lama berjalan, Troy dan pelayannya berhenti di suatu tempat yang sangat sunyi dan lembab. Chloe mendengar sekilas ayunan sebuah tongkat dan tiba-tiba bunyi pintu besi berdecit yang sedang dibuka terdengar sangat memekikan telinga.

Anak buah Troy mendorong Chloe hingga tersungkur. Pintu besi itu berdecit lagi dan suasana pun berubah menjadi sepi dan sunyi. Chloe perlahan bisa merasakan tubuhnya terbebas dari jeratan. Dia pun melepas tutup kepalanya dan mendapati dirinya sedang terkurung di penjara gelap dan menyeramkan.

Chloe mulai berdiri dan berjalan mondar-mandir di sel tahanan sambil terus mencoba menenangkan dirinya dan berpikir. Chloe membuka lebar telapak tangannya dan berusaha keras membuat bola serbuk peri bercahaya untuk meneranginya. Saat Chloe berhasil melakukannya, dia melihat ada seorang tahanan lain di depan sel penjaranya.

Peri laki-laki bersayap biru terbaring lemah di selnya. Jari-jari ditangannya membiru dan kakinya yang tidak beralas itu terdapat banyak luka-luka. Chloe pun berjongkok untuk melihat wajahnya lebih jelas. Rambut pirang dan hidungnya yang mancung seakan terlihat familiar di mata Chloe.

"Charlie?" panggil Chloe agak ragu.

Laki-laki itu perlahan menggerakan jemari tangannya dan berusaha keras mengangkat kepalanya. Dengan mata cokelatnya yang sayu, dia menatap Chloe.

"Chloe," ucapnya lirih sekali. "Kamu seharusnya tidak ke sini."

Tiba-tiba Troy dan tiga anak buahnya datang di sel penjara Charlie. Anak buah Troy mengangkat Charlie dengan paksa dan membuatnya berdiri. Troy yang langsung mengayunkan tongkatnya ke Charlie hingga dia menggeliat seakan tersetrum oleh listrik. Charlie pun berteriak keras sekali sehingga menggema di sel tahanan.

Chloe perlahan memejamkan matanya karena tidak kuasa melihat siksaan itu di depannya. Tubuh Chloe seakan terguncang dengan kegelapan yang kini menyelimutinya. Suara-suara bising perlahan terdengar menggantikan teriakan Charlie itu. Chloe pun membuka matanya dan menatap Logan yang sedang memegang erat pundak Chloe.

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Logan yang terlihat khawatir. "Wajahmu pucat sekali, Chlo. Kapan terakhir kali kamu makan?"

Sambil membenarkan duduknya, Chloe pun berkata, "aku tidak apa-apa." Mimpi buruk tersebut masih sangat terbayang olehnya. Dia bahkan masih sedikit mendengar teriakan Charlie di benaknya.

"Kamu benar-benar butuh makan dan minum, Chloe. Kamu terlihat seperti orang sakit," seru Logan memecahkan ketakutan yang sedang menghantui pikiran Chloe saat ini.

Chloe pun perlahan membuka botol minum yang dia dapatkan di level 3 kemarin dan meminum airnya dengan sangat lahap.

"Pelan-pelan. Nanti botolnya tertelan," ledek Logan sehingga membuat Chloe tersedak. Logan perlahan mengeluarkan satu per satu makanan dari kantong plastik warna putih yang ada di sampingnya.

"Dari mana kamu mendapatkan makanan-makanan ini, Logan?"

"Aku membelinya."

"Kamu punya uang?"

"Dash. Aku membawa beberapa dash untuk berjaga-jaga."

"Mereka menerima dash?"

"Ya. Sepertinya dash-dash itu terlihat seperti uang untuk mereka. Makanlah, Chloe." Logan memberikan sebungkus roti kepada Chloe. "Aku punya makanan yang lain kalau kamu masih lapar." Logan pun mengeluarkan segala isi kantong plastik yang penuh dengan makanan. Sekotak makan siang lasagna yang masih hangat, makaroni keju, spageti, ayam goreng, beberapa potong roti dan kue, serta susu dan jus.

Chloe pun tanpa ragu menukar roti dari Logan dengan sekotak makaroni keju dan ayam goreng. "Aku suka yang ini," ucapnya.

Logan pun mempersilahkan Chloe untuk mengambil kedua makanan itu. Logan sendiri makan lagsana yang dicampurnya ke sekotak spageti. Sebagai pencuci mulut, Chloe memakan kue coklat dan minum jus apel. Logan memilih roti coklat dan susu untuk penutupnya sehingga tidak tersisa apapun lagi di meja mereka.

Hari mulai pagi, mereka akhirnya sampai di stasiun dekat Pantai Springfield. Mereka berjalan cukup jauh untuk sampai ke pantai. Saat sampai di sana, mereka mulai mengambil seganggam pasir untuk memastikan bahwa mereka berada di tempat yang benar. Pasir Pantai Springfield sama persis dengan petunjuk yang mereka dapatkan namun semuanya terasa janggal saat menyadari bahwa pasir di sana tidak berkerikil merah.

Chloe dan Logan mulai mencari petunjuk lain. Chloe mulai menyisiri pantai dan berusaha menemukan kerikil merah. Tiba-tiba perhatian Chloe tertuju pada turis-turis yang hendak naik kapal persiar menuju Pulau Ratu yang letaknya di seberang pantai. Chloe membaca papan informasi seputar Pulau Ratu dan dengan jeli menemukan gambar beberapa kerikil merah di salah satu foto yang terpajang di sana.

Chloe pun memanggil Logan dan mereka dengancepat langsung membeli tiket menuju Pulau Ratu. Saat berada di kapal pesiar,Chloe dan Logan bertemu dengan kelompok lainnya –seorang peri wanita bersayap kuningdan seorang elves. Mereka tahu bahwa ini bukan tempat yang tepat untuk salingmelemparkan serbuk peri atau mungkin saling menyapa, yang jelas mereka hanyasaling menatap dan duduk dengan tenang selama perjalanan menuju Pulau Ratu.

BLUE MOON - Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang