part 8 Miss Kim Soo

2.1K 213 3
                                    

"Apa maksudmu?" Eonni bertanya.

Aku menatapnya, "Pembohong tidak perlu ikut campur!" Aku tahu matanya menunjukkan bahwa dia marah. Tapi apa kalian tahu? Aku melakukan itu, agar Eonni tidak terbebani untuk melindungiku.

Aku ingin semua orang yang ada didekatku yang terlibat dalam perjodohan ini menjauh dariku sampai aku dapat memecahkan dan menyelesaikanya. Tapi sungguh, sebenarnya aku tidak pernah berniat untuk menyakiti siapapun.

"Ini demi kebaikanmu." Katanya.

"Mulai sekarang. Kau, Sehun, ataupun siapapun yang terlibat dalam perjodohan itu, menjauhlah dariku. Tidak usah melindungiku. Jika kalian menjauh, aku akan aman!" Lalu aku pergi dengan langkah tertatih. Bertanya pada suster yang berlalu lalang, apa Kim Soo dirawat disini.

"Beberapa hari lalu dia dirawat disini." Kata salah satu suster yang aku tanya.

"Dimana dia sekarang?" Tanyaku.

"Dia sudah pergi."

"Meninggal?" Aku langsung menjatuhkan infusku. Aku jatuh dan menangis sejadi-jadinya. Lalu Baekhyun datang dan menenangkanku. Kupukul bahunya, tak dihiraukan semua melihatku. Aku tak peduli. Ini semua, gara-gara aku!

----

11 hari lagi.
Dan hari mulai gelap. Akupun tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Kim, kau pergi. Kenapa tidak mengajakku?

"IU!" Suara yang tak asing. Dia Baekhyun, aku tak menoleh sedikitpun.

"Kim, di Amerika. Dia menjalani operasi disana." Dia memegang lenganku.

Aku menatapnya, " Kim masih hidup?"

"Tentu." Dia melepas pegangannya.

Aku langsung memeluknya. "Dasar bodoh! Kenapa tidak bilang dari tahun lalu?" Lalu aku menangis lega dalam pelukannya.

"Tadi kau baru sadar. Dan tadi mau ku jelaskan, kau masih menangis. Aku tahu apa yang kau rasakan. Tenanglah."

"Bicara itu mudah." Kataku melepaskan pelukan dan mengusap air mataku.

"Sebenarnya apa yang terjadi hingga kau begini?"

"Eonni tidak memberi tahumu?" Tanyaku tanpa melihatnya.

"Tidak. Hyungnim juga tidak memberi tahuku." Katanya sambil duduk dipinggir kasur dekatku.

"Masih mau melanjutkan pertunangan itu?" Tanyaku menatapnya. Tapi dia tidak menatapku.

"Tentu."

"Demi aku?" Tanyaku lagi.

"Bukan."

"Untuk melindungiku?" Aku bertanya lagi.

"Bukan."

"Kau bohong!" Kupukul lengannya.

"IU, jangan menyalahkan dirimu atas apa yang tidak kau lakukan." Dia menatapku.

"Tapi merasa benar juga merupakan kesalahan." Kataku dengan kepala menunduk.

"Jika suatu saat nanti kau tahu yang sebenarnya, kau tidak akan menyalahkan dirimu." Katanya.

Aku diam.

"Kau menyukai Sehun, 'kan?" Tanya Baekhyun.

"Sudah tidak lagi." Kataku sambil melihat jendela.

"Jangan bohong."

"Kau tahu? Perasaan memang tidak bisa berbohong. Jangan menyalahkan hatiku." Kataku.

"Aku tidak menyalahkanmu. Aku kasihan padamu."

"Jangan mengasihaniku. Aku tidak butuh itu." Aku menatapnya.

"Bisa bantu aku?" Kataku kemudian.

"Apa?" Dia menjawab dengan sangat lembut.

"Jangan cegah aku mengungkap kebenaran."

"Tapi kau akan terluka."

"Lebih baik terluka daripada dituduh bertindak perbuatan yang tidak kau lakukan."

"Aku tidak mengerti katamu." Kata Baekhyun.

Aku tersenyum, "Suatu saat nanti, kau juga akan tahu."

----

Sekitar dua jam aku ditanya dokter, masalah ini, masalah itu, apa masih sakit? Dimana yang sakit? Dan aku menanggapinya dengan ramah.

Setelah dokter itu pergi, Appa masuk bersama Eomma.

Aku pura-pura tidur. Aku menutup mataku, "IU." Eomma mengelus kepalaku.

"Appa membawakan gitar untukmu."

Lalu aku membuka mata, "Apa yang ingin Appa elak lagi? Dengan benda itu, aku tidak akan bahagia lagi. Aku tidak butuh itu." Lalu aku menutup mataku lagi.

"Percayalah. Apapun yang terjadi. Itu bukan kesalahanmu. Apapun yang terjadi, itu kesalahan Appa. Maafkan Appa."

Aku diam. Aku masih menutup mataku.

Lalu kurasakan tanganku ditetesi air. Dan aku sudah menduga bahwa itu air mata Appa.

Maafkan aku. Aku tidak berniat menyakiti hati Appa. Aku hanya ingin mengungkap kebenarannya, tapi dengan cara berbeda. Jika aku acuh pada kalian, menurutku itu akan lebih mudah. Karna aku tidak perlu menjawab pertanyaan kalian nanti.

Setiap orang memiliki alasan untuk melakukan sesuatu. Aku tidak peduli dengan opini orang lain. Karna hidup itu adalah sebuah pilihan.

Kim, jika kau sudah sembuh nanti, aku ingin meminta penjelasanmu. Kenapa kau mempertaruhkan nyawamu hanya demi keegoisanku?

Kim, aku rindu padamu. Aku rindu pada sahabatku Kim Soo. Dari kecil kita selalu bersama. Sampai akhirnya kau mencintaiku. Tapi maafkan aku Kim, aku tidak bisa membalas cintamu.

Tapi yang perlu kau tau Kim, Kau satu-satunya laki-laki yang paling menyayangiku setelah Appa.

Jadi kumohon, tetaplah bertahan hidup. Aku bisa memulai semuanya denganmu.

PRIVÉ [COMPLETE] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang