Part 22

2K 165 12
                                    

"Baekki!" Aku mendesah kesal. Dia merecoki-ku makan ice cream.

Dia tertawa, "Ah, kau imut sekali."

Aku memandangnya dan mengabaikan kenikmatan ice cream Strawberryku, "baru tahu?" Lalu kulanjutkan makanku.

Es creamnya habis duluan, dia memandangku makan es cream, "kau mau?" Aku menyodorkan punyaku.

"Tidak!" Dia memandang kearah depan.

"Ya sudah." Kulanjutkan makanku.

"Kurasa kau punya seribu nyawa." Kata-kata yang membuatku berhenti makan ice cream.

Aku menghembuskan nafas kasar, "mana ada!" Aku memandangnya, "Baekki, kurasa aku punya kekebalan tubuh luar biasa. Seperti... superman mungkin?"

Dia mengambil ice cream-ku dan memakannya, "supermen pantatmu!"

Aku mendesis "Aish! Kau bilang tidak mau!"

Dia beranjak berdiri dan meninggalkanku, "Ya! Berikan ice cream-ku!" Kupukul-pukul pinggangnya yang jenjang.

Dia tertawa dan menghadap kearah-ku, "ini!" Dia menyodorkan tangan kosong.

Kutepis tangannya, "Ah! Kau licik!" Aku memanyunkan bibirku.

Dia mencium bibirku cepat, "Omo!" Aku melotot sambil memegang bibirku.

"Jangan cemberut, tersenyumlah." Dia kembali meneruskan jalannya mendahuluiku.

"Kalau cemberut saja kau cium, aku mau cemberut terus." Aku melingkarkan tanganku di pinggangnya.

Dia mencium keningku, "tersenyum lebih cantik!"

Aku jadi teringat kata Ibu Shin, dulu dia pernah bilang, Bahagia pasti ada waktunya. Mencari kebahagiaan itu mudah, yang penting kau mau berusaha.

Aku sekarang tahu maksudnya, hidup itu tidak penah terlepas dari kebahagiaan dan kepedihan. Maka, jangan berlarut-larut dalam kesedihan, dan jangan terlalu bangga pada kebahagiaan.

----

"Ah! Aku lelah!" Dia membaringkan tubuhnya ke atas ranjang.

Aku duduk di tepi ranjang dan memandangnya, "aku ingin menghubungi semuanya."

Dia beranjak duduk dan mengambil ponsel dari sakunya, "pakailah ini, nomornya sudah kita ganti tadi. Jadi tidak masalah kalau kita menghubungi mereka."

Aku mengambil ponsel dari tangannya, "tapi, jikan Byun bisa melacak kita bagaimana?"

"Tidak akan! Jangan kuatir."

Aku mengangguk, lalu kuhubungi Eonni.

"Halo Eonni!" Suaraku setelah tersambung.

"IU! Syukurlah kau menghubungiku."

"Aku kangen padamu!" Kataku sambil menahan air mata.

"Aku juga! Kau tahu, Kim sungguh baik. Keluarga kita aman karena ada acara di RV miliknya yang mempublikasikan keluarga kita sebagai pemilik mutlak Black One!"

Aku tersenyum, "iya! Eonni, pers akan melindungi kalian. Tapi, Byun bagaimana?"

"Dia sebenarnya marah pada Kim. Tapi, semua bisa teratasi, karena publik juga tahu siapa Kim. Jika Byun melukainya itu akan bahaya, karena publik akan terus menguak kasusnya bukan? Jadi, Byun tidak bisa melakukan apa-apa."

"Pers memang sangat membantu. Eonni, aku merindukan Eomma dan Appa." Kataku dengan suara yang agak kupelankan.

Aku mendengar suara hembusan nafas Eonni yang panjang, "Mereka juga merindukanmu."

PRIVÉ [COMPLETE] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang