24

52 10 0
                                    

Alunan lagu Roses milik The chainsmokers
menggema ditempat Alexa dan Rio sedang asik menyantap makanan.

Alexa yang mendengar lagu itu sesekali menggoyang-goyangkan kepalanya menikmati alunan lagu tersebut membuat Rio yang sesekali melirik Alexa tersenyum kecil.

"Lo suka lagunya?" tanya Rio setelah meminum jusnya.

"Lumayan." ucap Alexa sambil mengunyah makanan.

"Telan dulu Bu," Rio tertawa. "Oh iya emang lo suka genre musik apa?"

"Punkrock." Alexa menjawab setelah menelan makanannya dengan baik.

"Emang lo gak suka lagu milik oppa-oppa Korea?" tanya Rio sontak membuat Alexa tertawa besar membuat seluruh pelanggan restoran menatap mereka berdua.

"Oh oppa, suka lah apa lagi yang oppa-oppa pemain drakor jadi pengen nabok eh maksudnya pengen halalin." Rio terbelakak kaget mendengar jawaban Alexa.

Rio mengira Alexa adalah perempuan yang tidak menyukai oppa-oppa, tapi ternyata ia salah sangka.

Rio kemudian terdiam memperhatikan Alexa yang masih menyantap makanannya kemudian ia teringat kejadian kemarin dimana Alexa menangis di bangku taman dan membiarkan air hujan menerpa wajahnya.

"Alexa, kenapa lo nangis waktu di taman?" tanya Rio secera tiba-tiba membuat Alexa langsung tesendak. Melihat Alexa tersendak makanannya sendiri, Rio segera memberikan air.

"Nangis?" Alexa kembali bertanya dengan raut wajah datar.

"Alah gak usah bohong, gue tau kok," Rio kemudian memandang lekat-lekat mata Alexa. "coba deh lo cerita, siapa tau gue bisa bantu." mendengar itu Alexa kemudian tersenyum.

Alexa berfikir sejenak mempertimbangkan apakah ia akan menceritakan masa lalunya ini kepada Rio, orang yang baru dikenalnya atau tidak. Dengan sekali helaan nafas Alexa mengangguk.

Alexa lalu menatap Rio, "Namanya Pandu, cowok yang selalu bikin gue bahagia, senang, banyak pokoknya dan dia juga yang buat gue sakit hati." Alexa mulai menceritakan perlahan-lahan dari dimana ia mulai mengenal Pandu hingga Pandu pergi meninggalkannya karena kecelakaan tragis.

"Lo harus ngelupain dia, lo gak bisa terus-terusan bersedih cuma karena dia, lo berhak bahagia."

"Gue gak yakin." Alexa menunduk lalu meneteskan air mata yang sudah ditahanya sedari tadi.

Rio memegang tangan Alexa, "Lo pasti bisa, dan gue siap jadi pengantinya Pandu."

Deg. Ucapan Rio barusan bagaikan bom bagi Alexa. Ia terdiam memperhatikan Rio. Menatap si pemilik mata coklat itu, menatap sang ketua OSISnya, menatap orang yang pernah sangat ia benci. Ia menatap dalam mata Rio, mencoba mencari kebohonga namun Alexa sama sekali tidak menemukannnya.

"Ma-maksud lo apa?" tanya Alexa dengan gugup.

Seulas senyum mengembang di pipi Rio, "Gue gak tau sejak kapan perasaan gue ini muncul yang jelas tiap gue ketemu sama lo, natap lo, jantung gue gak bisa di ajak kompromi."

"Sorry Rio tapi gue gak bisa jawab sekarang."

"Gue gak nembak lo kok, gue cuman ungkapin perasaan gue dan gue harap lo juga punya perasan yang sama sama gue dan saat gue yakin lo juga punya perasaan sama, saat itu juga gue nembak lo." Alexa tercengang mendengar perkataan Rio dan asal kalian tahu saja debaran jantungnya memburu dengan cepat.

"Hahaha, gue suka." Alexa tertawa garing sambil menepuk-nepuk pundak Rio berusaha menutupi kegugupannya.

Padahal gue harapnya lo nembak gue sekarang tapi gak papalah kapan pun lo nembak gue, gue pasti bakalan terima kok. Karena gue yakin hati gue udah berhasil mencari kebahagiannya kembali. ucap Alexa dalam hati ia menatap Rio sambil tersenyum hangat.

"Thank's Rio. " ucap Alexa pelan namun Rio masih bisa mendengarnya.

"Gak usah terima kasih."

👭👭

Seorang gadis sedang berdiri di depan mall menunggu hujan yang sedari tadi belum reda sambil menenteng berbagai kantongan belanjanya yang ia beli untuk ia pakai selama tinggal di apartemennya. Ia sama sekali tidak ingin pulang sampai semua masalah di rumahnya hilang. Oleh karena itu ia berinisiatif untuk membeli berbagai bahan sandang dan bahan pokok.

Ketika hujan sediki lebih redah Alicia segera berjalan mencari taksi yang siap sedia untuk mengantarnya pulang. Karena minimnya taksi yang masuk di kawasan mall membuatnya harus berjalan keluar mall atau lebih tepatnya berjalan menuju pinggir jalan raya untuk memberhentikan taksi.

Baru saja ia ingin melangkah tiba-tiba saja ada seseorang yang memayunginya. Kepalanya mendongak mendapatkan sebuah jaket kulit berada dikepalanya lalau ia melirik secara sekilas lalu melihat sosok yang rela memayunginya itu, senyum Alicia mengembang.

"Hai Ian." sapa Alicia namun Ian sama sekali tidak membalasnya dan malah menuntun Alicia untuk pergi ke arah parkiran mobil. Dan sekarang mereka sudah berada di samping mobil Alfian. Mata Alfian melirik sekilas Alicia yang memperhatikan mobilnya dengan tatapan penuh tanya.

Alfian menghela nafas, "Masuk." pintanya pada Alicia namun Alicia masih saja bingung.

Alfian pasrah dengan tingkat kelemotan yang dimiliki gadis yang berada di sampingnya itu. Ia membuka pintu mobilnya mendorong Alicia pelan hingga ia duduk di kursi penumpang yang ada di sebelahnya. Setelah itu Alfian memutari mobilnya dan masuk ke tempat duduk pengemudi.

"Haccing!" Alicia bersin saat Alfian baru memasuki mobilnya. Tapi bukan itu masalahnya pada saat ia bersin tiba-tiba saja ingusnya keluar dan kebetulan sekali Alfian menoleh ke arahnya.

Alicia langsung saja mencari di mana keberadaaan tisunya yang dia perkirakan ada di dalam tasnya. Ia mencari dengan satu tangan sambil tangan yang satunya menutupi hidungnya.

"Nih." Alfian menyodorkan tisunya kepada Alicia kemudian Alicia buru-buru mengambilnya dan badanya langsung ia arahkan membelakangi Alfian, demi apapun Alicia sangat malu.

"Sumpah demi anak cucu gue jangan sampai tau dah dia emak sama neneknya pernah bersin sampai ngeluarin ingus segala di depan gebetan, malunya itu brai." ucap Alicia dalam hati.

Setelah membersihkan semuanya ia memandang ke arah luar jendela berusaha menutupi rasa malunya. Pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang di hiasi lampu-lampu serta tetesan air hujan yang menempel di balik kaca menjadi fokusnya saat ini tidak mau memikirkan bagaimana wajah Alfian apakah cowok itu merasa ilfeel atau ingin tertawa atau masih sama datar padanya, yang jelas ia tidak ingin menoleh kepada Alfian.

Hingga karena sibuk memandang berbagai aktifitas di jalan raya, iya tertidur nyenyak melupakan semua masalahnya.
___________________________________

Aku mau nanya nih sma kalian, bagaimana tanggapan kalian tentang cerita ini sejauh ini, bagus apa nggak? Soalnya akh masi penulis abal-abal yang sedang berkembang untuk menjadi penulis yang baik, dan aku butuh banget komentar kritik atau saran kalian supaya aku tambah mantap lagi untuk memuaskan pembaca-pembaca.

Oh iya, meskipun kalian cuman baca doang dan gak vote atau komen sama sekali aku tetap senang kok setidaknya kalian bererti suka sama cerita aku tapi aku harap buat kalian bisalah beri vote dan komen jadi....
Vote dan komen kalian aku tunggu jangan cuma jdi silend rider yah.

CHOOSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang