28

51 5 0
                                    

Semenjak hari itu mereka berempat tidak pernah lagi berbicara bahkan bertegur sapa pun mereka tidak melakukannya. Syafa pindah tempat duduk di depan Tya dan Alicia sementara Alexa duduk dengan orang yang duduk di bangku yang Syafa tempati.

Alexa sudah menyapa namun mereka diam dan enggan untuk menyapa kembali Alexa. Alexa juga sudah menanyakan apa salahnya kepada mereka namun jawabannya selalu sama 'lo pikir aja sendiri', ini membuat Alexa bingung. Perasaanya berkata ia tidak berbuat salah kepada teman-temannya namun tiba-tiba saja mereka menjauh tanpa alsan yang jelas. Tidak jarang pula mereka berdebat hanya karena hal sepele dan yang paling menonjol dalam hal ini adalah Tya. Dialah yang selalu dihasut oleh sang pelaku utama. Seperti saat ini.

Alexa diam menatap Tya dengan tatapan tidak percayanya sebab ucapan Tya bagai air merica yang disemprot ke mata, "Dasar munafik! Bangsat. Memang penghianat pantasnya di jauhin." ucap Tya setelah menyenggol Alexa.

"Apa sih. Gue ada salah? Kalau ada, bilang." Alexa yang sudah tidak tahan dengan sikap Tya yang seperti ini akhirnya angkat bicara.

"Lo pikir aja sendiri."

"'Lo pikir aja sendiri.' Lo pikir gue cenayang yang bisa baca isi kepala lo? Kalau ada masalah bilang, biar kita selesain secara baik-baik. Kita nggak mungkin begini terus. Kita ini sahabatan."

"Sahabat? Nggak sudi gue punya sahabat macam lo." Tya bersedekap dan menatap tajam Alexa, "Lo pikir pake otak lo, apa ada sahabat yang ngelanggar perjanjian yang mereka buat bersama?"

"Maksud lo?" Tya tidak menjawab dan langsung melenggang pergi bersama dengan Alicia dan Syafa.

Alicia yang melewati Tya menatap Alexa dengan tatapan sendu, tidak tahu harus berbuat apa. Di satu sisi Tya ada benarnya, namun di sisi lain ia yakin Alexa tidak melakukan kesalahan yang fatal..

👭👭

Alexa sedang menatap minuman kalengnya dengan tatapan yang sulit di tebak. Pikirannya saat ini melayang-layang entah kemana, Ia terus berpikir apa maksud dari ucapan Tya.

"Ehm," Alexa terlonjak kaget ketika mendengar deheman dari seseorang, "Mikirin apa?" tanya Rio yang kemudian duduk di bangku taman.

"Mikirin..." Alexa sibuk mencari alasan yang pas agar masalah ini tidak sampai melibatkan Rio, "Ah! Mikirin lo. Iya. Lagi mikirin lo." ucap Alexa berusaha meyakinkan.

Seketika tawa Rio pecah namun begitu hambar, "Serius mikirin gue? Bukannya lo ada masalah sama teman-teman lo?" tanyanya.

"Hah? Siapa bilang coba. Nggak usah sotoy deh mas."

"Nggak usah bohong kali. Gue lihat sendiri tadi pagi." ucap Rio yang membuat Alexa diam seketika.

"Kalau ada masalah cerita atuh sama gue. Kita kan udah pacaran, jadi harus saling berbagi berbagi." ucap Rio menekankan kata pacaran di sela-sela kalimatnya.

"Coba deh lo cerita, sebisa mungkin gue bantu kok."

Alexa tersenyum, Rio memang sangat baik dan ia mirip sekali dengan Pandu. Meskipun sudah ada Rio, tetapi Pandu masih memiliki tempat tersendiri di hatinya.

Akhirnya Alexa memberitahu mengenai kejadian yang menimpanya. Mulai dari awal ia menceritakan sampai kejadian pagi ini.

"Dari sini gue bisa simpulin kalau Tya suka sama gue." ucap Rio dengan pedenya membuat Alexa menatap jijik.

"Idih apaan. Sok cakep lo, tai. Tapi emang iya sih, Tya sama yang lain suka sama lo. Tapi menurut gue mereka itu suka dalam artian kagum."

"Nah kan gue benar, tapi yang jadi perma--" seketika ucapan Rio terhenti oleh bunyi bell tanda waktu istirahat telah berakhir.

"Udah bell. Kita lanjutnya pas pulang sekolah aja." ucap Alexa yang kemudian disetujui oleh Rio.

Keduanya berjalan meninggalkan taman dengan bergandeng tangan. Tadinya Alexa sedikit risih tapi entah kenapa ia membiarkannya begitu saja.

"Oh iya, belajar kelompoknya kapan dilanjut?" tanya Rio disela-sela perjalanan mereka yang tidak luput dari perhatian orang-orang.

"Terserah. Kata Bu Nuri juga gue udah ada perkembangan." ucap Alexa.

"Serius?" tanya Rio ketika mereka sudah sampai di depan kelas Alexa.

"Yoi. Gue sekarang giat belajar yah, tapi masih ada beberapa yang gue nggak ngerti. Itu aja nanti yang lo ajarin minggu depan."

"Siap kapten," ucap Rio dengan tangan hormat membuat Alexa ingin tertawa namun langsung dicegah Rio, "Udah masuk sana. Guru gue udah mau masuk nih."

👭👭

Setelah bell pelajaran selesai, Alexa langsung melenggang pergi tanpa menegur teman-temannya lagi seperti hari sebelumnya. Ia lelah terus seperti ini, jadi dari pada makin menjadi-jadi dia diam saja dulu memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya agar kesalah pahaman ini segera berakhir.

Alexa melangkahkan kakinya menuju parkiran namun tiba-tiba ia teringat bukunya. Ia harus menyimpannya di loker jadi ia berputar arah menuju tempat loker sebelum menemui Rio yang sedang menunggunya di parkiran sekolah.

Sampainnya Alexa di ruang loker, ia menaruh buku yang ingin disimpan. Sebelum menutupnya, ia mendengar sekumpulan adik kelas yang bercakap-cakap.

"Pokonya janji yah! Kita nggak boleh pacaran sama dia supaya hubungan persabatan kita nggak hancur." ucap adik kelasnya itu.

Deg.

Jantung Alexa berdebar kala mengingat percakapannya dengan Tya, Syafa dan Alicia yang membahas soal perjanjian tentang Rio. Seketika pintu loker yang terbuka ia tutup dengan keras menimbulkan bunyi nyaring yang membuat adik kelas itu terkejut dan menatapnya aneh.

Sebelum Alexa pergi, ia memberi saran pada adik kelasnya itu, "Jangan berjanji karena kalian nggak akan tau bagaimana ke depannya. Bisa jadi cowok itu jodoh salah satu diantara kalian." setelah itu Alexa melenggang pergi menuju parkiran.

______________________________________

Tetap vote dan komen dan tetap tunggu cerita ini yah :)

CHOOSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang