Setelah mengetahui inti permasalahannya dengan sahabat-sahabatnya, Alexa langsung pulang ke rumah tanpa memperdulikan Rio yang tengah menunggunya di parkiran sejak tadi. Kepalanya pening seketika memikirkan kesalahan yang ia perbuat, memikirkan perkataan Tya yang menggapnya penghianat. Jadi ini masalahannya. Sebuah janji yang ia lupakan.
Alexa menitikkan air mata. Baru kali ini ia sepusing ini tidak tahu harus bertindak apa. Disatu sisi ia mencintai Rio, namun disisi lain baginya teman-temannya adalah segalanya. Ponselnya yang berdering sedari tadi tidak ia hiraukan karena perasaan bersalahnya ini. Pikirannya sudah tidak jernih lagi, kali ini Alexa benar-benar lemah.
Ia bangkit dari tempat tidur dan kemudian mengambil masker penutup wajah serta kunci mobil mamanya yang berada di lantai bawah. Tujuannya sekarang satu, menuju apartemen Alicia untuk meluruskan masalahnya.
👭👭
Alexa berjalan cepat melewati setiap pintu di sebuah gedung apartemen yang selalu menjadi tempat kumpul mereka. Sampai ia berhenti di depan kamar bernomor 212S kemudian menekan bel.
Pintu terbuka menampakkan wajah terkejut Alicia mendapati Alexa tengah berdiri di depan apartemennya.
"Ngapai lo?" tanya Alicia judes dan tanpa basa-basi.
"Gue cuman pengen bilang..."
"Masuk aja dulu." Alicia mempersilahkan Alexa masuk terlebih dahulu sebelum berbicara.
Mereka berdua duduk di sofa panjang yang berada di ruangan tersebut dengan suasana hening yang tentu saja membuat keduanya merasa tidak nyaman.
"Ngomong apaan?" tanya Alicia to the poin.
Alexa berdeham sebelum melanjutkan kembali ucapannya yang sempat tertunda, "Gue tau gue salah. Tapi gue serius gak ingat tentang perjanjian konyol itu, Alicia."
"Terus sekarang apa?"
"Gue mau minta maaf sama kalian. Sumpah gue benar-benar menyesal."
Alicia menatap mata Alexa yang mulai berkaca-kaca. Ia tau sebenarnya Alexa tidak bersalah, mereka bertiga telah dipengaruhi si iblis Diandra. Alexa tidak salah, perasaan tidak bisa dipaksakan. Hati itu bebas mau jatuh ke siapa saja dan sekalipun dia sudah jatuh, tidak ada yang berhak menyalahkan dia.
"Lex, kita yang harusnya minta maaf bukan lo," ucap Alicia sendu. "kita yang salah. Alexa, menyukai seseorang adalah sebuah pilihan. Lo bebas memilih siapa yang akan nantinya lo jadiin pasangan. Kalau memang itu Rio, nggak apa, selama lo bahagia gue ikut bahagia."
"Tapi gue tetap salah."
"Oke kita semua salah. Nanti gue coba ngomong sama Tya dan Syafa, ini semua harus dilurusin lo gak perlu khawatir." Alexa tersenyum lalu membentangkan tangannya dan setelah itu terjadilah acara peluk-pelukan.
"Kita udah kaya di FTV aja ya, heheh." ucap Alicia masih tetap dengan posisi yang sama.
👭👭
Sejam yang lalu Alexa sudah meninggalkan apertemen Alicia. Meski masih khawatir akan kelanjutannya, Alexa berusaha tetap berpikir positif. Ia mempercayai Alicia untuk menjelaskan semua ini ke teman-temannya. Sebenarnya ia tidak mau memerintah sesorang untuk menyelesaikan permasalahannya, tapi ada kalanya terkadang kita membutuhkan seseorang untuk membantu persoalan kita.
Jika Alexa yang mendatangi langsung mungkin Tya juga Syafa akan mengacuhkannya dan berakhir dengan sebuah pertengkaran lagi yang membuat semuanya terus merenggang. Oleh karena itu Alexa meminta bantuan Alicia memberikan pengertian sedikit kepada Tya dan Syafa setelah itu barulah ia beraksi meminta maaf akan kesalahan yang ia perbuat dan kemudian semuanya akan kembali seperti semula.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOOSE
Teen FictionMemiliki kenangan yang buruk bukanlah hal yang mudah untuk dilupakan, sama halnya dengan Alexa. Memiliki kenangan masa lalu dapat mengubahnya menjadi sosok yang berbeda. Hingga ia mengenal Rio Alfatah, cowok super menyebalkan dengan tampang sok cool...