Dia

81 5 0
                                    

Aku mengerjapkan mata, mencoba mencari kesadaran yang hilang sesaat.

Danu.

Saat nama itu terlintas di kepalaku aku langsung mencoba untuk bangun, namun lilitan selang di tanganku terasa begitu menusuk.

Apa itu tadi nyata ku harap wajah yang ku lihat benar benar dia.

"Apa yang kau lakukan istirahatlah... demammu tinggi..." Mei orang yang entah dari kemarin ingin ku bunuh.

"Kenapa aku berada di rumah sakit, kemana dia....?? Pertanyaan itu seolah tak henti bermain main dikepalaku.

"Dia siapa yang kau maksud....??"

"Seseorang dari JM Intertaimen..."

"Ohh... dia baru saja pergi...."

Benar, dia benar benar ada tadi benar dia yang ku lihat.

Ku cabut jarum infus yang menempel di tanganku, tanpa menghiraukan badanku yang sedikit goyah aku lari keluar ruangan rawat ku.

"Mita... apa yang kau lakukan...." teriakan Mei masih ku degar, namun aku tidak punya waktu untuk menjelaskan semuanya yang ku inginkan hanyalah mengejarnya karena aku tidak mau dia meninggalkan aku lebih jauh lagi.

Berkali kali aku hapir tersungkur namun aku tetap berlari mencari sosok yang ku rindukan, sambil menyeka air mataku yang dari tadi jatuh tak henti henti.

Dia......... Danu........

.

Aku mohon jangan......

.
.

Jangan.... pergi........

.

Aku lelah mencarimu.

.

Di sana, di lorong itu ku lihat dia berjalan bersama temannya, tuhan tolong buat dia berhenti, jangan biarkan dia terus berjalan menjauh dariku.

.

.

.

Setelah memastikan seseorang yang bernama Casandra mendapat perawatan yang tepat Danu bergegas meninggalkan rumah sakit, karena rekan kerjanya di sebrang telfon terus berteriak teriak meminta dia segera kembali ke lokasi syuting.

Pekerjaannya sebagai seorang sutradara telah memakan banyak waktunya, hingga meluangkan waktu untuk istirahat pun dia kesusahan, sehingga pekerjaan ini banyak memancing emosinya, apa lagi di tambah kejadian beberapa waktu silam membuat Danu menjadi sosok yang bertemperamental tinggi.

Di belakang tanpa ia sadari mita mengejarnya, berkali kali ia hampair tersuruk ke depan namun Mita mencoba tetap berdiri tegak dan kembali mengejar Danu, sambil sesekali ia menyeka air matanya yang jatuh.

Tidak ada apa apa yang terjadi namun dada Danu rasanya sangat sakit, entah mengapa seperti sesuatu mengusik relung hatinya yang paling dalam, diam diam ia meraba dadanya yang terasa nyeri.

Di depan rumah sakit Bima sudah menunggunya di dalam mobil, ia menyalakan klakson memberi tanda pada Danu bahwa ia berada di depannya.

"Gadis tadi aneh...." ucap bima sambil konsentrasi mengemudikan mobilnya.

"Semua gadis memang aneh..." Danu menjawabnya asal asalan seperti tidak berminat membahas tentang gadis yang di bawanya kerumah sakit tadi.

"Justru yang aneh itu lucu...." tawa kecil keluar dari mulut bima, sambil sesekali melirik ke arah partner kerjanya.

Love in silence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang