pertemuan tak terduga II

83 6 0
                                    

"Kalau tahu obat mulai habis lebih baik cepat bertemu denganku.... lihatkan jadinya malah seperti ini..." Dokter Heru, terus saja memarahi Mita sambil memeriksa keadaannya.

"Aku terlalu sibuk dokter...." mita mencari alasan.

"Kesibukan mu tidak lebih penting dari nyawamu..... Anwar menitipkanmu padaku, tapi apa yang kamu lakukan sedikitpun kamu tidak mengunjungiku bahkan menghubungi pun tidak..."

Peralatan infus yang kemarin terpasang di tangan Mita telah di lepaskan, karena ia sudah bisa makan seperti biasanya namun makanan yang masuk di perutnya harus menu dari rumah sakit.

"Apa aku harus menghubungi anwar tentang keadaanmu sekarang...." Heru menambahkan lagi.

"Ahhh... tidak usah dokter, aku sudah baikan..." Mita memasang senyum di wajahnya, seolah mengisyaratkan pada dokter yang telah merawatnya dari kecil bahwa dia sudah sehat.

"Kalau begitu jangan mengulangi kesalahan yang sama..."

"Baiklah...."

Selesai melakukan pemeriksaan rutin pada Mita, dokter heru berjalan keluar.

"Tu... tunggu dokter..." Dokter paruh baya itu menghentikan langkah kakinya menoleh ke arah mita, menunggu mita melanjutkan ucapannya "apakah aku boleh jalan jalan dokter... tulangku sakit semua berada di atas ranjang terus..."

"Hmmm... baiklah... tapi jangan coba coba mencuri makanan di kantin..."

Yang di maksud mencuri makanan di kantin adalah Mita tidak di perbolehkan mememakan makanan kantin, karena menu makannya hanya dari rumah sakit berupa bubur dan sayuran yang hambar.

Mita tersenyum mendengar persetujuan dari Heru, kemudia dokter Heru melanjutkan langkahnya.

.

.

.

Sudah tiga hari ia di rawat di rumah sakit, kakinya masih terasa kaku saat ia gerakkan di atas lantai, karena aktifitasnya dari kemarin hanya berbaring.

Kejadian yang lalu saat bertemu Danu coba Mita lupakan karena ia hanya ingin konsentrasi pada kesembuhannya sebelum dokter Heru mengabarkan berita yang tidak tidak pada papahnya yang masih berada di jepang dan membuatnya khawatir.

Mita terus berjalan menyusuri lorong lorong memperhatikan setiap pesakit yang berada di sekitarnya.

Seorang ibu ibu berdiri tak jauh darinya menarik perhatian Mita, ibu itu seperti tidak baik baik saja, tangannya bahkan meraih tembok untuk berpegangan.

Tidak bisa menahan diri, akhirnya Mita menghampiri ibu itu menawarkan bantuan.

"Anda baik baik saja buk..."

"Kepalaku pusing...." jawabnya sedikit parau.

"Kalau begitu mari kutuntun, di mana kamar anda..." Mita mengulurkan tangannya dan di sambut hangat oleh ibu ibu berwajah cina itu.

"Tidak usah... aku cuma mau duduk sebentar...."

Mendengar ucapan itu, dengan pandangan kabur karena tidak memakai kontak lens Mita memperhatikan sekelilingnya mencari tempat duduk yang kosong, karena rata rata kursi di lorong ini sudah di penuhi oleh pesakit yang ingin menghirup udara segar, pandangan matanya jatuh pada kursi di ujung, sedikit jauh dari tempatnya berdiri.

"Mari ikut saya...."

Dengan sabar Mita menuntun Ibu yang tidak di kenalnya ke arah kursi yang sudah menjadi targetnya.

Love in silence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang