Mita melihat tubuh itu, tubuh yang duduk di lantai menengelamkan kepalanya diantara siku siku kakinya.
"Danu..." panggil Mita lirih, pemuda itu menoleh, ekspresi wajahnya sungguh tidak sedap di pandang, wajah yang kusam dan mata memerah.
"Kenapa...?" Mita mendekat setelah tidak mendapat respon dari Danu, lelaki itu hanya memandangnya tanpa mengeluarkan sepatah kata.
Mita dapat mencium bau alkohol saat berhadapan dengan Danu, angin malam yang berhembus membuat Mita sadar bahwa udara ini tidak cocok dengan kesehatannya.
Sedikit tertatih tatih ia membopong tubuh Danu ke memasuki rumah setelah berhasil mengambil kunci dari saku celana pemuda itu.
Tanpa memikirkan etika kesopanan atau norma norma lainnya Mita terus membawa Danu kedalam kamar, yang ia inginkan hanyalah lelaki itu dapat mengistirahatkan badanya dengan tenang.
"Jangan tinggalkan aku..." Danu mengigau, suaranya terdengar serak tak bertenaga sedangkan matanya sudah terpejam rapat.
Lelaki itu pasti melewati hari yang berat karena untuk kesekian kalinya Mita melihat raut wajah sedih dari Danu. Selalu ia berfikir bagaimana caranya membuat lelaki itu bahagia dan kembali seperti Danu yang dulu lagi? Namun fikiran itu selalu tidak menemukan jawaban, Mita bukan siapa siapa bagi pemuda itu, tak perduli sebesar apa cintanya pada Danu tetap saja status mereka hanyalah teman.
Ini pertama kalinya Mita memasuki kamar Danu, kamar yang besar dan banyak ruang kosong yang tidak terpakai, kamar ini sepertinya di rawat apa adanya tanpa ada setuhan dari pemilik untuk menghias atau menaru pajangan pajangan di dalamnya.
Di dalam kamar itu hanya ada satu foto, foto yang Danu bersama keluarganya yang membingkai indah di atas meja.
Sudah menjelang pagi, Mita mengobarak abrik isi kulkas Danu, mencari bahan segar yang bisa dimasak, beruntung dia menemukan wortel, brokoli, dan juga daging sapi walaupun tidak begitu lengkap ia masih bisa memasak sup daging dengan bahan yang ada.
Sesekali Mita menguap menahan kantuk, gadis itu tadi sudah memaksakan dirinya untuk mengetik naskah sekarang ia memaksakan dirinya untuk mengurus Danu, walau matanya sesekali berkedip cukup lama, ia mencoba untuk tetap terjaga.
Pukul lima masakan yang tidak seberapa istimewa itu sudah tersedia di atas meja. Sebelumnya Mita melihat Danu dulu di kamarnya, pemuda itu masih tidur dengan lelap seakan melepas beban yang beberapa jam lalu bersarang di kepalanya.
Tidak ingin mengangu gadis berperawakan mungil itu meninggalkan kamar, sebelum pulang ia meninggalakan nota kecil diatas meja ia letakkan di belah masakan yang sudah tersusun rapi.
Dengan menyiapkan sarapan untuk Danu setidaknya Mita dapat meningalkan pemuda itu dengan tenang, ia ingin pulang dan merebahkan badannya di atas kasur empuk.
Mita sudah berjam jam menahan rasa kantuknya, dan untuk berikutnya ia rasa tidak bisa menahanya lagi, berharap setelah itu Mei juga tidak mengangunya.
Meninggalkan halaman rumah Danu mobil Vwnya berpapasan dengan mobil avanza, perempuan sang pengendara Avanza sempat memelankan mobilnya melirik siapa penumpang mobil vw yang dari arah rumah Danu.
Alya memperhatikan meja makan yang sudah di penuhi makanan, saat gadis itu menegang sisi mangkuk sayur terasa benda yang ia pengang itu hangat, berarti masakan itu baru saja di buat.
Danu memang tipikial orang yang suka masak, namun tidak sepagi ini, apa lagi Alya tidak melihat Danu berada di ruangan ini, ia pun berpendapat bukan dia yang memasak.
Mata Alya memperhatikan nota kecil berwarna kuning yang tertempel di atas meja, tangannya segera meraih nota itu.
Hari ini giliran aku yang memasak untukmu, selamat menikmati...
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in silence
RomanceDanu dan Mita dia dibesarkan dalam lingkungan yang sama, rumah mereka bertetangga dan satu sekolah membuat persahabatan mereka tidak terpisahkan hingga suatu hari datang siswa baru yang bernama Alya, kedatangan Alya membuat hati Danu bergetar ia sad...