dua hati

88 6 1
                                    

Mita bergegas sembunyi saat Melihat seseorang berjalan di lorong, seseorang yang ia kenal yang mengatakan bahwa hari ini dia akan menjenguknya.

Liam dengan semangat, berjalan di koridor rumah sakit, dengan tangannya membawa seuntai bunga mawar merah dan beberapa buah tangan lainnya, yang sesekali ia cium sambil tersenyum.

"Dia benar benar gila...." gerutu Mita di tengah persembunyiannya, ia semakin menyelipkan tubuh mungilnya, di sisi sempit loker saat Liam melintas di depannya.

"Apa kau menyembunyikan diri dari pemuda itu..." suara yang tiba tiba muncul membuat Mita terjingkat kaget.

"Ahh... maaf... maaf... aku tidak bermaksud...." Yang kemarin dibantu Mita tertawa saat melihat, Mita kaget.

"Apa dia sudah tidak ada...." mita masih mengintai di cela cela susunan loker.

"Dia sudah tidak ada..."

Mita keluar dari sudut sempit tempat persembunyiannya dan bisa bernafas lega.

"Kenapa dengan pemuda itu...." seakan menginterogasi ibu yang belum di kenalnya masih menunggu jawaban Mita.

"Dia...." mita diam sesaat, tidak mungkin ia menceritakan hal konyol yang ia lalui bersama Liam pada orang asing, walaupun orang itu sepertinya baik " dia itu menyebalkan dan aku tidak suka lelaki seperti dia berada di hidupku...."

"Benarkah menyebalkan kenapa...?" Nada introgasi lagi yang ia keluarkan.

"Sangat sulit menjelaskan"

"Apa karena di beretnis cina"

"Hah... bukan.. bukan..." Mita langsung menyela, sedangkan tanganya sibuk melambai lambai, espresi wajahnya terlihat sungkan, ia tidak menyangka bahwa hati ibu yang berada di depannya sangat sensitif "ini bukan masalah etnis, ras, atau suku... saya tidak pernah membeda bedakan manusia, bahkan saya pernah berkencan dengan orang Afrika...." bohong, jelas yang ia ucapkan adalah kebohongan besar, namun ia hanya ingin mencairkan suasana.

"Benarkah....??"

"He'emmm...." Mita tersenyum kecut, tak tahu lagi harus berkata apa.

"Kalau begitu saya kembali dulu...." suasananya semakin tidak nyaman membuat mita mengundurkan diri "sampai jumpa..." mita membungkukkan badannya pertanda memberi salam orang asia.

"Sepertinya dia pemuda yang baik..." ibu itu masih berbicara saat mita sudah melangkahkan kakinya.

Berhenti sesaat kemudian menoleh "Ahhh... iya, saya akan mempertimbangkan dia...." kembali lagi Mita melanjutkan langkah kakinya.

Kembali ke kamar, ia berfikir jika Liam datang dan melihat kamarnya kosong maka Liam akan segera pulang namun ia salah, Liam masih duduk di kursi, sambil kaki kirinya di tumpukan di atas kaki kanan dan tangannya sibuk memainkan handpone.

Sebelum Liam menyadari kehadiran Mita ia bergegas pergi..

"Mau sembunyi....." Mita terlambat, Liam sudah melihatnya bahkan saat Mita baru separuh melangkahkan kakinya.

"Ahh... tidak, untuk apa aku bersembunyi...." wajah Mita yang tersipu malau membuktikan bahwa ia sedang berbohong.

"Kalau begitu untuk apa kamu terus di luar, masuklah aku membawa beberapa buah tangan..."

Mita melirik, keranjang buah dan ikatan bunga mawar yang berada tak jauh dari Liam, sedikit gugup ia melangkahkan kakinya memasuki ruang perawatan.

"Aku tidak boleh makan buah, lebih baik kau bawa pulang saja, dan untuk bunga itu... dokter juga tidak mengijinkan ku memakannya, kau juga boleh membawanya pulang atau kau gunakan saja untuk merayu suster disini..."

Love in silence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang