cinta dari jiwa

142 10 7
                                    

Mita P.O.V

Saat aku menunggu waktu terasa berjalan lambat seolah menguji kesabaranku, namun bagaimanapun juga aku tetap berada di sini menunggu dia.

Rasanya seperti empat tahun silam, saat aku duduk di rumahnya menunggu berjam jam agar dia cepat pulang, waktu itu mataku terus memperhatikan jam dan tidak mau beranjak dari sana, setiap detik seakan menyiksa ku dan akhirnya aku memilih menyerah, seandainya waktu itu aku memilih menunggunya lebih lama pasti kita akan menghabiskan watu bersama hingga pr yang di beri pak Amin selesai kita kerjakan bersama, aku selalu menyesali sikap ku dulu, aku tidak mau hal itu terulang lagi, jadi selagi aku bisa menunggunya akan ku lakukan, sampai rasa bosan dan jenuh ini menjadi satu dan menghancurkan aku.

"Mita.... apa yang kau lakukan di sini?"

Suara itu, yah tuhan kenapa sekarang aku ingin menangis, aku ingin memeluknya bolehkah aku melakukannya.

"Aku... aku menunggumu..." kenapa suaraku sekarang terdengar serak, dia memperhatikan wajahku aku tidak bisa membiarkan ini.

"Kalau begitu masuklah aku akan membuatkanmu minuman..." Syukurlah dia tidak memperhatikan raut wajahku.

.

Aku merasa seperti kembali ke masa lalu saat aku berjalan di belakangnya dan memperhatikan leher jenjang yang selalu ku pandangi saat berada di boncengan montor dulu, ia mengendarai begitu cepat, tekanan  angin yang menerpa kami semakin tinggi seiring kecepatan montor yang kami kendarai, bau wangi menyeruak di hidungku saat aku semakin mendekatkan tubuhku padanya karena takut jatuh, wangi parfum dan shamponya waktu itu sampai sekarang aku masih mengingatnya.

"Duduklah..." aku menurut. Sepi rumah ini terlalu besar jika ditinggali seorang diri, Danu apakah kau baik baik saja.

Ku perhatikan punggungnya yang berjalan menjauh dariku menuju dapur, ia mulai memasak air dalam  panci mini. Sedikitpun dia tidak menoleh padaku, aku sempat ragu bunga carnation yang didepan pintu benarkah darinya.

"Danu..." pangilku lirih, dan ku rasa dia mendengarnya karena ia sempat memandangku.

"Kenapa..?" Ia mulai menyahut, mungkin karena terlalu lama menunggu ucapanku selanjutnya.

Sekarang ini perasaan apa? Tiba tiba mulutku terkunci, lidahku bahkan keluh hanya untuk mengucapkan sepatah kalimat.

Danu P.O.V

Aku benci ini, situasinya sangat canggung, bukankah tadi aku berbicara dengan Liam biasa biasa saja.

Dia, tiba tiba duduk di lantai bersangakan siku kakinya di depan pintu rumah ku.

"Mita apa yang kau lakukan disini...?" Ucapan pertama yang keluar dari mulut ku.

Ku perhatikan ekspresi wajahnya seperti bercahaya saat melihat kearah ku.

"Aku... aku menunggumu...." suara itu terdengar serak, apa dia sedang flu.

Ku perhatikan wajahnya, mencari jawabanku sendiri tanpa bertanya, namun dengan cepat ia merunduk seakan memblokir akses untuk ku mencari jawaban itu.

"Kalau begitu masuklah akan ku buatkan minuman..."

Kenapa dengan dia, raut wajahnya begitu aneh.

"Danu..." berhentilah memangil namaku dengan nada lirih, itu semakin membuatku penasaran.

"Kenapa?" Sekali lagi aku dibuatnya menuggu oleh ucapannya yang tidak pernah ia lanjutkan.

.Astaga

Love in silence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang