ungkapan Liam

115 8 8
                                    

Alya tidak bisa berbuat apa apa, perempuan itu hanya bisa mengurung diri didalam kamar dan menagis. Hasil dari patah hatinya itu membuat sebagian orang kewalahan termasuk manager dan asisten, berkali kali mereka membujuk Alya untuk membuka pintu tetap tidak ada hasil, hingga managernya membatalkan beberapa jadwal penting yang harus di hadiri Alya.

Entah dimulai dari mana beberapa infotaimen mulai mengosipkan tentang hubungan Alya dan Danu, tak henti hentinya Alya dimintai penjelasan tentang status hubungan mereka saat wartawan membututi Alya pergi ke suatu tempat.

Beberapa acara goisp di tv dan topik di media lainnya memberitakan tentang rengangnya hubingan Alya dan Danu walaupun Alya tidak mengkonfirmasi tentang keretakan hubungan mereka, media tetap memberitakan itu. Bahkan stasiun tv seperti kehabisan topik mereka terus mengulang ulang berita tersebut.

Mita mematikan televisinya, sudah beberapa kali ia melihat berita itu, berita yang menampilkan wajah Danu dan Alya berkali kali di layar kaca, tidak di situ saja saat ia membuka layar pcnya, beberpa media disana juga membuat artikel tentang mereka.

Hal itu justru membuat Mita sakit, entah mengapa, seharusnya dia senang mengingat dirinya sangat mencintai Danu namun saat mengingat kondisi Danu beberapa hari yang lalu, ketika mabuk membuatnya beranggapan bahwa mungkin saja dia begitu karena bertengkar dengan Alya dan berakhir dengan putusnya hubungan mereka.

Danu segitukah kau mencintai Alya, sehingga aku melihatmu begitu rapu saat itu.

Semakin memikirkan itu hatinya semakin sakit.

Ting tong... ting tong...

Bel rumah itu berbunyi tiba tiba, Mita mencoba menghilangakan fikirannya tentang Danu.

Membuka pintu ia sedikit terkejut melihat siapa yang datang, Liam lelaki itu menunjukkan senyumnya di balik pintu.

"Aku tidak mengundangmu datang kerumahku...?"

Wajah Liam berubah masam mendengar ucapan Mita, tentu saja itu cuma ekting yang dibuat buat olehnya.

"Jahat sekali... padahal aku kesini membawa makanan untukmu..."

Memang benar, tangan liam terlihat membawa kantong plastik yang ukurannya lumayan besar.

"Kalau begitu aku tidak bisa bisa menolak.. silahkan masuk"

Masuk ke dalam Liam memperhatikan sudut sudut ruangan yang minimalis, tidak terkesan mewah, namun beberapa hiasan yang tertempel membuat ruangan ini jadi terlihat nyaman dan mungkin saja berkelas.

"Apa rumahku terlihat tidak nyaman bagimu..."

Mita berkecil hati, karena sedari tadi Lian terlihat memperhatikan setiap sudut ruangan di rumah ini. Ia takut jika rumahnya yang tidak seberapa itu membuat Liam tidak nyama, karena dilihat dari dandanan lelaki itu yang setiap harinya memakai jas pastilah rumahnya sangat besar dan mungkin saja ada sepuluh kamar di dalam rumah itu.

"Ahhh... tidak rumahmu terlihat nyaman dan aku tertarik dengan caramu meletakkan barang di setiap sudutnya... aku jadi berinisiatif untuk menginap beberapa hari disini"

Liam membuat lelucon, Mita hanya bisa meringis.

"Kau kira rumah ku Hotel yang kau bisa menginap seenaknya"

Liam tertawa renyah, lelaki itu tidak pernah merasa sebagai ini sebelumnya, Mita adalah sebuah daya tarik baru baginya, ia seperti berlian di mata ibu ibu yang mereka akan tersenyum dengan hanya melihatnya.

"Ambillah ini..." Liam mengeser kantong plastik kearah Mita "sebenarnya aku ingin memakannya bersam Danu dan juga Alya tapi aku lihat di Tv sepertinya mereka tidak baik baik saja"

Love in silence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang