Mita mengacak acak beberapa nomor yang berada di kontak handponenya, nama Liam ia tekan dan menunggu beberapa saat agar telfon bisa tersambung.
"Hallo..." suara Liam terdengar hambar di telinga Mita.
"Bisa kita bertemu, aku ingin Hanabiku...." yang dikatakan Baim memang tidak penting baginya namun ia mengharapkan mobilnya segerah kembali, bagi Mita sangat tidak nyaman jika harus kemana mana mengunakan mobil mewah.
"Oh.. baiklah... dimana...??"
"Di restoran seafood..."
"Baiklah, aku akan kesana sekarang...." tanpa perlawana Liam langsung menyetujuinya dan mematikan telfon.
Mita menyanga kepalanya sambil memperhatikan pemandangan luar, hampir semua dinding restoran terbuat dari kaca sehingga memudahkan dia untuk melihat suasana di luar.
"Mita..."
Mita melepaskan sangahan kepalanya, menoleh pada seseorang yang memangil namanya.
"Ohh... Pak Bima..." Mita bericara dengan formal sehingga membuat Bima merasa canggung.
"Ahh... jangan pangil saya pak... pangil Bima saja..." jawabnya di selingi sedikit tawa ringan.
"Ohh... begitu, baiklah..." Mita menyetujui ucapan Bima sambil tersenyum ramah "anda datang kesini sendiri Bima..."
Alis mata Bima berkerut sebelah mendengar kalimat Mita yang bercampur aduk, dalam hati ia mengerutu benarkah gadis seperti dia adalah seorang Novelis.
"Heh... kenapa...??" Tanyanya bingung melihat ekspresi Bima.
"Tidak.... tidak... ternyata kau kurang pandai mengunakan kalimat yah..." ucap Bima langsung, tanpa basa basih.
"Hai... sudah lama menunggu..." Liam datang memutuskan percakapan mereka "heh kau siapa....??" Tanyanya langsung saat memeperhatikan Bima terlihat begitu dekat dengan Mita.
"Aku hanya orang yang kebetulan lewat, abaikan saja aku..." jawab Bima seperti biasa diselingi dengan tawa kecil "kalau begitu aku kembali ke mejaku dulu... oh yah kalau ada waktu sengang datanglah ke lokasi syuting..."
Mita menjawab dengan angukan sambil memperhatikan Bima yang menjauh dari mejanya.
"Kau sepertinya akrab dengan dia...??" Pertanyaan Liam terdengar seperti ingi tahu.
"Bisa dibilang seperti itu...." Mita menjawab dengan cuek, tanpa ada penjelasan.
"Bisa dibilang seperti itu...." Liam sedikit memikirkan arti kata kata Mita "wahhhh.... kau pacaran dengan om om itu...." ucapnya sedikit keras.
Satu pukulan mendarat dikepala Liam, membuatnya meringis menahan sakit.
"Aduh.... duh... duh.. sakit..." keluhnya, sambil mengosok kepalanya yang terasa nyut nyatan.
"Lain kali jangan bicara sembarangan, atau kau akan mendapatkan yang lebih sakit dari itu... "
"Untung saja dia cantik... tapi pukulanya terasa menyakitkan...." gerutu Liam sedikit pelan.
"Hei aku dengar ucapanmu..."
.
.
.
Berkali kali Danu mengetik pesan di smart phonenya namun berkali kali juga ia menekan tombol delete, seperti tidak yakin dengan apa yang akan ia lakukan.
"Heii Dan... jika kau melamun terus aku bisa kehilangan uangku ratusan juta...." Bima menegur dengan nada halus.
Danu langsung sadar dengan apa yang diperbuatnya "maaf..." suara lirih yang ia keluarkan, Danu memfokuskan pandanganya pada layar monitor yang ada di depannya dan memperhatikan setiap action dari para artisnya, ekor mata Bima bergerak memperhatikan Danu, berfikir temannya yang satu itu memang sangat mudah ditebak bahwa ia sedang memikirkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in silence
RomanceDanu dan Mita dia dibesarkan dalam lingkungan yang sama, rumah mereka bertetangga dan satu sekolah membuat persahabatan mereka tidak terpisahkan hingga suatu hari datang siswa baru yang bernama Alya, kedatangan Alya membuat hati Danu bergetar ia sad...