"Kamu tau.... waktu pertama kali dengar suara mu di telfon aku sangat takut denganmu..."
Mita mendongakkan kepalanya melihat dedaunan yang saling bergesekan, dan kemudian jatuh ke tanah karena terjangan angin.
"Benarkah.... apa aku seseram itu...?" Danu ikut mendongakkan kepalanya mencari tahu apa yang di perhatikan Mita.
Danu dapat mendengar suara itu, suara tiupan angin dan gesekan dedaunan, suara yang selalu mengingatkannya akan kesepian yang menghampirinya beberapa bulan terakhir ini.
"Rasanya masih seperti sebuah mimpi bertemu dengan Danu, aku fikir setelah mengetahui kamu pindah aku tidak akan bertemu denganmu lagi, bahkan aku sudah menyerah mencarimu..."
Mencariku..... benarkah dia mencariku....
Danu meraba dadanya yang berdetak lebih kencang dari biasanya.
Bukankah ini terlalu cepat, aku baru bertemu dengannya kemarin.... lalu kenapa dengan jantung ini...
Mita membalikkan badanya, ia memperhatikan Danu karena ekspresi temannya sangat aneh, seperti memikirkan sesuatu yang tidak bisa di jangkau.
"Kenapa..." Mita bertanya.
"Ah... tidak apa apa..." Danu mencoba untuk tersenyum namun senyuman hambar yang tersingung di bibirnya, perasaan tidak menentu menyelimutinya begitu saja.
"Kalau Danu ada masalah atau beban yang mengangu fikiran, ceritakan padaku dengan senang hati aku akan memberi solusi, masalah tidak baik jika di pendam sendiri...."
Mita tersenyum di akhir kalimatnya, senyuman yang selalu membuat siapa saja jatuh cinta karenanya.
"Kenapa...??"
"Heh.... kenapa...." Mita sedikit mengosok gosok dahinya mencari sebuah jawaban yang tepat untuk Danu "karena kita adalah teman..." jawaban yang tepat, namun terasa seperti menyudutkan hatinya.
Teman... benar... kita adalah teman, tidak kurang dan tidak lebih.
Danu merasakan ada sebuah tangan yang menyentuh pundaknya dengan lembut.
"Sudah ku bilang jangan terlalu banyak berfikir...."
Mita meneliti wajah Danu, mencoba mencari tahu apa yang ada di kepala temannya, namun itulah dia, dia hanya manusia biasa yang tidak bunya bakat indra lebih, fikiran dan hati seseorang tidak akan ada yang tahu selain dirinya sendiri.
"Haa... apa terlihat jelas jika aku sedang berfikir..."
"Emmm.... sangat jelas...."
Sunyi. Suara angin lagi yang terdengar Mita sudah tidak punya bahan lagi untuk berbicara dengan Danu. Begitupun dengan Danu ia tidak pernah merasa seperti ini, kehabisan bahan obrolan dengan seseorang biasanya ia selalu menemukan topik untuk di ucapkan untuk seseorang maupun clientnya tapi kali ini ia gagal, bahkan otaknya telah bekerja sangat keras hanya untuk berbicara dengan Mita, Danu benci dengan situasi seperti ini.
"Emmm...."
Mita memperhatikan Danu dengan seksama, menunggu kalimat selanjutnya keluar dari mulutnya.
"Kenapa...." Mita tidak sabar hanya menunggu gumaan dari danu yang tidak jelas, ia memilih untuk bertanya.
Seperti sedang tersudutkan itulah perasaan Danu sekarang, walaupun kenyataannya tidak ada yang menyudutkannya, ia butuh ketenangan.
"Bolehkah aku merokok...." yah setidaknya ia membutuhkan nikotin untuk menormalkan saraf saraf di tubuhnya dan menjernikan kepalanya.
"Hah...." Mita heran dengan ucapan Danu, dari tadi seperti sedang kebingungan dan memikirkan tentang sesuatu ternyata yang ia inginkan hanyalah merokok "Silahkan...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in silence
RomanceDanu dan Mita dia dibesarkan dalam lingkungan yang sama, rumah mereka bertetangga dan satu sekolah membuat persahabatan mereka tidak terpisahkan hingga suatu hari datang siswa baru yang bernama Alya, kedatangan Alya membuat hati Danu bergetar ia sad...