Senja itu aku terus berlari, menuju keramaian di depan mataku.
"Biarkan aku melihatnya...." aku terus menerobos gerombolan orang yang menghalau jalanku.
"Jangan Mas, kamu tidak akan sangup...." seseorang berseragam polisi masih saja menghalangiku dengan tubuh gempalnya.
Tak ku idahkan ucapan orang orang yang berseragam itu, sekuat tenaga aku mencoba untuk terus maju, hingga aku berhasil mendapat celah, garis polisi yang sudah terpasang ku terobos begitu saja hingga aku berhasil melihat pemandangan itu, dimana mobil yang biasa di Kendari papahku untuk bekerja terbalik dan dalam keadaan hancur, tak jauh dari situ aku melihat kengerian lainnya.
Gigiku bergetar bersamaan dengan tubuhku yang mengigil, rasanya tiba tiba nafasku sesak seakan oksigen menolak untuk masuk ke lubang hidungku saat aku melihat tubuh itu.... tubuh kedua orang tuaku yang penuh darah tergeletak jalan.
Lampu lampu di jalan raya mulai di hidupkan, suara sirine ambulan dan teriakkan polisi yang mengamankan lalu lintas terdengar jelas di telingaku.
Beberapa orang mendekat ke arah tubuh itu, tubuh yang tak berdaya dan penuh darah.... membentangkan koran dan menutupi pemandangan yang penuh kengerian.
Tak sampai di situ, arah mataku berpaling pada seorang remaja yang kata orang orang mirip denganku, Dika tubuhnya terus kejang kejang dan mulutnya mengeluarkan darah dalam jumlah banyak.
Aku menghampirinya, mengangkat kepalanya ke arah pahaku dan memegang tangannya yang mencoba meraih sesuatu, dingin saat tangan yang berlumur darah itu ku raih, dan memegangku dengan erat seperti tidak ingin terlepas.
"Ka... kak...."
"Bertahanlah Dika...." semua tubuhku merespon saat melihat kejadian ini, bahkan air mata ini.... air mata ini tidak berhenti menetes.
Air mataku dan darah yang keluar dari tubuh Dika, berbaur menjadi satu di aspal yang keras.
"Seseorang tolong selamatkan adikku...." aku berteriak sekeras mungkin berharap ada dokter atau ahli medis yang datang.
"Percuma.... kak...." keadaanya yang tidak memungkinkan masih mencoba untuk meresponku.
Nafasnya tersegal, tanganya melepaskan peganganku berjalan ke arah pipiku, mengelus halus di sana aku terpejam sesaat mengingat waktu ia belum berumur satu tahun dan dia berada di gendonganku, aku membuatnya tertawa dengan menunjukkan ekspresi lucu yang ku buat buat, tangan kecilnya yang hangat meraih pipiku dan mengelus elus seperti sekarang, namun tangan itu tak lagi hangat melainkan dingin, dingin lumuran darah dan dingin dari suhu tubuhnya.
Nafasnya tersegal, tanganya melepaskan peganganku berjalan ke arah pipiku, mengelus halus di sana aku terpejam sesaat mengingat waktu ia belum berumur satu tahun dan dia berada di gendonganku, aku membuatnya tertawa dengan menunjukkan ekspresi lucu yang ku buat buat, tangan kecilnya yang hangat meraih pipiku dan mengelus elus seperti sekarang, namun tangan itu tak lagi hangat melainkan dingin, dingin lumuran darah dan dingin dari suhu tubuhnya.
"Kak.... se... la... mat... ulang.... ta... ta... hun...." tangisanku semakin pecah manakalah saat Dika berusaha menyelesaikan ucapannya tanganya langsung terjatuh di aspal yang keras ini.
.
.
.
"Tidaaaakkkkkk......"Nafas Danu tersengal, Mimpi buruk itu datang lagi, mimpi buruk yang sepertinya tak mau terlepas dari tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in silence
RomanceDanu dan Mita dia dibesarkan dalam lingkungan yang sama, rumah mereka bertetangga dan satu sekolah membuat persahabatan mereka tidak terpisahkan hingga suatu hari datang siswa baru yang bernama Alya, kedatangan Alya membuat hati Danu bergetar ia sad...