"Apa? Apaan ini.. masuk rumah sakit lagi...?" Dokter Heru yang merasa bertanggung jawab dengan kesehatan Mita menceramahinya setelah memeriksa keadaanya.
"Ini bukan salah ku... aku minum obat tepat waktu, tapi tetap saja semakin hari badanku terasa lemas..." jawabnya dengan nada kesal, karena selalu di persalahkan oleh dokternya.
Dokter paru bayah itu menghembuskan nafasnya keras, mendengar jawaban Mita "apa kau tidak ingin kembali ke jepang...?"
"Apa dokter berniat mengusirku..?"
"Bukan begitu...."
Mita melangkahkan kakinya lemas berjalan ke arah apartemennya, di depan pintu Danu sudah menunggu sambil menyangahkan tubunya di tembok.
"Hei... dari mana saja? Aku menekan bel dari ternyata kau sedang keluar..." sambutnya saat melihat Mita berjalan ke arahnya.
"Ahh... iya... aku banyak kerjaan, maaf ada apa mencari ku...?"
Danu merasa Mita tidak seperi biasanya, hari ini ia terlihat sangat lemas.
"Tidak ada apa apa, aku hanya khawatir setelah acara award itu, aku tidak bisa menghubungi mu selama dua hari... ku kira sesutau terjadi..."
Mita memperhatikan wajah Danu yang berpaling darinya, jelas di raut wajah Danu sangat menunjukkan kegelisahan namun Danu tidak mau menunjukkannya.
Entah mengapa melihat wajah Danu membuat Mita ingin menangis, namun sangat aneh rasanya jika Danu mengangapnya menangis tanpa sebab, iapun menahan air mata itu agar tidak jatuh dan menujukkan senyum palsunya yang dapat memikat orang.
"Yah sudah ayo masuk... buatkan aku makan, aku belum sarapan hari ini..."
Mita mulai masukkan anak kunci kedalam lubangnya, membutar searah jarum jam, dan satu dorongan pintu berhasil di buka.
"Heh... ini sudah jam sembilan kenapa belum sarapan, pantas saja tubuhmu kecil begitu ternyata hidupmu tidak teratur... jika kau masih ingin ku peluk makan teratur dan buat badanmu makin berisi kalau tidak aku tidak akan mau memelukmu lagi..."
"Hah... ancaman macam apa itu?, apa kau bego... kalau kau mau mengancam harusnya lebih sadis dan membuat orang ketakutan bukan membuat orang ingin tertawa..." Mita meletakkan tasnya di atas sofa "aku mau mandi dulu, bahan masakan ada di kulkas dan sepertinya semua masih lengkap..."
"Jadi kau benar benar menyuruhku memasak...??"
"Iya... lalu..."
"Aku datang bertamu setidaknya kau memasakkan ku..."
"Mau bagaiman lagi, aku belum mandi, jika keringatku jatuh jika masuk-"
"Sudah sudah... membayangkannya saja terasa menjikikkan, biar aku yang masak, kau mandi saja..."
Mita tertawa puas "ide bagus..." dan pergi meninggalkan Danu yang mulai sibuk memilih bahan bahan di kulkas.
Mita menguyur badanya dengan air hangat yang keluar dari shower, membiarkan air itu menapu kulitnya.
Danu dengan serius memotong sayuran tak di sangka hari cutinya akan terpakai untuk mengerjakan pekerjaan ayah rumah tangga.
Setelah tiga puluh menit berselang Mita keluar dari kamarnya, dengan penampilan yang segar.
"Belum selesai juga? Bisa lebih cepat tidak? Aku sudah lapar..!" Ucapnya sembari melangkah ke dapur.
Danu mengerutkan dahinya. Kepala beruap seketika mendengar ucapan Mita yang terdengar seperti tidak berperi kemanusiaan.
"Aku bercanda... jangan diambil serius" ucap mita seketika meredam emosi Danu, sambil diiringi gelak tawa.
"Akan ku bantu..." lanjutnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in silence
RomanceDanu dan Mita dia dibesarkan dalam lingkungan yang sama, rumah mereka bertetangga dan satu sekolah membuat persahabatan mereka tidak terpisahkan hingga suatu hari datang siswa baru yang bernama Alya, kedatangan Alya membuat hati Danu bergetar ia sad...