pengakuan

148 14 2
                                    

Mata Liam memandang kosong di sekelilingnya, ia sedikit tergangu dengan suara dengkuran kecil seseorang yang tidur disebelahnya. Kris walau terjadi pertengkaran beberapa saat yang lalu, lelaki berbadan tinggi itu tetap ngotot untuk tidur satu ranjang yang sama dengan Liam, mungkin baginya sangat malas membersihkan kamar karena bersih bersih bukan kesehariannya berbeda dengan Liam yang lebih suka, membersihkan daerah kekuasaannya sendiri.

Suara detak jarum jam terdengar jelas di telinga Liam, pertanda bahwa malam ini sangat sunyi namun sedikitpun ia tidak bisa memejamkan matanya bahkan untuk sekedar berkedip sekalipun.

Ia sudah mulai putus asa, tangannya meraih handpone yang ia cas di atas meja, menekan tombol call pada kontak bernamakan Danu.

"Ada ada malam malam begini telfon?" suara Danu terdengar biasa saja, bukan nada orang mengantuk atau bangun tidur.

"Kau tidak tidur?" Liam sedikit memelankan suaranya, agar seseorang yang tidur disampingnya tidak merasa tergangu.

"Aku sedang berusaha"

Liam sedikit tersenyum mendengar ucapan Danu, berarti dia bernasib sama sepertinya "kalau begitu ayo kita mabuk mabukan"

"Hah... kau brengsek.. baiklah ayo" tidak seperti yang di fikirkan Liam, ternyata Danu langsung setuju.

Setelah mematikan sambungan telfon Liam langsung bergegas ganti pakaian. Sebelum pergi ia tak lupa memungutipi dompet kunci dan handphonenya.

Kris membuka matanya saat terdengar pintu di tutup, ia sangat tidak paham dengan jalan fikiran adiknya yang menurutnya salah, dalam hati ia terus bertanya tanya sampai kapan kamu mau sepeti ini terus?

Dentuman musik yang siap memekakkan telinga seakan menjadi poin peting dalam tempat ini, tentu saja bersama minum beralkohol dan barang terlarang lainnya yang di jual legal.

Sejak dua puluh menit yang lalu mereka duduk di kursi bar sedikitpun belum ada percakapan antara keduanya, Laim dan Danu hanya diam menikmani minumanya masing masing, bahkan tanpa sadar pesanan mereka diluar batas wajar.

"Maaf tuan, kalian berdua sudah terlalu banyak minum... apa tidak apa jika kalian minum lagi, vodka rusia kadar alkoholnya sangat tinggi tuan" ucap bartender yang berseragam hitam putih lengkap dengan rompi yang ia kenakan, sehingga bartenter itu terlihat lebih berkelas.

"Berikan saja... minum seratus botol tidak akan membuatku mati ditempat" sahut Liam, sang bartender memilih menyerah setidaknya ia sudah memberitahu pelanggannya, jika terjadi sesuatu atau overdosis pada dua pelangganya ia tidak akan dipersalahkan.

Wajah Danu yang mulai memerah karena pengaruh alkohol, ia tertawa sedikit melihat temannya yang seperti orang frustasi "sepertinya kita benar benar mengalami mod jelek hari ini" Danu mulai membuka percakapan.

"Hmmm.... banyak yang terjadi dan semua itu membuat kepalaku sakit" entah dalam posisi sadar atau tidak, Liam sedikit curhat pada Danu, yang sebenarnya Liam bukanlah tipe lelaki pengumbar cerita.

"Lala kenapa kau tidak pakai mereka seperti biasanya" mata Danu melirik segerombolan perempuan di meja sudut, yang mugkin kedatangan mereka sama seperti Danu dan Liam untuk melepaskan setres atau mencari kesenangan lain.

Liam menoleh kearah yang dimaksud Danu "ohh... aku sudah berhenti dengan hal hal seperti itu" Jawabnya sambil menengak minuman yang baru dikasi bartender.

"Heh kenapa..?" Tidak seperti Liam biasanya memang, jika lelaki itu mengajaknya kemari biasanya ia mengajak perempuan untuk menemaninya minum atau yang lainnya, namun hari ini dia sedikit lain tentu saja Danu memikirkan apa penyebabnya "apa mungkin kau.... kau sudah impoten"

Love in silence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang