Mungkin jodoh

82 6 0
                                    

"Kau yakin tidak mau mampir...." tanya Mita, saat Mei menurunkan dia didepan gedung apartemennya.

"Ini sudah malam, lain kali saja..." mobil suzuki yang Mei tumpangi kembali melaju meninggalkan Mita yang masih berdiri memperhatikan kendaraan yang tadi ia tumpangi, hingga kendaraan itu benar benar hilang di tikungan jalan.

Dua plastik besar ia tenteng memasuki tempat yang ia sebut rumah, sesekali Mita melepaskan barang blanjaanya di lantai dan merengangkan otot tangannya yang mulai pegal, karena barang yang ia bawa terbilang berat, kemudian ia kembali mengangkat barang barangnya lagi dan melanjutkan perjalanan ke kamarnya.

Mita tidak langsung menyusun belanjaanya didalam kulkas ia malah meletakkan barangnya di meja makan yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran sedang.

Laci kecil ia buka dan mengambil botol kecil yang berisi obat mengeluarkan dari isinya.

"Tinggl dua belas...." obat yang seharusnya ia minum dua tablet sekali kini sudah mulai habis tinggal dua belas biji berarti tersisa lima hari kedepan dan dua biji untuk hari ini.

"Sepertinya aku harus menemui dokter Heru..." mita mengembalikan sebuluh tablet kedalam botolnya semula dan membawa dua tablet berjalan bersamanya ke arah dispenser, menuangkan air minum ke dalam gelas menengak air bersama obat yang di gengamannya tadi.
.

.

.

Tidak ada kabar baik tentang tender yang coba ia dapatkan atau berita yang menyenangkan lainnya dari hotel, namun ekspresi Liam seperti mendapatkan segalanya, senyum kecil dari tadi terlukis di bibirnya membuat wajahnya bersinar seperti seorang biksu.

Rumah minimalis bertingkat dua, dengan desain cina yang kental, adalah tempat persinggahan ternyaman Liam, ia mendesain rumahnya seindah mungkin yang ia sukai, lukisan kaligrafi cina terpampang besar di dinding tak lupa simbol feng sui juga bertenger di sana, berharap dengan adanya simbol itu keberuntungan senantiasa menyertainya.

Namun kenyamanan rumahnya seakan hilang entah kemana, sejak seseorang yang tak di inginkan datang di kehidupannya membawa kenangan buruk masa silam, menariknya kemasa depan sehingga memporak porandakan kehidupannya yang tadinya tersusun rapi menjadi berantakan.

Masih dalam senyum ceriahnya Liam memasuki rumah yang sudah tiga hari tidak di pijaknya.

"Kamu pulang... pasti kamu lelah mau ku buatkan sesuatu...." perempuan paruh baya bermata sipit, yang wajahnya menyerupai Liam menyambutnya dengan senyuman.

"Tidak usah..." hanya itu yang dia ucapkan, senyuman yang dari tadi melekat di bibirnya seketika hilang entah kemana, langkah kaki lebarnya terus membawa ia berjalan ke lantai dua dimana di sana tempatnya bersemayam dalam tidur nyenyaknya, meninggalkan wanita yang dari tadi masih tersenyum untuknya.

Malam berganti siang, membawa Liam sibuk dengan aktifitasnya sebagi seorang pekerja keras, karena terlalu kerasnya ia berkeja sampai bawahanya berkata bahwa ia mengidap work holic tidak ada jedah baginya untuk bercuti sekedar berlibur di suatu tempat dan menghabiskan masa mudanya untuk hal hal yang menyenangkan atau yang ia sukai.

Seorang yang berpakaina rapi khas pekerja kantoran menerobos masuk ke ruangan General Manager dimana disana Liam sedang bergulat dengan dokumen dan file file pentingnya.

"Hey... sayang coba tebak apa yang ku dapatkan dari batam...."

Baim Sekertaris yang setia menemani Liam dari posisi bawah sampai ia di atas, memasang wajah ceria saat menemui Liam, setelah cuti dua hari.

"Jangan memasang gaya sok memenangkan sebuah tender besar..." Liam yang hafal dengan sifat sekretarisnya hanya melirik sesaat kemudian mefokuskan pandangannya pada map map yang ia pegang.

Love in silence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang