Kedatangan Liam sama sekali tidak membuat mod Mita membaik, ia selalu datang tanpa diundang, bahkan kadang ada sedikit ucapanya yang membuat Mita berfikir bahwa Liam sangat menginginkannya, jelas itu tidak bisa ia ingin memberikan jawaban pada Liam bahwa ia tidak bisa namun sekali lagi Liam terus memaksanya untuk berfikir dan mempertimbangkan semuanya.
Lalu apa yang di fikirkan dan apa yang dipertimbangkan jika semua tidak ada jawaban, sama saja Mita hanya diam.
Sekali lagi semua beban yang ada di kepalanya hanya mengahabatnya untuk bekerja, entah sudah berapa kali tombol delet ia tekan, satu kali menulis kalimat maka selanjutnya Mita akan menghapus lima kalimat, ini sudah berlangsung dari dua jam yang lalu.
Sampai bunyi bel pintu terdengar Mita baru menyadari kegilaannya karena telah menghancurkan naskah yang ia tulis sendiri dengan kata kata yang tidak jelas, dan sulit untuk dibaca.
"Arrrrrr......"
Mita mengeram sambil mencengkram rambutnya.
Sedangkan di depan suara bel pintu terus berbunyi, Mita segera bergegas dalam hati ia berharap bahwa itu bukan Mei yang meminta Naska untuk segera diselesaikan.
Pintu dibukanya, sosok perempuan yang pernah dijumpainya beberapa minggu yang lalu berdiri didepan pintu, dia sahabat lama, sosok cantik yang belakanagan ini menjadi trending infotainment di tv dan gosip internet lainnya.
"Alya.." sapa Mita.
"Apa kau lapar?? Apa kau tidak setres dirumah terus?? Maukah kau menemaniku jalan jalan!"
Ucapan Alya bukan seperti pertanyaan, melainkan ajakan atau permintaan tolong.
Dalam beberapa menit mereka berdua sudah didalam mobil milik Alya, sopir yang mengemudikan Alya dan Mita duduk di belakang.
Dalam perjalanan mereka berdua hanya diam, Alya tidak membuka topik pembicaraan sedangkan Mita memikirkan maksud dari ajakan temanya itu. Ya, walaupun mereka berdua teman lama namun untuk dalam waktu belakangan ini jarak pertemanan mereka cukup jauh.
"Sudah sampai nona" ucap sopir, saat menghentikan mobilnya di deoan restoran.
Walaupun sudah sangat lama Mita masih ingat tempat ini, halaman dan bangunannya masih sama hanya saja interior dalamnya yang sedikit berbeda.
"Kau masih ingat tempati ini?"
Alya mabuka percakapan setelah ia memesan makana.
"Ya.. tidak banyak yang berubah" Mita masih tertarik memperhatikan sekelilingnya.
Di tempat ini merka dulu bercanda bersama saling tertawa saling mengejek Mita dan Alya sangat ingat momen beberapa tahun lalu.
Bahkan Alya sangat mengingat tempet ini karena pertama kalianya Ia menjadi dekat dengan Danu.
"Apa setelah aku pergi kalian masih sering datang kesini?" Tanya Mita.
Alya menganguk, tak lama ia bersuara "Iya, Danu yang mengajakku"
"Mita terdiam sesaat saat Alya menyebutkan nama Danu, terlihat raut kesedihan di wajahnya.
"Ah.." Mita menahan kata katanya, ia sendiri bingung ingin berbicara apa. "Apa kau sangat menyukainya..?" Mita memberanikan diri untuk bertanya hak yang sensitif.
Alya mengeratkan giginya, Mita tahu bahwa apa yang di lakukan Alya adalah menahan tangis, namun itu percuma."Ya aku sangat menyukainya..." Saat Alya mulai memperhatikan Mita jelas terlihat air mata yang berjatuhan membasahi pipinya.
Mita mengambil tisu dan memberikanya pada Alya, Mita beberapa orang yang berada direatoran itu memperhatikan mereka.
"Kenapa kau tiba tiba pergi meningalkan kita" tanya Alya setelah membersihkan air mata dan ingusnya dengan tisu.
"Banyak hal yang terjadi yang mengharuskan ku untuk pergi..." jawab mita masih memperhatikan Alya.
Pelayan datang membawa makanan yang mereka pesan, namun diantara keduanya tidak ada yang menyentuh makanan itu.
"Lalu kenapa kau kembali..??" Tanya Alya lagi, kali ini kedua matanya menatap kearah mita.
Mita menghela nafas "Aku tidak tau.."
"Kau kembali untuk mencari seseorang??" Pertanyaan Alya sangat mengintimindasi buat Mita.
"Apa maksud mu..?" Mita meminta penjelasan.
"Kau tau, sejak kau pergi semua telah berubah-"
"Yang kau maksud Danu" Mita menyelah
"Apa kau tau dia sangat kehilangan kamu? Apa kau tau bertapa dia selalu mencari kamu, apa kau tau di selalu membicarakan tentangmu saat kau tiba tiba pergi" Alya meneteskan airmatanya lagi.
Mita tidak berbicara apa apa, mencoba mencerna apa dikatakan Alya benarkah semua itu? Batinnya.
"Kau tau, dalam waktu panjang aku berjuang mendapatkannya, aku selalu ada waktu untuknya. Aku meghiburnya, agar dia tau bahwa dia tidak sendiri agar dia tau bawa bukan hanya nama Mita yang selalu menemaninya, namun juga ada aku... hubungan kita sudah berjalan sangat sangat lama... lalu kenapa kau tiba tiba datang??"
"Jadi kau menyalahkan aku?" Mita tidak suka dengan kalimat akhir yang diucapkan oleh Alya.
"Aku tidak menyalahkan mu, aku menyalahkan diriku sendiri, kenapa dengan aku? Aku selalu ada waktu untuknya, aku selalu menemaninya, aku bahkan sudah memberikan semua padanya, lalu kenapa semua berakhir seperti ini??"
Mita nemandang Alya tidak mengerti, dengan apa yang diucapkan olehnya.
"Bahkan aku sudah tidur dengannya.."
Kedua bola mata Mita melebar mendengar ucapan Alya yang terakhir. Ia seperti mendapat serangan yang tepat mendarat didadanya, sangat sakit. Tidak bisa ditahan air matanya jatuh perlahan lahan.
"Hubungan kami sangat serius bahkan mendiang tante Claudia dan om Firman sudah merestui hubungan kami... lalu salahkah bila aku berangan angan tinggi"
Lagi Mita hanya mendengarkan, apa yang dikatakan Alya.
"Lalu apa maumu...??" Mita berusaha bersuara, hidungnya kini sudah tersumbat karena menahan tangis, walaupun itu tidak berhasil.
"Apa kau juga menyukai Danu..?
Mita hanya diam mendengar pertanyaan itu, mulutnya tidak sangup berkata tidak.
"Kalau kau menyukai dia kenapa pergi, kenapa kau pergi meningalkan dia, aku yang menyembuhkan luka dia selama bertahun tahun, lalu pantaskah sekarang aku yang menangung kesedihan ini, kau tau aku sangat menyukainya... aku sangat menyukainya lebih dari diriku apa kau tau itu..."
Mita masih dapat mendengar perkataan Alya yang terus berputar putar dikepalanya, seolah olah kata kata itu dengan otomatis terputar di memori dalam.
●
●
●
Mita P.O.V
Dalam sejenak aku kehilangan semuanya, angan anganku semangat ku dan juga tujuanku. Selama dua puluh tiga tahun aku hidup baru sekarang aku merasakan patah hati yang teramat sagat. Ya tuhan rasanya begitu menyakitkan. Dan itu tentang orang yang sama yaitu Danu.
Malam itu ketika aku mendongak ke arah langit, aku baru menyadari musim hujan tidak pernah turun. Aku butuh pengalihan perhatian aku bisa gila jika kepalaku ku terus berfikir tentang dia.
Makadari itu kutelfon Mei kujak makan di alun alun taman kota, tidak ada protes darinya mulutnya juga tidak banyak bicara seperti biasaya. Sepertinya dia mengerti situasiku saat ini.
"Hidup itu berat bukan.." ku dengar Mei menghela nafas panjang sebelum berkata demikin.
"Yah... saat ini aku sedang melaluinya..."
Hanya obrolan simple bersama Mei bisa membuatku sedikit lega, yah walaupun tentang Danu masih berputar di otakku, setidaknya tidak separah tadi.
Lampu lampu taman mulai dihidupkan, langit juga sudah muali gelap dan aku masih belum mau beranjak dari tempat ini. Aku masih mau menghirup udara segar, memperhatikan sekeliling yang luas, sebelum nanti aku sendirian didalam kamar dan menangisi semuanya. Itulah hal yang bisa dilakukan perempuan bila patah hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in silence
RomanceDanu dan Mita dia dibesarkan dalam lingkungan yang sama, rumah mereka bertetangga dan satu sekolah membuat persahabatan mereka tidak terpisahkan hingga suatu hari datang siswa baru yang bernama Alya, kedatangan Alya membuat hati Danu bergetar ia sad...