yang tak diharapkan

106 11 2
                                    

Jujur Mita sudah tidak tahan dengan situasi ini, saat dihadapkan dengan ketiga sahabatnya ia selalu memaksakan diri untuk tersenyum, sampai ia merasa bahwa stok senyumnya sudah habis, dan sebentar lagi akan beganti dengan jeritan dan Air mata. Manakala Alya terus menunjukkan kemesraanya dengan Danu tak dapat dipungkiri lagi selama emoat tahun ini semuanya tidak ada yang berubah Mita yang sekarang masih sama seperti Mita yang dulu, yang selalu mengejar cinta Danu tanpa mendapat balasan.

"Aku tidak menyangka kita bisa reoni seperti ini" Setelah berdebat beberapa lama untuk meyakini bahwa perempuan cantik di depannya benar bernar Mita, akhirnya Alya mulai membuka percakapan normal.

"Aku juga terkejut, tiba tiba kau muncul sepeti hantu" ucap Liam sambil mengaduk jusnya dengan strow.

"Aku memang hantu.." Alya tertawa ringan "hantu dihatinya Danu" tambahnya lagi.

Mita yang mendengar hal itu sebenarnya merasa kecut, namun entah hati nuraninya memaksa untuk tertawa.

Beberapa waktu lalu Mita sempat sombong dan berfikiran bahwa perasaanya pada Danu terbalaskan, karena perlakuan Lelaki itu yang seakan menjadikan Mita adalah Miliknya namun mendengar cerita Alya ia tahu sebenarnya bahwa lelaki itu sebenarnya kesepian.

"Mit... Liam terimakasih telah menemani Danu selama aku tidak ada, jujur aku sangat khawatir jika jauh darinya" ucap Alya, entah ia sengaja atau tidak mengatakan hal itu saat Danu tidak ada, ia berpamitan ke toilet.

"Apa maksudmu?" Tanya Mita dengan raut wajah serius namun tetap tenang.

"Entah kenapa aku selalu merasakan bawa dia sangat kesepian, oleh karena itu aku sagat berterimakasih pada kalian berdua yang mau menemaninya selama aku tidak ada, dan untuk selanjutnya aku tidak akan pergi jauh lagi darinya?"

Mita merunduk mendengar perkataan Alya, jelas itu adalah pernyatan seorang perempuan yang sangat ingin berada disisi laki laki yang dia cintai.

"Sedang membicarakan aku" suasana yang tadi sunyi beberapa detik, pecah seketika saat Danu tiba tiba kembali dan duduk dikursinya semula.

"Kepalamu masih saja besar seperti dulu" Dengan cepat Alya menyahut, membuat lainnya tersenyum.

"Kalian tahu..." Liam bersuara serak, memperhatikan es batu yang berputar putar di dalam gelas minumannya "kemarin aku melihat mimpi, mimpi tentang masa lalu, mimpi saat kita masih lima belas tahun duduk di meja bundar bersama kalian, hingga aku bertanya apa cita cita kalian dimasa depan?"

"Kau masih mengingat hal itu..??" Kali ini senyum Mita terlihat sangat manis, ia juga seperti Liam memikirkan hal yang sama.

"Seperti dejavu" ucap Danu "dan tidak menyangka kita bisa berkumpul lagi dengan cita cita masing masing"

"Yah... aku sangat ingat moment itu, waktu itu kita mendapat traktiran dari Danu karena berhasil membuat tim sekolah menang" Alya tertawa ringan, sambil berangan angan tentang masa lalu.

"Dan Liam memaksaku untuk mentraktir kalian" Danu menyahut dengan nada kurang semangat.

Gelak tawa langsung pecah diantara mereka.

Setelah hari cukup soreh mereka berpisah di depan restoran, Mita telah menghabiskan banyak masa yang terbuang, padahal ia sudah janji akan menyelesaikan naskahnya secepat mungkin.

"Apa yang sedang kau pikir" pertanyaan itu membuat Mita sadar bawa ia satu mobil dengan Liam.

"Hanya beberapa pekerjaan... aku harus cepat menyelesaikannya" jawab Mita pelan.

"Lain kali kau jangan menganguku lagi" Mita membuat candaan sambil tersenyum lebar, senyum yang bisa membuat siapa saja terpesona termasuk orang Liam sekarang.

Love in silence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang