Hari demi hari berlalu. Belum seminggu semenjak penjemputan kedua orang tua Diana ke tahannya, gadis ini sudah kembali fokus menempuh pendidikannya. Dia tengah serius membaca buku tentang darah. Gadis ini menghela napas panjang.
"Rava, lu pernah mikirin gak gimana canggihnya ponsel yang lu punya?" Ujar Diana saat itu sembari menutup bukunya.
"Waktu awal-awal gue beli hp ini ya iya. Sehari dua hari. Selanjutnya, biasa aja." Sahutku.
"Lalu lu pernah pikirin gak gimana kerennya Tuhan ciptain tubuh kita? Kapiler darah, jantung, otak, semuanya. Bekerja gak pernah berhenti selama kita hidup. Hp yang kita punya canggih, kita seneng." Katanya lantas terdiam dengan mata kosong, "Tubuh kita jauh lebih canggih. Apa kita udah syukuri itu?" Tuturnya lagi. Membuatku tertegun.
Aku begitu mengenal Diana. Dahulu dia paling senang dengan stelan rok mini dan blus kaos dengan rambut yang diikat di belakang. Tak pernah sedikitpun ia berbicara soal Tuhan. Isi pembicaraannya pasti tentang rasa nasionalismenya, tentang tugas-tugasnya, tentang segala hal kecuali Tuhan. Kini, ku lihat dia mengenakan hijab yang menutupi rambutnya. Dan isi pembicaraannya tentang kebesaran Tuhan. Padahal buku yang tengah dibacanya, sama sekali tidak tengah membicarakan Tuhan.
Hari itu cerah. Ruangan kelas tengah kosong karena para guru tengah rapat di kantor. Dari jauh ku perhatikan Diana duduk di kursinya, sedangkan Faiq duduk di tepi meja Diana. Aku pun mencuri pembicaraan keduanya.
"Di, kamu mau aku ceritain tentang bidadari surga?" Tanya Faiq kala itu.
"Mau mau!" Seru Diana begitu antusias.
"Mereka itu indah. Jauh lebih indah dari wanita manapun di dunia ini. Kalau satu bidadari celupin satu jarinya aja di langit dunia, dunia yang gelap gulita bakal jadi terang benderang. Kalau manusia denger sedikit aja suaranya, dia langsung meninggal saking tergila-gilanya. Lalu bidadari itu lewat aja, orang itu hidup lagi. Kalau air liurnya netes di lautan, seluruh lautan bakal manis rasanya. Dan lagi, mereka itu tercipta dari wewangian." Jelas Faiq.
"Seindah itu?" Diana begitu tertarik mendengarkan.
"Ya. Tapi ada yang jauh lebih indah dari mereka." Sahut Faiq.
![](https://img.wattpad.com/cover/89975025-288-k693210.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatimah Di Akhir Zaman
SpiritualHighest Rank (08/18): #1 in #teenlove #2 in #teenromance Aku hanyalah gadis extrovert yang hidup di akhir zaman. Gaya hidup membuatku terbiasa dengan hingar bingar dunia. Lalu aku bertemu dia. Pria introvert sederhana yang taat beragama. Hingga cint...