"Baik. Kamu diterima. Besok jam 8 sudah di sini ya?" Ujar lelaki itu sembari mengulurkan tangannya.
"Ya. Terima kasih, pak." Sahutku yang juga menjabat tangannya.
Aku lulus.
*****
Gadis imut ini terus saja menarik tanganku. Menunjukkan baju baju yang menurutnya lucu. Tamara. Kau begitu imut. Tapi aku masih juga belum mencintaimu.
"Kak. Ini bagus kan?" Dia begitu antusias menunjukan dress selutut berwarna plum itu.
"Bagus, sayang." Sahutku.
"Tapi kebesaran kak. Ada ukuran S nya gak ya?"
"Mbak?" Seruku pada salah satu karyawan butik ini.
"Iya?" Sahut wanita itu.
Betapa terkejutnya aku mendapati ternyata aku mengenali wanita itu.
"Diana?"
Wanita itu pun tak kalah terkejut.
"Hai, Va? Tam?" Sahutnya berusaha untuk bersikap tenang.
"Lu ngapain?" Tanyaku.
"Gue... Kerja, Va. Sampingan kok. Hehe." Ujarnya.
"Kerja? Lu kurang duit?" Tanyaku tanpa ragu.
"Apaan sih lu nanyanya? Ada kok. Ini gue iseng aja. Ngisi waktu. Kuliah sambil kerja kan lebih produktif daripada kuliah aja." Sahutnya agak kesal.
"Ngisi waktu apaan? Sejak kapan lu punya waktu luang? Organisasi lu banyak, tugas kuliah juga banyak."
Wanita ini tak menjawab, dia hanya tersenyum. Dia justru hanya mengalihkan perhatiannya pada kekasih kecilku ini.
"Tamara butuh bantuan apa?"
"Aku mau ukuran S, kak." Sahut Tamara.
"Ok. Ditunggu dulu ya? Diambilkan dulu." Ujar dia dengan senyum ramahnya melayani Tamara.
Baru dua langkah kakinya bergerak seorang ibu-ibu memanggilnya,
"Mbak?"
"Iya, Bu?" Sahut Diana begitu ramah.
"Saya mau blouse ini ya? Tapi saya mau yang masih pakai plastik. Untuk kado keponakan saya." Ujar ibu itu.
"Iya. Sebentar ibu ya? Saya ambilkan dulu." Tutur Diana tetap ramah.
Tiga langkah kakinya bergerak, seorang bapak tua juga memanggilnya.
"Iya, pak?" Sahut Diana.
"Saya mau celana ini nomor 34 ya?" Pinta bapak itu.
"Iya. Saya ambilkan dulu ya?" sahut Diana yang akhirnya berlalu dengan dua potong baju dan sepotong celana pria.
*****
Kedua kaki yang terasa telah lelah menapaki setiap anak tangga. Seharian ini aku telah bolak-balik naik turun tangga untuk mengambilkan barang permintaan pelanggan. Melelahkan sekali. Belum lagi jika barangnya terdapat di rak paling atas, maka aku harus memanjat rak kokoh ini untuk menggapai barangnya.
"Dress Tamara." Bisikku disela hela napasku yang terengah-engah. "Aaah! Lagi-lagi di rak paling ataaas." Rengekku kemudian. Maka aku mulai memanjat mengambilkan barang itu. Peluhku mulai berjatuhan.
![](https://img.wattpad.com/cover/89975025-288-k693210.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatimah Di Akhir Zaman
SpiritualHighest Rank (08/18): #1 in #teenlove #2 in #teenromance Aku hanyalah gadis extrovert yang hidup di akhir zaman. Gaya hidup membuatku terbiasa dengan hingar bingar dunia. Lalu aku bertemu dia. Pria introvert sederhana yang taat beragama. Hingga cint...