24. Pengganti yang Hilang

3.4K 202 0
                                    

Langit Dubai menampakkan dirinya yang paling cerah. Anak-anak kecil berlarian kesana-kemari. Saling mengejar. Dikejar pula oleh ibunya dan ayahnya hanya tertawa. Salah satu anak itu terjatuh menyisakan luka goresan pada lututnya. Dengan sigap ibunya dan lembut sang ibu membantunya berdiri lalu menggendong anak yang menangis itu.

Melihat pemandangan itu pikiranku melayang pada dua masa. Masa laluku, sebagai anak yang terjatuh itu. Juga masa depanku, mungkin sebagai ayah itu. Akalku juga lantas melayang jauh ke tanah Minang. Ibu dan ayahku. Sedang apa mereka disana? Juga gadis itu...

Kepingan hati yang sempat ku temukan, kini menghilang. Entah sedang apa dia disana sekarang. Diana. Gadis berhati tulus mencintaiku, aku tepikan begitu saja. Tak sampai hatiku sebenarnya. Aku tau dia terluka. Hatinya menjerit lebih dari yang bisa kudengar. Namun mungkin hatiku lebih pedih lagi. Tak henti aku berandai dia tahu bahwa disini pun ku terluka. Maafkan aku.

Andai dia mengerti bahwa aku mencoba menjaganya dari murka-Nya. Orang bilang tak mungkin kau menyimpan dua nama dalam hatimu. Jika kamu simpan salah satunya, maka yang lain akan cemburu. Terkadang Dia menghadirkan seseorang lalu menumbuhkan cinta diantara keduanya, untuk menguji seberapa dalam cinta hamba kepada-Nya. Maka inilah bukti cintaku. Semoga Engkau berkenan menerima pengorbananku, dengan meninggalkan gadis yang amat kucintai.

*****

"Halo... Cewek. Sendirian aja nih? Gak takut?" Goda dua lelaki di mulut pintu. Tak ku hiraukan.

Kaki jenjang bersepatu high heels merah ini melangkah masuk. Dengan balutan dress minim berwarna merah cerah memancing gairah lelaki disini. Wajahku menengadah menantang dengan dada membusung. Berlenggak lenggok dihadapan pria pria nakal ini.

"Eh? Gak salah liat gue?" seru Regina kala itu dengan sebatang rokok dijepitan jarinya. Aku hanya mencabut rokok dari jarinya itu lantas menghisapnya dan meaniupkan asapnya pada wajah lelaki yang tengah berdiri disamping Regina. "Sejak kapan lu ngerokok, Ibu Dokter?" Ujar Regina lagi dengan heran. Pun tak ku hiraukan. Aku hanya menatap nakal lelaki tadi. "Hm... lu mulai berani ya sekarang?" Ujar Regina lagi aku hanya melemparkan senyum pada Regina. Dan agaknya Regina lebih menyukai aku begini.

*****

Sepanjang hari peluh telah berjatuhan untuk mencarinya. Angin malam juga menyertai menerpa wajahku yang tergaris rasa khawatir.

Diana, dimana kamu?

Gadis itu tak ada di rumahnya. Tak pula ada angin yang menyampaikan kabar tentangnya. Ponselnya juga yang sulit dihubungi. Terakhir aku tahu, dia hanya berdiam dalam lukanya dari Faiq. Sekarang entah kemana.

Seluruh tempat telah ku jelajahi. Rumah Hur'ain, yang juga kosong. Katanya Hur'ain tengah berlibur dengan suaminya. Juga Monik, pun kesana kemari mencari Diana bersamaku. Mesjid - mesjid telah di kunjungi. Dengan harapan Diana ada di sana untuk mencari ketenangan. Tak ada. Semua orang telah aku coba hubungi. Kecuali,

"Halo? Regina?"

"Ya? Rava? Kenapa?"

"Gue nyari Diana. Dia lagi sama lu gak?" Tanyaku. Namun tak ada jawaban. Hanya suara bising musik tak jelas di sebrang sana. "Halo?" Ujarku lagi.

"I... Iya, Va. Diana ada disini sama gua." Kekatanya agak terpatah-patah.

"Iya? Dimana lu sekarang?" Regina tak bergeming. "Haloo?"

"Di diskotik, Va. Gua mau pulang ini." Sahutnya kemudian.

"Apa? Lu gak salah?" akalku membayangkan Diana masuk ke dalam diskotik dengan hijabnya. Apa mungkin? Regina tak menjawab lagi. Hanya memutuskan telponnya.

Fatimah Di Akhir Zaman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang