BAB 1: Izin BOS

2.2K 125 10
                                    

Hai idola.. Aku sangat mengenalmu, tapi apakah kamu mengenalku??

Suara sepatu yang beradu ke lantai terdengar begitu khas. Langkah demi langkah Gista menjajali kakinya di kantornya yang sudah dua tahun belakang ini selalu disinggahinya setiap pagi hari. Dengan langkah yang gontai, Gista berjalan menuju ruangannya. Hari ini ia sangat berharap Emir---sahabatnya, bisa mengizinkan dirinya untuk berangkat ke kota Malang. Pakaian kantor yang rapih, rambut yang digerai menambah kecantikan seorang Gista Waulandari. Senyuman dibibirnya pun tak lepas menghiasi wajah cantiknya.

Setelah sampai ruangan, Gista langsung membuka komputer lipatnya yang sudah ada diatas meja warna hitam itu. Hal yang pertama dicari oleh Gista adalah foto-foto Hanif yang kemarin di dwonloadnya.

"Selamat pagi pangeran gue." Sapa Gista kepada foto yang tertera dilayar leptopnya tersebut.

"Manis banget sih, Nif senyuman lo." Lanjutnya.

Tanpa disadari sudut bibir Gista sudah menampilkan senyuman, sama seperti senyuman Hanif yang ada didalah foto.

***

Dilain tempat, Emir tengah memandangi Gista dari ruangannya. Ruangan mereka memang berhadapan. Emir selalu suka melihat senyuman Gista. Menurutnya senyuman Gitsa adalah penyamangat dipagi hari. Senyuman Gista pun tertular kepada dirinya.

Lo manis, Gis. Gue suka. Batin Emir tersenyum

Puas menatapi senyuman Gista yang menurutnya indah dan manis itu, Emir beranjak dari tempat duduk dan melangkahkan kakinya menuju ruangan Gista.

Kini Emir sudah berada dihadapan Gista. Tetapi Gista tidak menyadari kehadiran sahabatnya itu. Emir hanya dapat mengelengkan kepalanya. Sahabatnya ini memang sudah tergila-gila oleh ketampanan seorangan Hanif Sjahbandi.

"Gista!." Panggil Emir.

Dan yang dipanggil tidak menyahuti.

"Gistaaa.." Ualangnya kembali. Tetapi Gista masih tidak menyahuti panggilannya. Emir mulai jengkel melihat tingkah sahabatnya itu.

Cantik-cantik budeg nih anak. Batin Emir kesal.

"GISTA WULANDARIIIIIIIIII.." Teriak Emir tepat di telinga Gista.

Dan seketika saja yang dipanggil dari tadi, tergelonjak kaget.

"Ehhh copott.. Hanif mana Hanif.." Latah Gista dengan tingkah yang panik. Melihat itu, Emir tak dapan menahan tawanya.

"Ihhh.. Sumpah lo ngeselin banget." Gista mendaratkan satu tinju di lengan Emir yang cukup sakit bagi Emir.

"Gila, tenaga lo kuat banget sih." Ringis Emir Kesakitan.

"Abis lo ngeselin, kagetin gue. Udah tau gue lagi berkhayal tentang Hanif." Omel Gista.

Emir duduk dihadapan Gista dan disusul oleh Gista.

"Lo itu udah tergila-gila banget sama Hanif, ck" Emir Berdecak. Gista hanya memasang tampang datar. Melahit itu, Emir langsung merubah raut wajahnya yang dari tidak suka menjadi tersenyum polos.

"Lo udah minta izin belum sama Bos?" Tanya Gista penasaran. Yah dia sangat berarap sekali Bosnya mengizinkannya.

Emir menghela napasnya. "Gue semalam udah telphon si Bos, dia bilang kalo lo mau ikut sama gue minggu depan ini. Lo haru--"

"Harus apa?" Potong Gista.

"Harus bilang langsung sama Bos sekarang." Ucap Emir.

"Serius?" Tanya Gista memastikan. Bukan Gista tidak mau meninta izin langsung kepada Bosnya. Tetapi, Gista kini tengah menghindari Bosnya. Pasti banyak yang bertanya mengapa Gista menghindari Bosnya?

I Love My Fans (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang