Bab 25: Petunjuk

855 76 7
                                    

Kau memberi petunjuk. Petunjuk akan cinta. Akankah aku menemukannya atau malah diriku tersesat akan arah Cinta yang ku buat sendiri. 
***


Suara ketukan pintu ruang kerja yang menyadarkan Gista dari lamunanya. Sontrak saja tubuhnya di tegakkan dan tanganya mencoba merapihkan rambut gelombang yang terlihat acak-acakan itu.

"Masuk."

Setelah mendengar intruksi dari Gista, wanita bersetalan kantoran itu masuk dengan menenteng beberapa file di tangannya.

"Selamat siang bu Gista, ini Berkas-berkas naskah yang harus di editing,"

Wanita itu menaruh beberapa file tersebut di meja kerja Gista.

"Terimakasih, Monic." Ucap Gista tersenyum tipis.

"Oh iya bu, tadi ada yang ingin bertemu dengan ibu. Apakah saya suruh masuk?" Tanya Monic nunggu jawaban.

"Suruh masuk saja, Mon." Jawab Gista yang di anggukin oleh Monic.

"Baik bu, kalau begitu saya permisi keluar." Pamit Monic lalu melengangan keluar ruang kerja Gista.

Tak selang berapa lama, ketukan pintu kembali terdengar. Kembali Gista menginstruksikan si pengetuk pintu itu untuk masuk.

Suara ujung sepatu berhak seseorang berdentum dengan lantai yang terlihat mengkilap. Seorang wanita dengan rambut pendek kecoklatan, kacamata hitam bertengger di pangakal hidung mancungnya dan lipstik berwarnah gelap teoles di bibir sexy wanita tersebut.

Gista menyerit melihat penampilan tamunya itu. Siapakah dia? Dan apa gerangan tamu tersebut? Seingat Gista dia tak pernah mempunyai teman yang berpenampilan seperti wanita di depannya itu.

"Ada perlu apa Mbak?" Tanya Gista memecahkan keheningan antara mereka. Yah, wanita tersebut sudah duduk di hadapannya.

Wanita itu berdehem lalu mengeser sedikit kacamata hitamnya lalu meneliti penampilan Gista yang saat ini memakai setelan kantor dengan kemeja kemeja berwarna krem dan rok span sebatas lutus berwarna hitam. Gista hanya memoles wajahnya dengan make up tipis, rambut hitam bergelombangnya pun di biarkan tergerai indah.

Pantas banyak yang menyukai gadis ini. Dengan penampilan sederhana bisa memikat banyak hati di luar sana. Batin wanita itu jengkel.

Lagi-lagi Gista di buat menyerit kebingungan dengan tingkah laku tamu tak di kenalnya itu.

"Saya tau kamu tengah merindukan Hanif,"

Sederet kalimat yang terucap dari bibir sexy wanita tersebut membuat kedua bola mata Gista membola.

Darimana wanita itu tahu? Apakah wanita ini seorang peramal? Setahu Gista yang bisa membaca pikiranya hanyalah Emir. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan berkecambuk di benak Gista.

Wanita itu terkekeh, menyadarkan Gista kembali ke dunia nyata. "Saya bukan peramal. Tetapi, saya tau semua tentang kamu,"

"Darimana kamu tau semua tentangku?" Tanya Gista penasaran.

I Love My Fans (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang