Bab 34: Apa Aku Bisa?

1K 65 7
                                    

Jika Roman punya Wulan
Dilan punya Milea
Dan Nathan punya Salma
Maka ketahuilah bahwa
Hanif punya Gista.

***


Mengapa mencintaimu sangat menyakitkan seperti ini? Tidak bisakah ending dari cerita cinta ini, aku dan kamu dapat bersatu dan menjalin cinta yang kita bangun? Tertawa bersama, membagi kebahagiaan dan kesedihan yang kita rasa dan selalu mendampingi satu sama lain. Sederhana permintaan Gista, yaitu bisa kembali melihat lelaki yang sangat di cintainya, bahagia bersama dan merajut cinta yang sederhana dengan Hanif. Tetapi mengapa permintaan Gista yang sangat sederhana itu sangat sulit terwujud? Salahkah Gista mencintai Hanif? Gista telah terlanjur jatuh. Jatuh sejatuh-jatuhnya.

"Gista."

Gista menoleh ke empu suara yang memanggilnya tadi. Sudut mata Gista masih berair akibat menangis. Yah, setelah kejadian yang mengerikan itu menimpanya, Gista tak dapat untuk tidak menangis. Gadis itu selalu meratapi nasibnya yang tak selalu sejalan dengan keinginannya.

Sosok lelaki bermanik mata biru tersebut berdiri tidak jauh dari tempat Gista termenung. Yah, Dia Frans. Frans berjalan menghampiri Gista dengan langkah yang tertatih. Luka di kakinya belum sepenuhnya sembuh dan Frans berjalan masih dibantu oleh tongkat besi yang ada di sisi tangan lelaki itu.

"Sebentar lagi Hanif akan pergi, kamu tidak mau menghampirinya?" Tanya Frans saat dia berhasil mendudukan bokongnya di bangku kramik yang diduduki oleh Gista.

Gista melarikan pandanganya ke atas menatap awan sore yang terlihat mendung. "Tidak, Frans. Jika aku menghampirinya, maka aku tidak bisa merelakan Hanif untuk pergi." Lirih Gista menghembuskan napas berat. Matanya kembali berkaca-kaca, setetes butiran bening itu kembali terjatuh.

Tangan Frans bergerak menghapus jejak butiran kristal yang menghiasi wajah sedih Gista. Frans tahu, Gista berat merelakan Hanif untuk pergi dan Frans tahu Gista sangat terpukul.

Lelaki bermanik mata biru itu membawa Gista kedalam dekapan, membiarkan Gista menangis sejadi-jadinya di dalam dekapan hangatnya.

"Mengapa Hanif pergi? Mengapa Hanif meninggalkan ku? Aku ingin Hanif, Frans." Tangis Gista pecah, Tangan mungil Gista memukul dada bidang Frans untuk menyalurkan rasa sakit yang menyesakkan hatinya. Ingin Gista menghampiri Hanif, mengatakan kepada lelaki itu bahwa Gista tidak ingin dia pergi, Gista ingin terus bersamanya, mengulangi kenangan indah yang pernah mereka ukir bersama. Tetapi semua itu sudah terlambat. Gista tidak dapat menahan Hanif untuk pergi. Mungkin inilah yang terbaik untuknya dan untuk Hanif. Merelakan seseorang yang di cintai untuk pergi itu memang menyesakkan hati. Tetapi Gista yakin suatu saat nanti dia akan kembali menemukan cinta sejatinya. Biarlah kenangan indahnya bersama Hanif di simpan rapih di dalam memori ingatannya. Sosok Hanif tetap menempati relung hati Gista, sampai kapanpun itu.

***

Flasback on

Malam itu Hanif langsung di larikan ke Rumah sakit terdekat. Setelah tim medis menangangi Hanif dan berhasil mengangkat peluru yang bersarang di punggung lelaki berparas manis itu, Dokter mangatakan bahwa Hanif sedang dalam masa kritis.

Chia begitu terpukul melihat anak sulungnya kembali berjuang mempertahankan hidupnya. Mengapa semua ini menimpa Hanif? Apa salah anaknya? Chia berjanji akan menjauhkan Hanif dari orang-orang yang berniat mencelakai Hanif. Sebagai seorang ibu, Chia tidak ingin anaknya terluka dan Chia yakin ibu di seluruh dunia pun pasti sejutu kepadanya.

"Nif, bangun nak. Buka matamu, Nak." Cicit Chia menatap Hanif masih setia menutup matanya.

Melihat itu, Gista yang berada di depan ruangan rawat Hanif, tak dapat membendung air matanya. Gista telah gagal menjaga Hanif. Gista gagal segagal-gagalnya. Seharusnya Gista yang berada di posisi Hanif, tetapi mengapa lelaki itu mengorbankan hidupnya hanya untuk menyelamatkan dirinya? Seharusnya Gista yang menanggung semua ini, seharusnya...

I Love My Fans (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang