Bab 17: Sepenggal Kata

937 67 10
                                    

Sepenggal kata itu ku tuliskan untukmu. Sepenggal kata itupula yang melukiskan betapa aku merindukanmu.

Chia sangat panik melihat kondisi Hanif. Setelah tadi sempat suiman, Hanif sudah tidak mengenal dirinya dan juga Hisyam dan Haikal. Lebih parahnya lagi, tadi Hanif juga berusaha mengingat dirinya siapa dan dimana dia berada, tapi tiba-tiba saja tubuhnya kejang-kejang. Jujur saja Chia sangat pilu melihat kondisi Hanif saat ini. Untung saja tim dokter cepat menanganinya. Disinilah Hanif sekarang, masih di ruang yang sama dan kondisi yang kembali menutup matanya. Chia dan kedua anaknya berharap Hanif cepat membuka matanya kembali.

Dokter Syafar---dokter yang menangani Hanif, mempersilahkan Chia dan Hisyam masuk keruangannya. Dokter Syafar ingin menyampaikan kondisi Hanif saat ini.

"Silahkan duduk." Persilah dokter Syafar kepada Chia dan Hisyam.

Ibu anak itu mendudukkan tubuh mereka di kursi putih dalam ruangan serba putih pula.

"Jadi bagaimana kondisi Hanif dok?" Tanya Chia dengan raut khawatirnya.

Dokter berumur 27 tahun itu menghela napasnya lalu membuka lembaran kertas tentang keterangan kondisi Hanif.

"Sebelumnya saya ingin memberitau kalau Saudara Hanif mengalami Amnesia," Jawab Dokter Syafar menjeda.

Chia sudah tak kuasa menahan air matanya. Siapa yang tega melakukan semua ini kepada Hanif? Apa salah Hanif sehingga dia mengalami kondisi berat. Hisyam kembali menangkan ibunya.

"Amnesia terjadi akibat benturan di bagian kepala Hanif terlalu keras," Dokter Syafar mengalihkan pandangannya kearah kertas yang ada ditangannya.

"Ya Allah.. Berarti Hanif tidak dapat mengingat saya dok? Saya ibunya!" Sentak chia histeris.

"Mamah tenang! Istigfar mah!" Seru Hisyam kembali menenangkan sang ibu.

"Ibu tenang dulu. Hanif hanya mengalami Amnesia sementara saja. Saat saya periksa tadi ternyata Amnesia yang di derita saudara Hanif itu bukan Amnesia permanen. Jadi, saudara Hanif masih bisa untuk mengingat kembali." Jelas Dokter Syafar.

"Bagaimana caranya, Dok. Agar Hanif bisa meningat kembali? Katakan!" Sentak Chia.

"Kalian bisa mengingatkan memori-memori lamanya kepada Hanif. Tetapi, kalau Hanif merasa pusing saat kalian mencoba memulihkan ingatannya, tolong di hentikan. Karena kalau di paksakan bisa jadi pembuluh darah Hanif akan pecah dan itu akan mengakibatkan vatal. Cobalah secara perlahan-lahan." Jelas Dokter Syafar.

***

Saat ini Hanif tengah menatap sebuah kamar yang tertata rapih dan di sudut ruangan itu terdapat sebuah bola karet berwarna hitam putih. Kaki Hanif melangkah mendekati benda itu. Seakan bola tersebut adalah belahan jiwanya. Tangan Hanif terulur mengangkat bola karet entah milik siapa itu. Pandangannya teralih meliahat sekeliling kamar berwarna maskulin itu.

Yah setelah Dokter Syafar mengizinkan Hanif pulang, Chia dan kedua anaknya langsung memboyong Hanif ke rumah sederhana yang terletak di pinggir kota dengan udara yang masih sejuk.

Chia telah memperkenalkan dirinya kepada Hanif, hingga anak sulungnya menerima keadaan dirinya yang terngah mengalami Amnesia.

"Nif, makan dulu yah. Mamah udah siapin makan siang di bawah." Ucap Chia menghampiri Hanif yang tengah memperhatikan bola di tangannya.

"Itu bola kesayangan kamu, Nak."

Jawab Chia Seakan tau apa yang akan di tanyakan Hanif kapada dirinya.

"Apakah aku seorang pengemar sepak bola? Atau..."

Hanif merasakan kepalannya mulai pusing tak tertahankan. Chia langsung menopang tubuh Hanif yang mulai tumbang.

I Love My Fans (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang