Kamu tau pria yang aku cintai setelah ayahku? Lihat kata pertama.
**
Bagas tengah menemani Hanif di halaman belakang rumah Hanif dan keluarganya tempati. Hanif berdiri mentap Bagas dengan meminta meceritakan hidupnya dulu. Rasa penasaran Hanif memang sudah tak dapat di bendung lagi. Sejak kemarin Hanif selalu meminta penjelas kepeda kedua adiknya dan Sang Ibu, tetapi mereka tetap bungkam. Alasannya satu, mereka tak mau Hanif kembali merasa kesakitan jika memaksa untuk mengingat. Padahal Hanif tidak memaksa dirinya. Dia hanya meminta penjelasan dan menceritakan bagaimana dulu kehidupannya. Apakah menceritakan itu saja mereka tak bisa?
Saat rasa penasaran membendung tinggi, disitulah Bagas datang dan mengajaknya berbicara empat mata. Yah kata Chia, Bagas adalah sahabatnya selama berada di kota Apel ini. Dan disinilah mereka berdua, di halaman yang sangat luas dan nyaman untuk bersantai atau bercengkarama.
"Kau taukan kalau aku sudah sangat penasaran dengan hidupku dulu. Jadi, tolong ceritakan sekarang juga!"
Hanif mengangkat suaranya setelah lima menit berlalu Bagas tidak mengeluarkan satu katapun dari mulutnya. Sejujurnya dia sangat jengah dengan keadaan ini.
Bagas membalikan tubuhnya menghadap ke arah sahabatnya itu. Sungguh Bagas pun sangat berat mengatakan semua ini kepada Hanif. Tetapi melihat tatapnan Hanif yang sangat memohon kepadanya, jadilah Bagas membuka suaranya.
"Sebelumnya kita jangan bicara dengan formal gitu, Nif. Yah pakai kata santai saja." Ucap Bagas mencairkan suasana yang beberapa detik lalu sempat hening.
"Baiklah." Setuju Hanif.
Bagas mulai duduk di samping Hanif, dan otomatis tatapan Hanif mengikuti sosok Bagas. Satu helaan napas panjang terdengar jelas di telinga Hanif.
"Dulu, lo sama gue adalah seorang pemain sepakbola. Karir kita tengah berkembang pesat," Bagas menjeda ucapannya.
Benarkah yang dikatakan Bagas? Pantas saja saat melihat si kulit bundar dirinya langsung ingin menendangnya, memainkannya dan meliuk-liukkan si kulit bundar itu.
"Lo memang pernah dekat sama seseorang dan seseorang itu bernama Bella, bukan Gista yang seperti lo katakan itu," Bagas kembali melanjutkan ucapannya.
Hanif mulai tertarik kembali dengan ucapan Bagas. Bella? Tetapi surat yang ada di kamarnya itu dari gadis bernama Gista.
"Bella sering kali menjadi topik kita saat bicara. Menurut lo Bella itu adalah wanita idaman. Saat Bella sakit lo orang yang paling khawatir, sampai kalian berdua di sebut pasangan serasi dari banyaknya pengemar lo. Tetapi gue gak tau kalau kalian itu sudah resmi menjadi sepasang kekasih atau tidak,"
Hanif mendengarkan ucapan Bagas dengan seksama, sampai berkedipun tidak bisa. Bagaimana rupa Bella itu? Mengapa dulu dia sangat mengilai wanita bernama Bella itu? Batin Hanif bertanya.
Bagas mengubah duduknya untuk mencari posisi nyaman. Setelah itu tangan Bagas merogoh kantong tasnya dan mengeluarkan dua lembar foto dan sepasang sepatu highheels yang sudah patah. Kerutan di kening Hanif menandakan kalau dia tak mengerti barang-barang yang di beri Bagas kepadanya. Hanif melihat hasil bidikan perkampungan yang berwarna biru di dalam foto tersebut. Dan selembar foto lagi berisikan Dress biru laut yang sangat indah di pandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love My Fans (Completed)
RomantizmHanif abdurrauf sjahbandi adalah seorang pemain sepak bola muda. Dengan karirnya yang sangat meningkat, Hanif banyak digemari oleh para pecinta sepak bola terutama pada kaum hawa. Hanif juga tipikal orang yang tidak sombong dengan Fansnya, dia selal...