Bab 5: Sisi Lain Hanif

1.5K 95 0
                                    

Kau adalah manusia. Manusia yang bisa merasakan sedih dan hancur.

Hari minggu ini terasa sangat membosan bagi Gista. Mengapa? Yah Emir--sahabatnya sejak pagi-pagi tadi sudah meninggalkannya. Gista dan Emir masih berada di kota Malang. Mereka masih akan meliput satu kali pertandingan lagi, yaitu tepatnya sekitar satu minggu lagi. Gista beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menelusuri setiap ruangan di villa yang cukup besar ini. Hembusan napas panjang keluar dari mulutnya. Kaki putih jenjang itu melangkah ke arah ruang tengah. Sambil menelusuri lorong setiap villa, Gista mencepol ramput panjang yang hitam itu. Gadis berambut panjang itu duduk di soffa empuk ruang tengah. Tangannya mengambil remote hitam itu yang berada di atas meja.

Gista mencari chanel  televisi yang asik untuk di tontonnya. Setiap mengganti Chanel, Gista selalu berdercak sebal karena tidak ada yang bisa menghiburnya. Sampai akhirnya dia memilih chanel kartun tom and gerry. Yah kartun yang menurutnya tidak masuk diakal tapi asik untuk di tonton.

Mata hitam pekat itu fokus menatap ke layar televisi, dimana menampilkan seekor kucing yang bernama Tom sendang mengajar musuh berbuyutannya yaitu Gerry, seekor tikus kecil yang sangat cerdik.

Gista tertawa saat melihat adegan Tom yang terkena tong sampah saat mengejar Gerry.

"Sehh, Dodol banget si, Tom." Dercak Gista gelang-gelang kepala.

Gista sangat asik melihat kartun tersebut. Tanpa di sadari telephon genggamnya berbunyi Gista merabah soffa di sampingnya tanpa melihat. Matanya fokus tertuju ke layar televisi. Setelah dapat, Gista langsung menempelakan benda persegi panjang itu ke telingganya tanpa melihat siapa yang menelphonnya.

"Hallo.."

"Haloo Gis, lo udah bangun?" Tanya orang yang menelphonnya. Gista melihat layar telephonnya dan disana sudah tertera nama Emir. Oh Emir. Bantin Gista.

"Udahlah. Lo jahat banget ninggalin gue, sumpah." Ucap Gista kesal.

Terdengar di sebrang sana Emir terkekeh. "Iya sory deh.. Gue tadi ditelpon sama temen gue, jadi yah gue langsung cus aja. Abis tadi gue mau ngajak lo, eh lo nya malah masih asik ngorok." Jelas Emir panjang.

Gista kembali berdercak. "Yah seenggaknya lo bilang ke mau pergi." Terdengar suara Gista yang sangat jutek.

"Iya, iya maaf yah princes Gista.. Nanti gue beliin bakso Malang deh." Rayu Emir.

Mendengar makanan kesukaannya di sebutkan, matanya langsung berbinar-binar.

"Yaudah, Bawain dua porsi yah. Itu semua buat gue." Ucap Gista masih memasang mode ngambeknya.

Emir kembali terkekeh dibautnya. "Dasar perut karet."

"APA LO BILANG?" Teriak Gista emosi. Enak saja dia mengatai Gista perut karet.

Emir mengusap telinganya, Suara Gista sangat mengelegar. "Cuma bercanda, Gis."

"Lo pulang jam berapa?" Tanya Gista.

"Hm. Kayaknya malem deh, soalnya gue lagi temu kangen nih sama temen lama."

"Uh. Yaudah nanti gue juga mau pergi jalan-jalan, bosen dirumah mulu  udah kayak anak perawan." Ucap Gista.

Emir terheran-heran mendengar kalimat terkahir Gista. Memang anak ini, kalau bicara selalu asal. Itulah Gista Wulandari.

***

Gista sudah berdiri di depan cermin yang cukup besar itu. Dia melihat pantulan dirinya. Yah Cantik. Gista yang memakai Dress putih dengan motiv volkadot selutut membalut tubuh indahnya. Rambut yang panjang itu digerai saja oleh Gista. Dia hanya memberi bandana warna putih garis-garis pada rambut panjangnya. Sepatu kest warna Putih menjadi alas telapak kakinya. Karena di kota Malang sangat dingin, Gista memilih jaket katun berwarna biru untuk membungkus lengannya yang putih. Gista mengembangkan senyumannya.

I Love My Fans (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang