Perasaan ini silih berganti. Kadang kau buat aku tersenyum, lalu kau berikan juga air mata. Kadang kau buat aku bahagia, lalu kau berikan kesedihan. Akankah ini ada ujungnya? Aku seakan di ajak berputar-putar olehmu, putaran cinta yang takku mengerti..
Kelopak mata Gista terbuka secara perlahan, cahaya putih itu langsung menyilaukan penglihatannya. Perlahan Gista menyesuaikan terangnya cahaya, pandangannya pun langsung dia edarkan ke sekitar. Kamar bernuansa biru sangat di kenalnya. Yah itu adalah kamarnya.Gista menyibakkan selimut tebalnya, lalu menurunkan kaki jenjangnya ke lantai putih kamarnya. Sensasi dingin menyentuh telapak kakinya, tangan yang putih mulus itu diangkat keatas, menggoyangkan ke kiri dan ke kanan. Yah setiap bangun tidur Gista tak lupa untuk melalukan olahraga kecil untuk kesehatan tubuhnya.
Langkah kaki Gista menyelusuri setiap kotak keramik berwarna putih itu. Sebuah jendela kaca mempakkan pemandangan pagi di kota Malang, pagi yang cerah, awan biru yang sangat indah dan udara yang sangat sejuk. Manik hitam milik Gista melebarkan pandangannya untuk melihat suasana yang membuat hatinya sejuk. Senyuman manis sudah terukir di bibir mungilnya.
Tangan mungil Gista terangkat menyentuh rambut hitamnya, merapihkan sedikit rambut acak-acakan khas bangun tidurnya, lalu mengambil ikat tambut dan langsung mencepol rambut hitam legam itu dengan asal.
Tidurnya semalam sangat nyenyak. Gista ingat semalam dia tertidur di sofa ruang tamu, karena menunggu acara televisi yang di tunggu-tunggunya. Tapi entah mengapa saat dia bangun dari tidur nyenyaknya, dirinya sudah berada di tempat tidur empuknya. Siapa yang memindahkannya? Apa mungkin dia berjalan sendiri ke kamar? Entahlah Gista tidak tau jawabnya.
Handle pintu kamar Gista di tarik seseorang dari luar pintu kamarnya. Pintu pun terbuka dan memampilkan sosok Emir yang sudah memberikan senyuman hangatnya. Emir terlihat rapih dengan baju casualnya. Celana trenning berwarna hitam menutupi kaki kokohnya, kaos abu-abu yang tampak pas di badan kekarnya, tak lupa rambutnya yang basah itu menambah ketampanannya. kedua tangan Emir membawa nampan yang berisikan bubur dan susu hangat untuk Gista.
"Good morning princes Gista." Sapa Emir riang.
Gista yang sedari tadi masih menatap ke arah luar jendela, langsung memutar arah tubuhnya. Manik matanya langsung menangkap ketampan Emir pagi hari ini. Yah, Emir sangat tampan.
Gilaa Emir ganteng juga. Batin Gista histeris.
"Eh, ngapain lo liatain gue kek gitu? Ohh gue tau, lo pasti terpesonakan sama ketempanan gue."
Goda Emir sambil menyisir rambutnya kebelakang dengan jari-jari tangannya.
Gista memutar kedua bola matanya jengah. Tingkat kepercaya diri Emir memang tak pernah luntur. Dasar onta arab. Umpat Gista dalam hati.
Emir melangkahkan kakinya mendekati Gista, menarik Gista untuk duduk di atas ranjangnya, tangan Emir yang kekar itu mengambil mangkok bubur lalu menyuapkan bubur yang masih hangat itu ke mulut Gista.
"Buka mulutnya!"
Perintah Emir. Gista menaikkan sebelah alisnya, yang artinya dia tak mengerti dengan sikap manis Emir pagi hari ini.
"Apaan sih, Mir? Sok perhatian banget."
Gista mendorong sendok yang telah terisi bubur hangat, lalu mengambil alih sendok tersebut ke tangannya.
"Gue bisa makan sendiri."
Bubur hangat itu perlahan di masukkan kemulutnya. "Liatkan! Gue bukan anak keci, Mir." Tutur Gista.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love My Fans (Completed)
RomanceHanif abdurrauf sjahbandi adalah seorang pemain sepak bola muda. Dengan karirnya yang sangat meningkat, Hanif banyak digemari oleh para pecinta sepak bola terutama pada kaum hawa. Hanif juga tipikal orang yang tidak sombong dengan Fansnya, dia selal...