Bab 28: Posesif

1K 73 15
                                    

Aku tidak tahu apa alasan aku mencintaimu. Yang jelas rasa cinta ini terus menerus berkembang, layaknya bunga yang di siram dengan air.

***

Semilir angin menerbangkan anak-anak rambut gadis yang tengah duduk manis di bangku taman pada sore cerah hari ini. Senyum manisnya selalu tercetak di bibirnya. Mungkin ini yang dinamakan Bahagia. Sungguh menyenangkan.

Suara derap langkah kaki mendekati gadis yang tengah menikmati angin sore di taman yang menurutnya taman terindah yang pernah di kunjunginya. Setangkai bunga mawar berwarna merah cerah terpampang jelas di depannya.

"Bunga yang cantik untuk Gadisku yang tak kalah cantik." Suara Bariton itu terdengar indah.

Si gadis itupun langsung melemparkan pandangannya ke arah asal empu suara. Disana, lelaki yang sangat di cintainya berada, lelaki yang selalu menjadi inspirasi dalam hidupnya. Senyum gadis itu mengembang.

"Terimakasih, Nif." Ucapnya dengan lembut.

Lelaki bernama Hanif itu tersenyum sambil mengengam lembut tangan si gadis. "You're wellcome baby." Satu kecupan hangat mendarat di punggung tangan si gadis tersebut.

Manik mata Hanif berjalan mengikuti setiap tulisan yang di bacanya. Sesekali kekehan keluar dari mulutnya dan sesekali pula senyuman tercetak indah di wajah tampannya.

Kini tawanya pecah saat membaca sederet kalimat yang menurutnya sangat mengelitik. Gelengan kepala Hanif memandakan kalau tulisan yang di bacanya itu bagus dan dapat mengiburnya.

"Tulisan aku jelek yah, Nif?" Suara Gista terdengar saat melihat Hanif tengah asik membaca tulisan-tulisannya.

Hanif berdehem menetralkan suaranya kembali. "Tulisan kamu lucu," mata Hanif masih tertuju menatap layar kaca leptop milik Gista "dan aku suka." Kalimat terakhir Hanif mampu membuat senyum Gista terbit.

"Tokoh Bagir di ceritamu ini memang nyata atau hanya ilusi?" Tiba-tiba Hanif bertanya dan hal itu sempat membuat Gista gelagapan untuk menjawab.

"Hmm, sebenaranya Tokoh Bagir itu sahabataku sendiri." Cicit Gista pelan. Bodoh lo, Gis. Batin Gista mengeram kesal.

Salah satu alis Hanif terangkat, kening lelaki itupun berkerut tanda bahwa dia bingung.

"Kamu punya sahabat Laki-laki?" Tanya Hanif penuh selidik.

Huft.. Gista harus menjelaskan semua ini. Akhir-akhir ini Hanif begitu posesif sekali kepadanya. Tingkat kecemburuan Hanif akhir-akhir ini pula begitu meningkat. Contohnya kemarin saat Hanif melihat Gista berinteraksi dengan kedua adiknya, lelaki itu terlihat kesal dan geram. Jujur Gista sedikit kewalahan melihat tingkah Hanif yang begitu posesif terhadapnya. Bukannya tidak senang, tetapi Gista merasa agak risih dan tidak bebas melakukan apa yang dia mau. Bukan pula Gista sudah tidak mencintai Hanif, percayalah cinta Gista akan tetap berlabu kepada Hanif.

Gista menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan Hanif. "Iya aku punya sahabat laki-laki. Nama aslinya Emir. Aku sama Emir sahabatan udah lama banget, sejak aku pindah kerumah nenek di Jakarta dan saat itu usia kami sekitar 7 tahun. Emir adalah tetanggaku dan sampai saat ini kami masih bersahabat." Jelas Gista panjang lebar.

Hanif menuatkan alisnya. Beberti mereka sudah sangat lama bersama. Setahu Hanif tidak ada namanya persahabatan antara lawan jenis, pasti salah satu di antara mereka memendam rasa atau malah keduanya. Yah anak jaman sekarang sering menyebutnya 'Friendzone'. Apakah diantara Gista dan Emir ada yang memendam rasa suka atau malah rasa cinta? Mengingat itu saja Hanif menjadi geram.

I Love My Fans (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang