Dimana kau selama ini? Apakah kau baik-baik saja? Aku merindukan mu. Maaf jika dulu aku sempat melewatkanmu.
Suasana sore hari ini sudah mulai mendung. Mungkin langit yang setadinya cerah akan kembali mengeluarkan tumpahan air yang sering di sebut air hujan. Langkah kaki santai dari kaki kokoh itu mamasuki sebuah coffe yang sudah terkenal di kota apel ini. Emir--sipelangkah kaki tersebut memilih tempat yang berada di paling ujung coffe tersebut.
Berselang beberapa menit pelayan coffe membawa menu-menu yang akan di tawarkan kepada Emir. Yang di tawarkan langsung memilih makanan dan minuman yang di sukainya. Yah pilihannya jatuh pada jus melon kesukaannya dan cake choco. Setelah itu sang pelayang coffe pun pergi untuk menyediakan pesanan Emir tadi.
Mata coklat milik Emir menelusuri suasana coffe. Tidak terlalu ramai. Cuma ada beberapa pengunjung saja. Pandanganya di alihkan ke arah luar. Hari sudah mulai mendung. Mungkin hal ini yang membuat orang-orang malas beranjak.
Pelayan Coffe sudah membawa pesanannya tadi. Kini di hadapannya sudah ada cake choco dan jus melon yang sudah siap untuk di santap.
Hari ini Emir sengaja pergi ketempat ini. Tempat yang dapat mengingatkannya pada kejadian beberapa tahun yang lalu.
***
Langkah kaki terburu-buru memasuki lorong gedung Berduansa putih. Dia telambat. Yah jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Sipelangkah kaki itu yang melainkan adalah seorang lelaki yang berperawakan timur tengah, ya dia adalah Emir. Hari ini Emir sudah ada janji dengan dosen pembimbingnya. Langkah kakinya kembali di percepat. Bahkan saat ini di bukan berjalan melainkan berlari. Buku tebal itu masih setia di gengamnya. Dan tiba-tiba
Praaaaangg!!!!
Seketika Emir memberhentikan laju larinya. suara apa itu? Emir melihat sekitar. Sepi. Yah Tidak ada siapa-siapa. Emir mengatur deru napasnya yang semakin menyesakkan dadanya. Lelaki itu melangkah mendekati sebuah aula yang berada tidak jauh dari dia berdiri saat ini. Mungkin saja suara itu berasal dari sana. Emir membuka knop pintu aula tersebut.
Praangg!!
"Pergi.. Tuhan aku hancur."
Suara itulah yang di dengar oleh Emir saat dia membuka pintu aula tersebut. Yah di ujung sana gadis malang itu terduduk lemah. Rambut panjangnya dibiarkan berantakan. Suasana sangat kacau. Barang-barang seperti stik drum, bangku dan lainnya sudah berserakan tak beraturan. Emir menyimpulkan bahwa aula ini adalah aula musik.
Emir melangkah mendekati gadis yang sudah membuat aula menjadi kapal pecah.
"Hai.. Saya Emir." Ujar Emir menjalurkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love My Fans (Completed)
Roman d'amourHanif abdurrauf sjahbandi adalah seorang pemain sepak bola muda. Dengan karirnya yang sangat meningkat, Hanif banyak digemari oleh para pecinta sepak bola terutama pada kaum hawa. Hanif juga tipikal orang yang tidak sombong dengan Fansnya, dia selal...