Bab 7 : Imagination

1.2K 87 3
                                    

Apakah selama ini kau hanya lah ilusi dalam kehidupan ku? Apakah kau benar-benar nyata?

Malam hari di kota Malang sangatlah indah menurut Gista. Pasar malam memang di setiap daerah di Indonesia memang ada, tetapi menurut Gista pasar malam di kota Malang lah yang sangat indah.

Kakinya terus melangkah menelusuri ramainya pengunjung yang datang ke pasar malam ini. Yah suasana malam ini memang sangat ramai. Pasar malam memang di indentik dengan keceriaan dan wahana permainan yang sangat menghibur pengunjung yang datang.

Saat ini Gista memang datang sendiri. Emir--sahabatnya masih sibuk dengan teman lamanya. Yah Emir sempat tinggal di kota Apel ini selama dia masih di jenjang kuliah. Kaki jenjang itu masih saja melangkah, sepatu kets warna putih itu sudah kotor terkena jalanan yang becek. Walaupun becek, itu tak menyurutkan semangat Gista untuk bersenang-senang di pasar malam ini.

Dua hari yang lalu saat Gista bertemu dengan Hanif tanpa sengaja di taman yang entah apa namanya, Gista terus saja terbayang dengan wajah kesedihan Hanif. Gista masih penasaran apa yang terjadi dengan Hanif.

Tanpa sadar Gista masih memikirkan hal itu. Hal yang memenuhi otaknya selama dua hari belakangan ini.

"Duhh.." Gumam Gista gusar. Diapun melanjutkan langkah kakinya. Gista berhenti di sebauh wahana yang menurutnya sangat menarik perhatian. Yah apa lagi kalau bukan bianglala. Pasar malam wajib ada wahana tersebut. Wahana yang membuat penumpannya berteriak histeris.

Gista langsung melangkah ke arah penjual tiket yang berada tak jauh dari wahana yang akan di naikinya.

Tempat penjualan tiket untuk wahana bianglala memang cukup antre. Tetapi hal itu tidak membuat Gista berbalik arah. Tujuannya di sini untuk bersenang-senang.

"Mbak, tiket bianglala satu yah." Ucap Gista kepada penjual tiket tersebut Setelah menunggu beberapa menit untuk sampai di loket tersebut.

Si penjual tiket pun menangguk dan tersenyum menangapi ucapan Gista tadi.

Gista menoleh ke belakang setelah dia rasa ada yang mencolek pungungnya. Yah seorang lelaki berbadan tinggi besar yang mencolek punggungnya tadi. Lelaki yang bisa di bilang seperti preman pasar itu menyeringai ke arahnya. Hal itulah yang membuat Gista bergidik ngeri.

"A--ada apa mas?" Sial!! Mengapa dia menjadi gugup seperti ini? Jujur saja Gista sangat takut.

"Mbak sendirian aja?" Tanya lelaki itu dengan penuh seringaiannya.

"I--ii.."

"Mbak, ini tiketnya." Untunglah si penjual tiket itu menyelamatkan Gista dari ancaman lelaki tidak jelas itu.

Gista langsung berlari menginggalkan tempat itu. Diatas bianglala, Gista menetralkan detak jantungnya. Peluhnya bercucuran akibat berlari tadi.

"Ya Allah.. Untung aja bisa selamat gue." Gista mengehembuskan napas lega. Gista tidak tahu jika tadi si penjual tiket tidak menyelamatkannya. Mungkin saja dia kini sudah dalam bahaya. Siapa yang menolongnya nanti? Emir? Dia saja masih di sibuk dengan teman-temannya. Apakah Hanif? Ah itu tidak mungkin. Jangan berkhayal, Gis. Batin Gista tertawa miris.

***

Malam minggu. Malam yang sangat di tunggu oleh muda-mudi. Begitupula dengan Hanif. Yah malam ini dia sudah janjian denga Bella untuk mengunjungi pasar malam yang berada di pusat kota Malang. Pasar malam itu sebenarnya baru akhir-akhir bulan ini resmi di buka, karena banyak masyarakat yang mengingin kan pasar malam yang berada di pusat kota.

I Love My Fans (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang