Bab 3: Bertemu Dengannya

1.5K 116 2
                                    

Tatapan mata mu, membuatku lumpuh.

Kini Gista sudah berdiri di depan Stadion Kanjuruhan, Malang. Baru kali ini ia menginjakkan kaki ke  stadion tersebut. Para suporter tim tuan rumah sudah banyak berdatangan hanya untuk menonton club kebanggan mereka. Nuansa biru sangat mendominan. Sangat indah bagi Gista. Matanya tak lepas memperhatikan para suporter yang beratangan. Mulai dari kaum adam sampai kau hawa. Mulai dari kakek nenek sampai anak kecil. Sungguh luar biasa.

Kaki jenjang itu melangkah memasuki stadion. Kamera SLR yang setia mengantung di lehernya. Senyuman manis itu takkan pernah luntur.

"Seneng?" Tanya Emir yang berjalan disebelah Gista. Yang ditanya melempar pandangannya ke arah asal empu suara tersebut.

"Banget." Jawab singkat Gista tersenyum. Mereka kembali melangkahkan kaki menuju pinggir lapangan. Gista tak henti-hentinya bersyukur karena dikasih kesempatan datang berkunjung ke stadion yang terkenal bagus ini.

Emir mengambil lensa kameranya yang berada didalam tas yang disandangnya itu. Sedangkan Gista masih memperhatikan suasana stadion yang sudah padat oleh pendukung itu. Warna biru yang cantik tertera dihadapannya.

"Lautan biru. Indah." Dercak kagum Gista terdengar. Emir mengenggol lengan Gista. Hal itu langsung direspon oleh Gista. Gista mengangkat sebelah alisnya yang bertanda. Ada apa?

"Siapin kamera lo! bentar lagi pertandingan akan dimulai." Ucap Emir memberi tau Gista. Yang diperintahkan langsung memegang kameranya. Tapi Gista baru ingat sesuatu, bahwa dia tidak bisa memotret. Yah itu bukanlah tugas Gista. Selama ini Gista hanya berkutat dengan leptopnya bukan dengan kamera yang sudah di pegangnya itu.

Melihat raut bingung dari Gista, Emir langsung mengambil alih kamera yang di pegang Gista tadi. Dan Emir kembali berkutat dengan kamera Gista, dia mengatur jarak fokus yang akan di bidik nanti. Setelah selesai mensetting  kamera tersebut, Emir kembali memberikan kamera itu kepada Gista.

"Makasih." Tutur Gista.

Emir menganggukkan kepalanya yang berarti Sama-sama. Dan suasana kembali hening di antara mereka. Yang terdengar adalah suara drum dari para suporter dan tidak lupa juga yel-yel penyemangat untuk club kebanggan mereka. Gista mencari objek yang akan di bidiknya. Suasana stadion pun semakin ramai dan sekamain padat.

***

Suara sorak-sorak penonton telah terdengar begitu jelas. Lagu penyemangat terdengar dan membangkitakn semangat juang tim yang akan berlaga. Para pemain yang akan berlaga sudah siap di pinggir lapangan. Mata hitam milik Gista langsung mencari-cari sosok hanif sjahbandi.

"Mir, Hanif mana?" Tanya Gista yang masih setia melihat kearah lapangan.

"Gue gak tau. Udah lo lakuain apa yang gue suruh tadi." Jawab Emir yang masih setia melihat hasil bidikannya. Gista dibuat kesal oleh tingkah laku Emir yang sangat cuek sekali itu. Yah Emir memang seperti itu, kalau sudah fokus bekerja pasti tidak bisa untuk di ganggu gugat. Maka dari itu Emir hingga kini tidak memiliki pujaan hati alias sang kekasih.

Mengingat hal itu, Gista menyadari dirinya yang kini juga tidak mempunyai kekasih hati. Hal itu sempat membuat Gista bersedih hati. Tetapi sedih hatinya hilang seketika saat melihat Hanif yang melintas dihadapannya. Hanif dengan piawainya menggiring si kulit bundar itu melewati lawan-lawan yang menghadangnya. Gista sempat menahan napasnya beberapa detik. Dia terlalu syok saat Hanif melintas dihadapannya. Matanya pun tak berkedip melihat pergerkan Hanif yang sudah meliak-liuk itu. Ya ampun.. Itu beneran Hanif kah?  Tanya Gista di dalam hati.

Emir kembali melihat Gista. Kini pandangan Emir mengikuti pandangan Gista. Yah benar saja sasaran objek yang sangat di perhatikan Gista adalah Hanif. Gista masih mematung di tempatnya.

I Love My Fans (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang