ENAM

7.9K 625 8
                                    



Dita menyesap cokelat panasnya dari cangkir berwarna hitam itu.

Seperti biasa, wanita itu memilih tempat duduk yang berada tepat di samping kaca besar. Ia menyukai pemandangan jalanan kota.

Dita melirik arloji kecil di lengan kanannya sesekali. Kemudian ia kembali menatap ke luar. Memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang.

Seorang wanita dengan setelan kasualnya keluar dari mobil sedan berwarna hitam. Dita membulatkan mata sembari mengulum senyum.

Wanita itu kemudian segera melangkah ke dalam kafe.

Ting...

Suara lonceng yang berada di atas pintu masuk kafe berbunyi begitu wanita itu mendorongnya.

"Liza," Dita mengangkat satu tangan dan melambai-lambaikannya pada wanita tersebut.

Liza membalas lambaian tangan Dita, kemudian ia melangkah mendekati wanita itu.

"Yang lain mana?" tanyanya seraya meletakan tas tenteng di kursi kosong yang berada di hadapan Dita.

"Belum dateng." Jawabnya sembari menggeleng.

Liza hanya membulatkan mulut sembari menganggukan kepalanya pelan.

"Well, sebenernya kalian semua mau ngomong apa, sih, ke gue?" Dita segera menembakan pertanyaan yang sudah memenuhi kepalanya sejak kemarin.

Liza melirik sahabatnya. Ia tersenyum simpul, "tunggu semuanya kumpul. Biar mereka semua yang ngejelasin." Ucapnya.

"Apaan, deh, Liz. Sok banget misterius lo semua. Ga suka." Dita mendecak sebal sembari memutar bola matanya jengah. Sementara Liza masih tersenyum simpul. Ia tetap memilih bungkam soal itu.

Satu persatu sahabat Dita mulai datang ke kafe. Dan sekarang, mereka sudah duduk di satu meja.

"Jadi..., lo semua mau ngomong apa, sih?" tanya Dita gemas sekaligus penasaran.

Alistair berdekhem. "Soal...," ia melirik ke arah sahabatnya itu dengan tatapan sungkan.

"Pernikahan Ezra." Jelas Tere terlihat gemas dengan sikap Alistair yang mengatungkan ucapannya.

"Oh, itu." Dita hanya membulatkan mulutnya dan bersikap seolah itu-bukanlah-masalah besar. Hal ini membuat keenam sahabatnya mengernyitkan dahi mereka bingung.

"L-lo diundang?" tanya Liza hati-hati.

Dita menganggukan kepalanya cepat, "diundang," ucapnya seraya meraih cangkir hitam dan menyesap cokelat panasnya lagi.

"Terus? L-lo, akan dateng?" tambah Tere yang masih dijawab anggukan kepala yakin oleh Dita.

"W-wow," Liza tampak terkejut dengan respon sahabatnya yang satu itu.

"Kenapa? Emangnya ada yang salah kalo gue dateng ke pernikahan itu?" Dita menaikan satu alisnya dan melemparkan pandangan kepada mereka secara bergantian.

"Engga. Ga ada yang bilang salah, kok, Dit." Jelas Alistair.

"Terus? Kenapa kalian kaya yang gak percaya gitu kalo gue akan dateng?"

"Y-ya, maksud gue, kirain lo ga akan dateng. Secara, kalian kan baru banget putus. Dan, gue pikir lo pasti masih shock banget," Tere lagi-lagi yang menjelaskannya pada Dita.

The Right OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang