"Dit, bagus ga?" tanya Tere yang berdiri di hadapan Dita sembari mencoba dua sepatu baru sekaligus di sepasang kakinya.
Dita mengangguk, "bagus." balasnya.
"Menurut lo gue lebih baik beli heels atau ankle boots ?" Tere memperhatikan pantulan dirinya dan kaki jenjangnya itu di kaca sembari berputar ke kiri dan ke kanan.
"Uhm..., heels multifugsi banget sih, bisa buat dipake kerja. Tapi, ankle boots juga terlalu bagus buat ga dibeli."
"Jadi?"
"Dua-duanya aja,"
Tere mendecak sembari memutar bola matanya jengah. "Lo liat nih harganya!" Tere menunjukan bagian telapak kedua sepatu itu pada Dita. Wanita yang melihat harga tiap sepatu itu pun menghela nafas pasrah.
"Buset, itu harga bedanya tipis banget kaya kertas."
Tere ikutan menghela nafas, "makanya gue bingung."
"Ter, lo kan expert banget dalam segala hal. Jadi, gw yakin lo pasti bisa kan nentuin pilihan lo sendiri?"
"Gue galau, Dit,"
"Urusan sepatu aja galau, gimana cowo." Celetuk Dita asal yang mendapat tatapan tajam dari Tere.
"Waduh, makin pinter nyeletuk ya. Siapa yang ngajarin sih?"
"Vino." Jawab Dita sembari cengar-cengir.
"Pantes." Tere kembali mengalihkan pandangannya ke cermin.
Tepat setelah Tere kembali fokus pada cermin dan memperhatikan satu heels di kaki kiri, satu ankle boots di kaki kanannya. Dita merasakan ponselnya bergetar.
Drt..Drt...
Dita segera membuka dan merogoh sling bag dari bahan kulit itu untuk mencari ponselnya.
Setelah benda tipis berbentuk persegi panjang itu berhasil ia temukan, Dita segera meraihnya dan menggeser layar tipis itu untuk menerima panggilan.
"Halo?"
"Aku besok balik ke Jakarta, mau nitip sesuatu?" ucap pria di sebrang sana melalui sambungan telepon.
"Uhm..., Ga usah, deh. Aku lagi ga kepingin apa-apa." Jawab Dita.
"Lagi dimana, Dit?" tanya Vino karena terdengar suara ramai khas pusat perbelanjaan dari tempat Dita.
"Mall, biasa nemenin ratu sejagat belanja." Terdengar suara tawa dari sebrang sana.
"Biar aku tebak, pasti Tere?" Dita mengangguk seakan-akan Vino bisa melihatnya.
"Iya. Penyakit abis gajiannya Tere itu belanja." Tambah Dita yang diakhiri dengan tawa renyah di akhir kalimatnya.
"Kayak sendirinya engga gitu aja." Goda Vino.
"Tapi aku kan ga separah dia kalo belanja."
"Intinya kamu sama aja, sugar." Vino semakin sering memanggilnya dengan sebutan yang satu ini setelah mereka sepakat di bioskop waktu itu. Dita yang awalnya suka protes dengan panggilan yang menurutnya terdengar berlebihan itu pun pada akhirnya mulai mencoba mengalah karena Vino tetap kukuh ingin memanggilnya dengan sebutan sugar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Right One
Romance[Completed] Kisah tentang pencarian satu orang yang tepat.