Backsound: Tulus-- tergila-gila
****
Ini sudah hari ketiga Vino dan Dita tidak saling bertemu semenjak pesta malam itu. Pesan dari Vino pun hanya dibalas seadanya oleh Dita.
Ucapan Vino terngiang-ngiang di kepalanya. Membuatnya merasa khawatir. Ia takut apabila kedekatannya dengan Vino berlangsung lama, maka akan menimbulkan rasa nyaman yang merambat jadi cinta.
Vino dan Ezra sama saja untuk Dita. Sama-sama brengsek. Dita malas berurusan dengan pria yang tidak bisa menahan nafsu dan emosinya, seperti Vino. Tapi, pria sempurna memang hanya ada di dalam cerita romantis. Sampai bumi punah pun, pria yang tidak memiliki cacat jiwa maupun raganya tidak akan pernah ia temukan.
Dita mengusap wajahnya frustasi. Ia bisa gila kalau terus memikirkan pria-pria sempurna yang nyatanya memang tidak akan pernah datang ke rumah dan mengetuk pintu untuk melamarnya.
Dita mencoba melihat-lihat kontak yang ada di ponselnya. Siapa tahu salah satu dari mereka bisa membantu Dita berpikir jernih seperti semula.
Yang pertama ia lihat di kontaknya adalah Alistair. Wanita itu kemudian menggeleng pelan, dan kembali menggeser layar ponselnya ke bawah untuk menampilkan banyak nomor untuk ia hubungi.
Banyak nomor-nomor teman sekantornya di kontak. Namun, mereka bukanlah orang yang tepat untuk bercerita tentang hal ini. Bisa-bisa namanya menjadi headlines gosip mereka.
Dita sudah mencoba menghubungi Hana, namun wanita itu sedang sibuk mengurus pernikahannya. Lalu, Liza? Ia sibuk mengurus Nadia yang sedang sakit, dan tidak bisa ditinggal karena rewel. Sementara Tere? Ia sedang di luar kota bersama keluarganya.
Dan para pria? Rezka? Ia terlalu serius. Marco? Bisa-bisa ceritanya malah dijadikan lelucon oleh pria yang satu ini. Lalu Alistair? Yeah, sepertinya hanya dia yang tepat.
Dita mencari nama Alistair di kontaknya. Kemudian ia mulai menelpon pria itu.
"Halo?"
"Al?"
"Iya, Dit? Ada apa?" tanya pria di sebrang sana yang tampaknya sedang berada di luar ruangan. Karena suara klakson kendaraan terdengar melalui telepon.
"Sibuk ga?"
"Ga terlalu, kenapa?"
"Mau cerita."
"Ke kafe aja. Gue otw sana." Dita mengangguk pelan seakan Alistair bisa melihatnya mengangguk.
"Okey, gue ke sana ya." Setelah itu Dita memutuskan sambungan mereka dan memilih untuk bersiap-siap.
Setelah menempuh hampir 20 menit perjalanan dengan Honda HR-V nya. Dita sampai di kafe milik paman Alistair.
Wanita itu mendorong pintu kafe, kemudian ia melangkah ke meja pemesanan untuk menyapa seseorang di sana.
"Heh," ucap Dita. Alistair yang sedang melayani pelanggannya menoleh ke arah Dita.
"Jul," Alistair sedikit berteriak. Pria dengan celemek warna cokelat muda itu datang menghampiri Alistair.
"Gantiin dulu bentar. Gue ada tamu." Pria itu mengangguk paham dan segera mengambil alih kasier yang tadi sedang diurus oleh Alistair.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Right One
Romance[Completed] Kisah tentang pencarian satu orang yang tepat.