TIGA

11.5K 867 7
                                    

Dita melangkah memasuki salah satu restaurant yang berada di dalam Mall. Restaurant dengan dekorasi serba modern itu tampak ramai malam ini. Mengingat malam ini adalah malam minggu, tidak heran jika sebagian besar pengunjung di dalam sini adalah para pasangan dewasa yang menghabiskan waktu mereka dengan dinner semi mewahnya.

Walaupun hanya menggunakan skinny jeans putih dan atasan kemeja warna biru muda tanpa lengan, Dita tetap tampil menarik. Tubuhnya paling tinggi jika dibandingkan dengan tiga teman perempuannya.

"Hei, guys," sapanya ramah dengan suara nyaring yang sudah menjadi ciri khasnya saat menyapa para sahabatnya.

"Darimana aja, Dit? Lama." Komentar Alistair saat melihat Dita mulai mendudukan dirinya di kursi yang berada di samping Tere.

"Biasa, abis dari dokter kulit," ucapnya santai. Dita beralih untuk mengangkat satu tangannya dan memanggil seorang pelayan.

"Mas," seorang pelayan yang kebetulan sedang melintasi mejanya pun menoleh dan mulai melangkah mendekati meja gadis itu.

"Iya, Mba?" jawabnya sopan sembari setengah membungkukan badan. "Mau pesen," jawab Dita yang dibalas anggukan kepala oleh sang pelayan.

Pelayan itu pun mulai meraih buku note kecil dari sakunya dan satu buah pulpen.

"Saya mau iga bakar madunya satu. Terus, minumnya saya mau jus stroberi." Pria dengan seragam pelayan restaurant itu mulai menuliskan pesanan Dita di buku kecilnya.

"Ada lagi tambahannya?" tanyanya pada Dita. Gadis itu melemparkan pandangannya pada sahabat-sahabatnya, "ada lagi ga, tuh?"

"Ga ada. Pesenan yang tadi aja belom dateng," ucap Rezka yang duduk di paling pojok.

"Ga ada, Mas." Balas Dita.

Pelayan itu menganggukan kepalanya mengerti. "Biar saya ulang pesanannya. Satu iga bakar madu, lalu minumnya jus stroberi?" Dita menganggukan kepalanya.

"Ditunggu lima belas menit untuk iga bakarnya, ya, Mba." lagi-lagi Dita hanya menjawab dengan anggukan kepala. Pelayan pria itu pun mulai melangkah pergi.

"Ngapain, Dit, ke dokter kulit? Nge-laser punggung lagi?" tanya Tere yang dijawab anggukan kepala semangat oleh Dita. "Kali ini, plus pantat, hehehe," kekehnya.

"Pantat lu kenapa, sih? Perasaan baik-baik aja," Hana mengernyitkan dahinya mendengar penjelasan Dita.

"Kemarin udah mulai kasar," jawab Dita enteng yang menimbulkan decakan dari Rezka. "Pantat gue kasar aja, gue ga peduli, Dit," ucap pria yang duduk paling pojok itu.

"Ya, itu kan lo. Gue kan beda. Semuanya harus licin." Rezka menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar jawaban Dita.

"Udahlah, lupain pantat. Mending, kita bahas yang lain aja," ucap Alistair. "Well, gue rada penasaran sama cerita yang baru putus...," pria itu melemparkan pandangannya pada Dita yang duduk tepat di hadapannya.

"Iya nih, lo belom sempet cerita sama gue kemarin," Tere membenarkan ucapan Alistair dengan menganggukan kepala dan mulai menolehkan kepalanya untuk menghadap Dita. Gadis yang tengah menjadi pusat perhatian teman-temannya itu menghela nafas pasrah.

"Sebenernya gue males bahas si kampret. Tapi, karena gue lagi mood buat dongeng. Jadi, biar gue ceritakan kronologisnya." Dita berdekhem beberapa kali, kemudian gadis itu membenarkan posisi duduknya.

The Right OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang