DUA

11.8K 949 14
                                    







Pria yang tengah berdiri di samping Dita, sukses membuat gadis itu melongo.

Wajah pria ini seperti bukan orang Indonesia tulen. Kulitnya putih dan bersih. Hidung dan dagunya pun nampak seperti pria barat. Namun, mata dan rambutnya yang berwarna gelap adalah ciri khas orang Indonesia.

Potongan rambut undercut-nya yang disisir rapih kebelakang , kemeja hitam yang lengannya ia gulung sebatas siku itu sukses membuat Dita kehilangan kesadaran dirinya sejenak.

"Permisi," ulang pria itu yang menyadari bahwa Dita tidak kunjung meresponnya.

Dita mengerjapkan matanya dua kali. "Ya?" ucap wanita itu dengan mengernyitkan dahi.

"Saya bisa duduk di sini?" pria itu menunjuk kursi yang ada di hadapan Dita.

Wanita itu mengedarkan pandangannya ke seluruh isi kafe. Masih ada banyak bangku kosong di dalam sini, kenapa pria ini malah memilih untuk duduk di hadapannya? Pasti mau modus, ucap Dita dalam hati.

"Masih banyak bangku kosong, Mas."

"Saya mau duduk disini karena dekat dengan wifi." Mata pria itu melirik kearah kotak wifi yang menempel tepat di langit-langit tempat Dita duduk. Wanita itu mengikuti lirikan mata pria yang berada di sampingnya.

"Kuota saya habis. Saya harus kirim email sekarang juga sebelum rapat." Dita menatap manik mata pria itu dengan tatapan menyelidik. Sementara pria itu terlihat tidak keberatan dengan tatapan menyelidik Dita.

Wanita itu mengangkat bahunya sembari menghela nafas pasrah, "yaudah," jawab Dita yang langsung di respon oleh pria di sampingnya itu dengan menduduki kursi.

Pria itu segera mengeluarkan macbook-nya dari dalam tas kulit hitam.

Tasnya bagus, punya Macbook, tapi masih aja nyari kuota gratis. Dasar, ga modal. Ucap Dita dalam hati.

Jika Dita adalah wanita normal, ia pasti memilih untuk pindah tempat duduk Karena sekelilingnya masih banyak kursi dan meja kosong. Namun sayangnya, wanita yang satu ini kelihatan lebih senang duduk satu meja dengan pria asing berwajah blaster-an.

Dita ingin kembali fokus pada ponselnya, namun, pria di hadapannya malah membuat konsentrasinya buyar. Pria asing ini memang tidak mengganggu Dita, tapi wajahnya yang tampak serius dengan layar tipis itu lah yang menggangu Dita. Wajahnya sangat lucu saat sedang serius, membuat Dita ingin terus menatapnya.

Sialan, gue jadi ga konsen bales chat. Umpat wanita itu dalam hati.

Dita meraih gelas plastik yang berada di mejanya sembari terus mencuri pandang kearah pria yang duduk di depannya. Wanita itu terus memperhatikan tiap inci dari wajah pria di hadapannya

Wajah serius pria dengan kemeja yang lengannya digulung itu perlahan berubah menjadi raut wajah tenang sekaligus lega. Ia menghela nafas sembari menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.

Pria asing itu melirik ke arah Dita. Membuat wanita yang ditatapnya itu salah tingkah karena pria itu sepertinya mendapati dia sedang mencuri pandang ke arahnya.

Mampus, ketauan deh nih gue.

Pria di hadapannya itu tersenyum jail, memunculkan lesung pipi di kedua pipinya. Melihat lesung pipi di kedua pipi pria asing ini, mengingatkan Dita akan adik laki-lakinya di rumah yang memiliki dua lesung pipi sama persis dengan pria itu.

The Right OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang