Backsound: Tulus- Tukar jiwa.
****
Dita memutar-mutar ponselnya dengan satu tangan sembari menyandarkan punggung ke sandaran sofa. Sesekali ia melirik arloji di lengan kirinya untuk melihat berapa banyak waktu yang telah ia habiskan di ruang tunggu.
Vino berjanji akan menjemputnya sekitar jam satu siang, namun sampai jam setengah dua pria itu belum juga menunjukan batang hidungnya.
Wanita itu menggeser layar ponsel untuk membuka kunci layar, kemudian ia mencari nama Vino di kontaknya untuk ia hubungi.
Ia meletakan layar tipis itu di telinga. Menunggu panggilannya diterima oleh seseorang di sebrang sana.
"Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, silahkan coba beberapa saat lagi."
Dita menjauhkan ponselnya dari telinga sembari mengerang pelan.
Argh shit! That bitch else pick up the phone. Batinnya.
Dita: Vin, jadi atau ga?
Dita memilih untuk mengirim pesan singkat yang sedari tadi sudah ia lakukan namun tetap tidak mendapatkan balasan dari Vino.
Ia menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi, kemudian ia mulai memejamkan mata sembari memijat pelipisnya pelan.
Kepalanya sedikit pening karena terus memikirkan Vino. Ia memikirkan apa yang sedang dilakukan pria itu sampai tidak bisa menjawab telepon dan dimana ia sekarang. Sudah lama sekali rasanya Dita tidak pernah merasa segelisah ini karena menunggu seseorang. Terakhir kali ia merasa gelisah adalah saat pertemuannya dengan ezra malam itu. Pertemuan yang menjadi akhir hubungannya dengan Ezra sekaligus awal hidupnya dimulai.
Dita memijat pelipisnya pelan. Kepalanya masih terasa berdenyut tiap kali nama itu berada di pikirannya.
Drrt...Drt...
Dita meraih ponsel yang ia letakan di atas paha.
Matanya membesar begitu melihat nama itu pada akhirnya tertera di layar ponsel.
"Hallo?" ucap seseorang di sebrang sana.
"Kemana aja? Gue telfon, sms, chat, ga ada yang dibales. Ini udah jam berapa, Arvino? Setengah dua. Mana janji mau jemput jam satu?! Totally bullshit." Belum sempat Vino berbicara Dita sudah lebih dulu menyemprot pria itu.
"O-okay, maaf. Gue minta maaf yang sebesar-besarnya sama lo kali ini. Serius. Klien gue tiba-tiba nelfon bilang kalo dia gabisa ketemu besok, dia bisanya hari ini. Dan gue udah berusaha nawarin untuk ketemuan sore atau pagi, tapi dia gamau. Dia kekeuh mau ketemu sekarang, yaudah gue mana bisa nolak." Jelas Vino pada seseorang di sebrang sana yang bergeming.
"Gue jemput aja nanti ya pulang kantor, gimana?" tawarnya saat tidak kunjung mendapatkan respon dari Dita.
"Ga usah." Balas wanita itu pada akhirnya dengan rasa sebal.
Dita menghela nafas dalam. Ia mencoba meredam emosi dengan berpikir bahwa ia tidak pantas marah dan menuntut Vino menepati janji padanya. Toh, dia bukan siapa-siapa pria itu. Dan agaknya terlalu egois jika Dita menuntut untuk diprioritaskan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Right One
Romance[Completed] Kisah tentang pencarian satu orang yang tepat.