Dita memarkirkan mobilnya di parkiran rumah. Ia melihat mobil Satrio yang terparkir bersebelahan dengan mobil milik papinya.
Ia tahu pria itu pasti sedang menjadi teman ngobrol sang papi.
Dengan malas, Dita melangkah masuk ke dalam rumah.
"Assalamualaikum," sapanya dengan suara pelan.
Dua pria yang tengah duduk di ruang keluarga sembari main catur itu menoleh ke arah Dita. Satrio tersenyum tenang seperti biasa, sementara papinya memasang wajah datar.
"Waalaikumsalam," balas kedua pria itu dengan intonasi berbeda.
"Eh, ada Satrio," Dita mencoba menyapa tamu kesukaan papinya itu dengan ramah dan senyum terpaksa.
"Saya bawain kamu panekuk durian. Udah saya kasih ke Mami."
Dita mengangguk, "makasih, ya. Maaf ngerepotin, Yo."
"Engga sama sekali, Dita." Senyum tipis dan pembawaan Satrio yang tenang membuat Dita merasa tidak enak hati. Mengingat ia sangat ingin membatalkan perjodohan ini, tapi Satrio terlalu baik untuk disakiti.
"Gue naik ke atas dulu, ya. Mau mandi." Merasa basa-basinya sudah cukup, Dita memutuskan untuk pamit ke kamar.
Ia melangkah mendekati sang papi untuk cium tangan sebelum naik ke kamar. Papinya masih sama dengan tadi pagi. Dingin, dan memperlakukan Dita seperti orang asing. Hal ini membuatnya malas menghabiskan waktu di rumah.
Wanita itu melepas blouse dan menghapus riasan wajahnya sebelum mandi. Ia kemudian memilih membasuh sekujur tubuh dengan air hangat agar otot-otot tubuh serta kepalanya sedikit lebih tenang.
Setelah mandi, Dita kembali turun ke bawah untuk mencoba panekuk durian yang Satrio bawa. Perutnya terasa lapar karena belum diisi nasi dari pagi.
Dita melihat Satrio masih berada di ruang keluarga bersama papinya. Mereka masih asik main catur. Ia tidak ingin ambil pusing dengan kedua pria itu. Tujuannya ke bawah untuk mengambil makanan, bukan untuk menjamu Satrio. Lagipula, basa-basi tadi ia rasa sudah cukup.
Ia melangkah menuju kulkas dua pintu yang terletak di dapur. Kemudian ia membukanya dan mencari panekuk durian pemberian Satrio.
"Cari apa, Dit?" Maminya yang tiba-tiba muncul entah darimana, membuat wanita itu sedikit terkejut.
"Astaga, Mami," Dita memegangi dadanya.
"Cari apa kamu?" ulang Yolatika-Mami Dita.
"Panekuk durian dari Satrio Mami taro mana?"
"Ohh, tuh di sebelah kotak stroberi."
Dita melihat-lihat isi kulkas dan mencari dimana kotak stroberi yang dimaksud Yolatika. Setelah matanya berhasil menemuka kotak berisi panekuk durian itu, ia segera menariknya keluar dari kulkas.
"Taro di piring, Dit. Sekalian bawa ke ruang keluarga. Satrio masih di sana, kan?"
Wanita itu bergeming selama beberapa detik. Ia tahu ada maksud terselubung dari perintah Maminya.
"Kenapa ga Mami aja? Dita cape baru pulang, Mi." Tolaknya.
"Mami mau siapin kue buat Papi sama Satrio. Nanti kuenya baru Mami yang bawa ke depan." jelas Yolatika dengan nada lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Right One
Romance[Completed] Kisah tentang pencarian satu orang yang tepat.