Dita memarkirkan mobil di pekarangan rumah Nini-nya. Sudah hampir sebulan ia tidak pulang ke Bandung karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
Dita mematikan mesin mobil begitu ia merasa bahwa kendaraannya dalam kondisi yang tepat untuk diparkirkan. Kemudian, ia segera membuka pintu mobil dan mengunci pintu mobil itu.
Ia mulai melangkah menaiki tangga untuk menuju pintu masuk.
Wanita itu menaiki sepuluh anak tangga yang pendek-pendek dengan sedikit berlari. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu Nini dan Tantenya.
Kebiasaan Dita jika berkunjung ke rumah Nini-nya adalah langsung membuka pintu dan mengucapkan salam tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Assalamualaikum," ucap Dita yang segera membuka pintu rumah yang memang tidak pernah dikunci saat siang hari.
Dia segera melangkah masuk ke dalam rumah tanpa menunggu dipersilahkan terlebih dahulu oleh sang tuan rumah.
"Waalaikumsalam," seseorang yang sedang duduk di sofa ruang tengah menjawab salam Dita. Wanita itu segera menoleh ke sumber suara dan mendapati Nini-nya yang sedang menonton tv di ruang tengah.
"Eh, ada Teteh Dita," wanita paruh baya itu segera bangkit dari duduknya saat melihat Dita melangkah mendekatinya.
Dita mendekati wanita paruh baya itu, kemudian ia mencium pundak tangannya.
"Pada kemana, Ni? Kok kayanya rumah sepi," Dita memilih duduk disamping Nini-nya.
"Tante kamu lagi ke mini market. Dia ada pesenan kue ulang tahun," Dita membulatkan mulutnya berbentuk huruf o seraya mengangguk-anggukan kepala paham.
"Kamu udah lama banget ga kesini kayanya, Dit. Sibuk banget, ya?"
Dita menggangguk, "Ya gitu. Jadwal siaran aku jadi sedikit padat. Soalnya ada tiga orang yang ambil cuti hamil. Jadinya, aku bisa siaran dua kali sehari gitu." Dita menghembuskan nafasnya pasrah.
"Tapi dapet bonus, kan?"
Lagi-lagi wanita itu mengangguk, "iya, dapet. Lumayanlah buat perawatan, Ni." Wanita paruh baya yang berada di samping Dita tertawa kecil mendengar ucapan cucunya.
"Ngomong-ngomong, kamu masih inget sama Adrian?" Dita mengrenyitkan dahinya, kemudian ia menggeleng pelan.
Wanita paruh baya itu mendecak, "itu loh. Adrian cucunya Bu Rani." Kerutan di dahi Dita semakin jelas. Wanita itu mencoba mengingat nama yang Nini-nya ucapkan itu. Namun, ia masih tidak mendapatkan gambaran apapun mengenai pria bernama Adrian.
Dita menggelengkan kepala. "Aku gatau. Yang mana, sih, emang?"
"Ih, cucunya Bu Rani. Dulu sering main ke sini. Kamu lupa?"
Dita mengangguk. "Iya, lupa." Jawabnya terus terang.
"Yah, sayang banget kamu lupa,"
Ia kembali mengernyitkan dahi. Semakin bingung dengan ucapan wanita paruh baya di sampingnya itu. Memangnya, apa masalahnya kalau ia lupa dengan cucu teman Neneknya?
"Emang kenapa, sih, Ni?" tanya Dita dengan rasa penasaran.
"Itu loh, si Adrian sekarang udah punya jabatan di kantor Bea Cukai." Dita mengangkat satu alisnya, "ya, terus?" tanyanya lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/105133962-288-k540146.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Right One
Romance[Completed] Kisah tentang pencarian satu orang yang tepat.