EMPAT

9.5K 704 19
                                    



"Anindita?" tanya pria itu.

Dita hanya menganggukan kepalanya cepat, "kenapa harus kamu yang jadi pasangan dansa saya malam ini, kenapa ga yang lain?!" Ucapnya seraya memutar bola matanya jengah.

Vino hanya tertawa jail mendengar celetukan Dita. "Mungkin..., kita emang beneran jodoh." Ia mengangkat kedua bahunya sembari masih tertawa jail.

Lagi-lagi Dita memutar bola matanya malas sembari menghela nafas pasrah. Vino tetap tidak mengubah posisi mereka. Ia masih meletakan tangannya di pinggang Dita, begitupun dengan Dita yang masih meletakan lengannya di leher pria itu.

"Masih mau dansa?" tanya Vino.

Dita melemparkan pandangannya ke Vino, dan pandangannya tepat mengenai manik mata cokelat tua milik Vino. Ia mendesah pasrah, "lanjutin ajalah. Nanggung," ucapnya yang dibalas anggukan kepala oleh Vino.

Tujuan Dita ke tempat ini untuk menghilangkan penat, bukan mencari pasangan dansa yang sesuai keinginannya. Jadi, ia tidak ambil pusing tentang siapa yang jadi pasangannya malam ini. Lagipula, Vino tampil sangat menarik malam ini walaupun hanya dengan kaos hitam dan jaket kulit cokelat serta celana jeans hitamnya.

Mereka kembali menggoyangkan tubuh sesuai irama. Sesekali Dita tertawa mendengar celetukan-celetukan Vino. Ia baru menyadari, bahwa pria di hadapannya ini punya selera humor yang baik.

"Kalo..., kita ngomongnya pake lo, gue, aja. Gimana?" tanya Dita pada Vino. Pria itu melemparkan pandangannya pada Dita dengan sedikit menundukan kepalanya. "Ga masalah." Jawabnya enteng.

"Gue ngerasa terlalu kaku aja kalo pake 'saya'," tambah gadis dengan rambut panjang tersebut.

"Kalo gue, sih, yang penting lawan bicara gue nyaman." Ucap Vino santai.

"Oh ya, lo kesini sendiri?" tanya pria jangkung itu sembari menatap wajah wanita di hadapannya dengan satu alis yang sedikit terangkat.

Dita menggelengkan kepala, "ga, gue bertujuh." Jawabnya enteng.

"Buset, rame banget. Yang lain mana?" Vino mulai mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan ini.

Dita mengangkat kedua bahunya, "palingan udah sama pasangan masing-masing," jawabnya.

Vino kembali menolehkan kepala kearah wanita itu. "Oh, mereka bawa pacar?" Dita menggeleng cepat. "Just like me. They are just looking for dance," Vino menganggukan kepalanya sembari membulatkan mulut berbentuk huruf O.

"Tapi, ga semuanya jomblo. Beberapa dari mereka itu udah ada yang punya pacar. Bahkan ada yang udah nikah. Cuma, untuk malam ini mereka act like they are free," lagi-lagi Vino hanya menganggukan kepalanya.

"Kalo, lo sendiri?" Dita sedikit terkejut mendengar pertanyaan pria itu. Jantungnya merasa seperti ditohok. Entahlah, pertanyaan mengenai status menjadi pertanyaan paling sensitif untuknya belakangan ini.

"Gue?" tanya Dita yang dijawab anggukan kepala oleh Vino. Wanita itu memperhatikan wajah pria dengan brewok tipisnya. Raut wajah Vino terlihat tenang dan tampak tidak begitu penasaran dengan jawaban Dita.

"Punya pasangan," jawabnya asal. Vino lagi-lagi hanya menganggukan kepala tanpa merubah ekspresi wajahnya.

"Tapi..., udah putus." Tambahnya yang mendapatkan perubahan ekspresi dari Vino. Pria itu menatap Dita dengan tatapan menyelidik, "jangan bilang... alasan lo dugem malam ini karena lo depresi abis putus?"

The Right OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang