Vino menghentikan mobilnya tepat di depan pintu gedung pencakar langit itu. Ia dan Dita keluar dari mobil, kemudian Vino menyerahkan kunci mobilnya pada valley.
Vino dan Dita melangkah bersisian menyusuri anak tangga menuju pintu masuk hallroom. Langkah mereka terhenti begitu melihat banyaknya kumpulan manusia yang lalu-lalang kesana-kemari.
Sebuah maket gedung pencakar langit terlihat di sisi kiri dan kanan ruangan.
"Sebenernya..., ini acara hari jadi perusahaan? Atau Peresmian museum gedung, sih?" bisik Dita pada Vino yang takjub sekaligus bingung dengan maket-maket gedung yang tertutupi oleh kaca.
"Mungkin, dua-duanya." Jawab Vino enteng diselingi tawa kecilnya yang direspon decakan sebal Dita.
Vino menoleh ke arah Dita, "Dit," wanita itu menoleh kearahnya sembari memberikan tatapan bertanya. Vino menyodorokan lengannya, "boleh, kan?" tanyanya hati-hati.
Dita melirik lengan Vino. Ia tersenyum tipis, kemudian melingkarkan tangannya di lengan pria itu. "boleh," jawabnya dengan senyum sumringah.
Mereka berdua kemudian mulai melangkah kebagian dalam ruangan dan bergabung dengan teman-teman Vino yang lainnya.
Bayu melambaikan tangannya begitu melihat Vino mulai melangkah mendekat ke arah mereka.
"Vin, woy," ucap Bayu dengan suara yang sedikit keras. Vino ikut mengangkat satu tangannya yang bebas.
"Liat, Vin!" Bayu menepuk punggung Vino beberapa kali sembari menunjuk salah satu maket gedung yang ditutupi kaca.
"Kerjasama lo sama para raja minyak Abudhabi berhasil, man. Im really proud of you." Lagi-lagi Bayu menepuk-nepuk punggung Vino.
Dita memperhatikan tiap detail maket gedung itu. Bentuk gedung itu benar-benar unik. Bagian bawahnya tampak lebih besar, sementara bagian tengahnya tampak mengecil, lalu puncak gedung itu tampak besar lagi. Seperti bentuk jam pasir.
"Sayang banget lo nolak kerjasama itu, Bay. Gampang banget buat narik perhatian si CEO gedung itu." Vino berbicara dengan nada percaya diri. Sementara Bayu menanggapinya dengan antusias.
"Oh ya?" Vino mengangguk yakin. "CEO-nya suka banget sama sesuatu yang seksi, contohnya itu perempuan. Makanya gue ngusulin buat bikin bentuk gedung kaya gitu." Vino menunjuk maket di depannya dengan dagu.
"Terus, dia juga suka main catur. Yaudah, gue desain aja putih bagian atas, item bagian bawah. Gue kira bakalan ditolak mentah-mentah, karena tim-tim perusahaan lain keliataan berpengalaman banget dibandingkan kita. Eh gataunya, dia malah suka desain berkelas tim perusahaan kita. Hahaha..., emang arab tuh punya selera yang beda." Bayu menggeleng-gelengkan kepalanya seraya tertawa mendengar ucapan Vino.
Tawa Bayu terhenti begitu melihat wanita di samping Vino yang mulai asik memandangi maket di hadapannya. "Pstt..." Vino ikut menghentikan tawa kecilnya begitu mendapatkan kode dari Bayu. Pria itu melemparkan lirikan pada Dita sembari bertanya 'siapa?' dengan gerakan mulut tanpa suara.
Vino ikut menoleh ke samping dan melihat Dita yang tengah asik menatap maket.
"Dit," Vino menyentuh punggung Dita pelan, membuat wanita itu sedikit terkejut karena ia sedang serius memerhatikan maket.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Right One
Romance[Completed] Kisah tentang pencarian satu orang yang tepat.